Skip to content

Titip Rindu Buat Ayah

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm…
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Diatas adalah lirik lagunya Ebiet G. Ade yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah. Lagu yang tidak akan hilang ditelan jaman. Sebagaimanya lagunya Iwan Fals yang berjudul Ibu atau lagunya Melly Goeslaw yang berjudul Bunda. Lagu-lagu itu akan selalu membuat saya terkenang anak sosok kedua orang tua saya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Wiwin Pratiwanggini (@pratiwanggini) on

Yang ada di dalam gambar adalah sosok ayah saya. Yang saya panggil “Bapak”. Yang hingga hari ini masih segar bugar di usianya yang menjelang 70 tahun (6 bulan lagi). Bapak adalah sosok yang tidak pernah kasar kepada anak-anaknya. Bapak tidak pernah marah meskipun saya pernah mengecewakannya. Bapak adalah sosok yang selalu saya rindukan.

Entah kenapa sedari kecil saya merasa lebih dekat dengan Bapak daripada dengan Ibu. Mungkin iya karena Ibu lebih keras daripada Bapak, sehingga saya merasa lebih nyaman dekat dengan Bapak. Waktu saya pertama kali rawat inap di RS Orthopaedi pun hanya Bapak yang boleh menemani saya, saya tidak mau ditemani Ibu.

Hingga saya beranak 2 (dua) ini, belum sekalipun Bapak memarahi saya. Ketika saya pernah mengecewakan Bapak pun belio sama sekali tidak marah. Hanya satu yang bisa saya banggakan di mata Bapak, yaitu anaknya yang difabel ini bisa hidup mandiri, bisa eksis, bisa bermanfaat bagi orang lain.

Bapak, tanpa disadarinya, telah mengajarkan saya untuk kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Bukan hal yang mudah hingga Bapak bisa menjadi PNS guru. Perjuangan Bapak tidak mudah. Meskipun ketika itu saya masih terlalu kecil untuk mengerti dan memahami perjuangan Bapak, namun dari cerita Ibu di kemudian hari saya bisa merasakannya.

Bapak tidak pernah berlaku otoriter di rumah. Bapak tidak pernah asal nyuruh-nyuruh. Bapak selalu melakukan hal apapun dengan riang dan semangat. Itu, membuat kami anak-anaknya dengan ikhlas mengikuti dan membantu apa yang dilakukannya.

Bapak yang terbiasa bicara ceplas-ceplos, blak-blakan, sehingga terkadang terkesan membuat “sakit hati” orang lain. Bisa dibilang wong Jawa tapi kurang nJawani, entah bawaan lahir atau karena pengaruh Bapak lama di perantauan. Tapi maksud hati Bapak baik koq..

Bapak dan Ibu berbagi peran dengan sangat baik. Ketika anak-anak masih kecil, Bapak akan memegang kami, sedangkan Ibu menyelesaikan segala macam urusan domestik. Bapak tidak malu dan tidak kaku menggendong anak-anaknya dengan kain (jarik). Bapak membuatkan kami aneka macam mainan (semacam DIY). Bapak menceritakan kembali kepada kami dongeng-dongeng dan kisah-kisah yang pernah dibacanya.

Bapak, semoga Allah SWT masih memberi Bapak umur panjang sehingga masih bisa bersama-sama kami anak cucunya. Jika Allah SWT mengijinkan, pengin rasanya saya mengajak Bapak jalan-jalan bernostalgia ke tempat Bapak pernah bertugas selama 10 tahun meninggalkan kami (istri dan anak-anaknya), hanya pulang setahun satu kali. Aamiin…

 

1 thought on “Titip Rindu Buat Ayah”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *