Skip to content

Cita-citaku Setinggi Tanah

Sudah beberapa kali Satria cerita bahwa mas Daffa (kakak kelasnya sekaligus teman taekwondonya) main film baru lagi. Dan Satria beberapa kali ngajak nonton filmnya. Sampai hari Minggu kemarin, saya masih engga ngeh yang mana filmnya dan seperti apa isi filmnya.

Nah, beruntunglah pada hari Minggu sore kemarin saya sempat menonton acara Kick Andy di MetroTV. Kebetulan menjelang jam 5 sore tamunya adalah sutradara dan pemain film Cita-citaku Setinggi Tanah. Dari situlah, saya baru paham filmnya seperti apa. Ternyata memang wajib ditonton !! Selain ceritanya memang bagus, hal lain adalah bahwa semua pemasukan dari penjualan tiket film ini disumbangkan ke YKAKI (Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia).

Yang paling bikin saya ngebet pengin nonton film tersebut selain 2 hal diatas adalah karena pemain utamanya asli anak Muntilan, syutingnya juga ternyata di daerah sana di lereng Merapi.

Akhirnya Senin sore kemarin saya sempatkan nonton bersama Satria dan ayahnya di Studio 21 Ambarrukmo Plaza. Sehari cuma diputar 2 kali yaitu jam 15:00 dan jam 16:55.

“Punya cita-cita setinggi langit itu biasa. Punya cita-cita berguna itu juga biasa. Punya cita-cita mulia juga bukan hal luar biasa. Punya cita-cita yang tak terdengar seperti sebuah cita-cita dan berjuang sepenuh hati untuk mewujudkannya itu baru luar biasa!”

Sekali lagi, isi ceritanya bagus banget, tentang motivasi tentunya. A story about dreams. Ada 4 anak bersahabat yaitu Agus, Puji, Jono dan Sri (Mey) yang masing-masing punya cita-cita. Oiya Jono diperankan oleh Rizqullah Daffa (kakak kelasnya Satria, yang gendut itu). Dari keempat anak tersebut, cita-cita yang katanya paling engga tinggi adalah cita-citanya Agus, yaitu pengin bisa makan di restoran Padang. Kata mbah Tapak, cita-citanya sudah tepat. Tapi cita-cita itu bukan cuma untuk ditulis saja, tapi untuk diwujudkan. Dream are never meant to be written, they are meant to be realized.

Agus berasal dari keluarga sederhana. Ibunya setiap hari memasak tahu bacem. Ternyata memang bapaknya Agus bekerja di pabrik tahu. Walau sebenarnya bosan, tapi Agus tidak pernah menolak makan dengan menu tahu bacem. Hehehe.. jadi inget anak-anak biasanya protes ketika bosan atau ga mau makan dengan menu tertentu. Karena orang tuanya adalah keluarga yang sederhana, tentunya Agus tidak ingin minta uang kepada orang tuanya hanya untuk makan di restoran Padang. Lha wong minta uang untuk bikin sesuatu (prakarya) saja tidak dikasih oleh orang tuanya. Nah, untuk mencapai cita-citanya tersebut si Agus mengumpulkan uang di celengan bambunya. Uang yang ditabung berasal dari sebagian uang jajan yang diberikan oleh ibunya, upah mengantar ayam ke restoran Padang, hasil menjual keong, dan lain-lain.

Setelah uangnya terkumpul, kemudian celengannya dipecah, sebagian uang dipakai untuk beli manik-manik untuk membuat topi ala Padang. Sayangnya, sisa uang yang lainnya jatuh tercebur ke sumur. Sedih pasti !! Sampai pada suatu saat mbah Tapak bilang bahwa rejeki itu tidak hilang, rejeki itu hanya menunggu saat yang tepat untuk kembali. Dan benar, ketika Eyang Uti Agus hendak pulang ke Jogja, beliau memberikan uang kepada Agus.

“The faith of a man is determined by the man himself. There will always be obstacles. But fortune will always follow. It’s the effort that matters.” (Nasib seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri. Cobaan pasti ada. Tapi rejeki juga akan selalu mengikuti. Yang penting, usahanya).

Nahhh… kalau pengin tahu cerita selengkapnya, mendingan menonton langsung saja dehhh,.. yakin ga akan rugi :-). Banyak pesan moral yang bisa dipetik dan ditanamkan kepada anak-anak kita.

2 thoughts on “Cita-citaku Setinggi Tanah”

  1. jozz film ini….
    ane dah nonton pas premier launching di kota ane #muntilan 🙂

    keren filmnya, penuh makna dan bener2 mengobati rasa rindu akan film yang bebobot dan bermutu serta gak asal-asalan buat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *