— copas dari WhatsApp group —
Ustz. Poppy Yuditya
Kuliah Akademi Orangtua Parenting Nabawiyah
Sabtu 20 Juni 2015
Peran muslimah
Berapa jumlah perempuan disebut dalam Al Qur’an? Semua tercakup dari zaman Nabi Adam sampai akhir zaman. Ternyata hanya 20 yang disebut secara dzahir. Dari 20 tersebut ternyata Allah hanya menyebut 1 nama saja, yakni Maryam. 19 lainnya tak disebutkan.
Mengapa?
Karena akhlaqnya paling sempurna dan bisa jadi hanya Maryam yang terbebas dari aib. Ini bukan berarti yang lain tidak mulia, namun Allah jaga aib mereka.
Perempuan dlm Al Qur’an :
1. Belum menikah: Maryam, Ratu Balqis, 2 perempuan yang bertemu Nabi Musa, saudara perempuan nabi Musa.
2. Sudah menikah: Hawa, istri Nuh, istri Luth, Sarah, Hajar, Zulaikha, Asiyah, istri Imron, istri Zakaria, Hafsah, Aisyah, Zainab, istri Abu Lahab, Khaulah binti Tsa’labah.
3. Ibu: Hawa, Sarah, ibunda Musa, istri Imron, istri Zakaria, Maryam.
Seringkali kita berpikir bahwa kita bisa mendapatkan surga karena mendidik anak. Bagaimana kalau kita belum punya anak?
Hipotesis ini tidak selalu tepat. Lihat perbandingannya: Dalam Al Qur’an yang terbanyak dibahas adalah peran istri, yakni sebanyak 54%, muslimah sebagai pribadi 19% dan sebagai ibu 27%. Peran istri menempati porsi paling besar peran perempuan yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an.
Maka kita tersadar kembali akan makna hadits ini: “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad)
Kita berjuang keras untuk menjadi ibu terbaik bagi anak-anak, namun simak hadits ini:
” … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.” Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Meski kita sering gondok dan kesal pada suami, tapi ingat-ingat bahwa ini semua untuk keridhoan Allah.
Wanita surga tidak berpikir siapa yang salah, ia hanya berkata seperti dalam hadits berikut:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah)
Sangat jarang malaikat melaknat manusia, kecuali untuk urusan “kasur”. Beware…?
Seberat apapun, setiap peran yang ditetapkan Allah adalah untuk kebaikan kita. Tidak ringan, tetapi ada kebaikan jangka panjang yang Allah berikan.
Jika anak-anak melawan pada kita, tidak menurut, dsb, jangan berpikir “anak ini harus diapakan”, namun:
1. Tanya dulu pada diri sendiri, apakah sudah melakukan atau belum. Misal kita bingung bagaimana agar anak mau menghafal Qur’an. Sebelumnya, apakah kita sudah menghafal juga?
2. Cek, bagaimana ketaatan kita pada suami.
3. Periksa, bagaimana sholatmu? Bagaimana doamu?
Kesuksesan mendidik anak bukan karena teori parenting, tips-tips mendidik anak, dsb, tapi karena Allah ridho. So yang harus menjadi concern kita adalah bagaimana membuat Allah ridho. Karena jika Allah ridho, Ia memberi segala yang kita inginkan.
Standar perempuan shalihah itu seperti perempuan-perempuan shalihah yang tersebut dalam Al Qur’an.
Kerangka taat dan menunaikan kewajiban/kebaikan pada suami adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Apakah setelahnya suami semakin sayang dan cinta, itu hanyalah bonusnya ????
Penuhi, kepala kita dengan profil dan kisah-kisah istri shalihah.
Kisah 2 perempuan yang bertemu nabi Musa adalah kisah tentang perempuan bekerja. Mereka bekerja karena menggantikan ayahnya yang sedang sakit. >> Wanita harus punya alasan untuk bekerja. Dan jika bekerja, tidak ikhtilat (misal dinas luar dengan rekan lawan jenis).
Ratu Balqis : pemimpin Negeri Saba’, meninggalkan kesombongan dan mudah menerima kebenaran
Ibunda Musa : rela berkorban untuk keselamatan anaknya (Nabi Musa)
Kisah saudara perempuan nabi Musa : mengikuti peti Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai Nil. Menggambarkan sosok perempuan yang pintar, mampu bernegosiasi dan amanah.
Hawa berkhianat karena membujuk suaminya makan buah khuldi. Namun Hawa masuk surga karena ia bertaubat. Hati-hati dengan bisik-bisik kita pada suami, karena bisa sangat mempengaruhinya.
Istri Nuh : tidak percaya pada suaminya saat ia membuat perahu, menjelekkan suami di depan anak2nya. Beware?
Istri Luth : melanggar amanah suami. Beware?
Sarah : wanita yang sangat berharap punya anak. Jika ada keinginan dalam diri kita untuk tidak memiliki anak (lagi), jangan-jangan ada yang bermasalah dengan fitrah kita.
Hajar : ibu menyusui, tidak tahu mau kemana saat bersama Nabi Ibrahim, ditinggal sendirian entah dimana, dsb, namun tidak banyak bertanya. Jangan jadi ibu-ibu rempong. Nabi Ibrahim hanya menjawab singkat-singkat saat Hajar bertanya. Sebagai manusia biasa, mungkin Ibrahim mau menjelaskan, tapi beliau sendiri tidak tahu apa jawabannya. Para suami seringkali semakin bingung dengan pertanyaan-pertanyaan kita. Yang dilakukan Khadijah saat Nabi bingung adalah menenangkannya, membawanya ke tempat tidur dan menyelimutinya. Bukan memborbardirnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Hajar berlari bolak-balik antara Shafa-Marwah, pada posisi yang masih bisa mengawasi bayi Ismail. Hikmahnya adalah jika ibu bekerja, pastikan pandangan mata tetap dapat terjaga pada anak-anak kita. 10 tahun pertama adalah fase sangat penting dalam menumbuhkan tauhid anak.
Zulaikha : terpesona kerupawanan Nabi Yusuf dan menggodanya. Jangan merasa aman dari fitnah selingkuh. Tetap jaga diri dan mohon perlindungan Allah.
Asiyah istri Fir’aun : kita tidak menanggung dosa suami, namun suami bertanggung jawab atas kita. Maka permudahlah, permudahlah suami kita. Jika suami kita zhalim, kita tetap bisa masuk surga. Tapi mungkin saja suami terganjal masuk surga karena kita.
Istri Zakaria : istri mandul yang dapat memiliki anak dengan seijin Allah.
Aisyah : difitnah, lalu minta ijin pada Nabi untuk keluar ke rumah ortunya. Saat mendapat fitnah, kita jangan terburu-buru mengklarifikasi karena bisa saja isunya menjadi bola panas. Tenangkan diri dulu.
Istri Abu Lahab : mengompori suami dalam kejahatan. Dukunglah suami dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan.
Zainab : bercerai karena suami tidak mampu menaikkan dirinya, dan istri tidak menurunkan dirinya, padahal keduanya adalah orang yang sholeh. Pernikahan yang tidak bisa dipaksakan karena sudah diusahakan untuk setara tetap sulit sekali. Tinggikan suami di hadapan anak-anak, jangan pernah menjelekkan.
Istri Imron : banyak berdoa selama mengandung agar dikaruniai anak yang sholeh dan menazarkannya untuk Allah.
Menarik, rupanya dari semua perempuan yang disebut dalam Qur’an, tidak ada tentang wanita yang sangat menginginkan punya suami. Tidak ada keyakinan bahwa letak kebahagiaan adalah dengan memiliki suami. Simak kisah Maryam, Balqis dll. Mereka tetap bahagia meski tidak berpendamping.
Jangan habiskan waktu berlebihan untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Memasak sampai 5 jam, menyetrika terlalu perfect, dsb. Karena kita juga punya kewajiban belajar dan berkarya (tilawah, baca kitab, baca buku, dll). Permudah pekerjaan, didik anak-anak untuk mandiri.
Gak usah iri sama suami. Berbuat saja yang Lillah, yg terbaik untuk Allah. Buatlah suami merasa tenteram (QS. Ar rum 21). Note : cek lagi profil istri “setenang malam” dari kajian tafsir bersama ust.Herfi.
Kita tidak akan ditanya tentang berapa uang kita untuk membantu suami, tapi ditanya tentang rumah suami kita.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan WANITA adalah penanggung jawab terhadap RUMAH SUAMINYA dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
>> bebas najis/tidak, rapi/tidak, dll
Perhatikan PRIORITAS dalam menjalankan peran kita :
1. Ilmu vs Amal
2. Wajib vs Sunnah
3. Quality vs Quantity
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”. (QS. An Nisa : 9)
diresume oleh : Indra Fathiana
Posted by Wiwin Pratiwanggini from WordPress for Android
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.