Skip to content

Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019: Bijak Kelola Keuangan Demi Keluarga dan Usaha Kecil

literasi keuangan

Seringkali terlintas di pikiran matre saya pertanyaan seperti ini: “Kenapa sih, Tuhan, koq saya enggak segera dikasih kaya?” Lalu kesabaran dan kesadaran saya menenangkan saya dengan berkata: “Banyak-banyak bersyukur dulu dengan apa yang dimiliki dan terus lebih banyak belajar tentang pengelolaan keuangan terlebih dahulu. Belajar dari mana-mana.”

Hari Selasa 3 September 2019 kemarin saya bersama teman-teman blogger dari komunitas The Urban Mama #TUMBloggersMeetup mendapat kesempatan untuk menghadiri acara workshop Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019. Acara ini diselenggarakan di Roaster & Bear Restaurant yang berada di dalam Hotel Harper Jalan P. Mangkubumi Yogyakarta. Lagi-lagi ini adalah pertama kali saya masuk ke restoran sekaligus hotel ini lho.. Yaaa.. demikianlah salah satu keuntungan menjadi freelance blogger, hehe..

Karena undangan tertulis jam 10:00 hingga jam 12:00, maka saya usahakan untuk datang on time dengan menumpang ojek online. Rupanya acara baru dimulai sekitar 30 menit kemudian, itu pun diawali dengan coffee break terlebih dahulu. Alhamdulillah bisa menikmati kopi dan teh panas serta snack-snack yummy dari Roaster & Bear.

Program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019

Sambil menikmati hidangan coffee break saya mulai menyimak acara pembukaan acara workshop Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019 yang disampaikan oleh MC. Eh iya, sebelumnya kita kenalan dulu yuk dengan #IbuBerbagiBijak. Jadi, program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak adalah sebuah program yang mengedukasi perempuan untuk berbagi pengetahuan seputar manajemen keuangan. Program ini diinisiasi oleh VISA bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Sejak diluncurkan pada bulan Juni 2017, program #IbuBerbagiBijak telah menjangkau lebih dari 300.000 perempuan di seluruh Indonesia.

Mengapa sih literasi keuangan untuk perempuan perlu diadakan? Menurut data dari Visa bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia telah meningkat dari 21,8% pada tahun 2013 menjadi 29,6% pada tahun 2016, namun sayangnya tingkat literasi keuangan perempuan jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, yaitu laki-laki 33,2% sedangkan perempuan hanya 25,5%.

Lalu apa sih istimewanya literasi keuangan #IbuBerbagiBijak? Jawabannya adalah:

  • Melibatkan komunitas, terutama perempuan.
  • Mengusung konsep “train the trainers” mengedukasi dan mendorong perempuan agar dapat berbagi pengetahuan dengan anggota keluarga, kerabat dan tetangga.
  • Memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai pentingnya literasi keuangan.

Oiya udah sering dengan brand VISA ‘kan ya? Coba deh dilihat di kartu debit atau kartu kredit Anda, terbitan bank tertentu biasanya berlogo VISA. VISA Inc. (NYSE: V) merupakan pemimpin pembayaran digital di dunia. Misi dari VISA adalah menghubungkan dunia melalui jaringan pembayaran yang paling inovatif, dapat diandalkan, dan aman yang memungkinkan konsumen, pemain bisnis dan ekonomi untuk maju dan berkembang.

literasi keuangan

Program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019 ini memasuki tahun yang ketiga. Tahun-tahun sebelumnya secara berturut-turut workshop diselenggarakan di Jakarta. Karena itulah ketika sedang blogwalking dan saya membaca ulasan tentang acara ini saya jadi iri, jadi kepikiran kapan ya diadakan di Yogyakarta, hehehe… Dan impian saya terwujud, ternyata di tahun ketiga program ini workshopnya diselenggarakan di kota Bandung dan Yogyakarta.

Nah, untuk tahun ini di Yogyakarta program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019 ini menyasar para pelaku usaha perempuan di bawah naungan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Yogyakarta. Karena itulah maka tema workshop kali ini adalah manajemen uang yang lebih baik untuk mengelola dan mengembangkan usaha kecil Anda.

Pejabat-pejabat yang hadir dalam Workshop Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak II ini antara lain adalah:

  1. Bapak Riko Abdurrahman (Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia),
  2. Bapak Noor Hafid (Kepala Bagian Industri Keuangan Non Bank, Pasar Modal, dan Efek Otoritas Jasa Keuangan atau OJK DIY),
  3. Ibu Rihari Wulandari (Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi, UKM, dan Nakertrans Kota Yogyakarta sekaligus Wakil Ketua I Dekranasda Kota Yogyakarta).

Sedangkan narasumber yang dihadirkan dalam acara ini adalah seorang Financial Educator yang sudah sangat terkenal yaitu Prita Ghozie.

Dalam sambutannya, Bapak Riko dari Visa mengatakan,“Kami senang bisa bekerja sama dengan OJK dan BI untuk memperluas program #IbuBerbagiBijak tahun ini, dengan menggandeng para pelaku usaha perempuan dan Komunitas UMKM. Kami meyakini bahwa mereka adalah salah satu pihak yang dapat berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di masa mendatang. Workshop kali ini juga kami gelar di Yogyakarta, mengingat posisinya sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif dan kewirausahaan”.

Sementara itu Ibu Rihari Wulandari dalam sambutannya mengatakan,“Sebagai pihak yang lekat sekali pada bidang wirausaha, kami merasa sangat terbantu dengan adanya program #IbuBerbagiBijak ini. Antusiasme kami terhadap program ini sangat tinggi karena kami belajar dari pengalaman sebelumnya. Apabila dalam berkreasi membuat usaha rumahan tidak disertai pengetahuan dan pemahaman literasi keuangan yang baik, maka keuntungan yang didapat tidak akan maksimal, bahkan bisa saja menyebabkan cashflow yang berantakan. Kami sangat berterima kasih kepada Visa karena sudah melibatkan kami di program #IbuBerbagiBijak yang sarat manfaat, bukan hanya untuk keuangan usaha tetapi juga keuangan keluarga.”

Pengelolaan Keuangan untuk UMKM

Setelah acara pembukaan yang diisi dengan beberapa sambutan pejabat dan diakhiri dengan berfoto bersama, acara berikutnya yang ditunggu-tunggu adalah paparan dari narasumber cantik Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, GCertFP, CFP, QWP, AEPP yang lebih dikenal dengan Prita Ghozie tentang pengelolaan keuangan untuk UMKM.

Sekitar satu jam Prita Ghozie memberikan paparan yang padat namun sangat jelas dan mudah dipahami, tidak menggurui namun mengedukasi. Materinya tentu saja selaras dengan tema workshop #IbuBerbagiBijak kali ini yaitu seputar pengelolaan keuangan untuk UMKM. Berikut ini saya share beberapa poin penting yang disampaikan oleh Prita Ghozie.

literasi keuangan

Sebelum memulai suatu usaha, biasanya kita dihadapkan pada tantangan untuk memulai usaha. Jadi, untuk menjadi pengusaha memang harus siap segalanya. Lah wong belum mulai aja udah ada tantangannya. Ya ‘kan? Apa aja sih tantangan untuk memulai suatu usaha itu?

  1. Mau usaha apa? 
    Apakah usaha yang akan dilakukan itu karena hobi atau kesukaan? Siapa tahu lho hobinya memasak lantas pengin buka usaha warung makan atau katering. Namun demikian, perlu dipikirkan apakah ada pasar untuk hasil dari hobi? Ini artinya kudu memikirkan target konsumennya. Dan satu lagi, bagaimana dengan jam kerjanya? Apa jam kerja yang disukai?
  2. Tidak tahu untung vs rugi
    Seringkali terjadi seorang pengusaha kecil tidak tahu apakah usahanya untung atau rugi. Untuk itu, kita harus belajar memisahkan keuangan pribadi dan usaha, harus mempunyai catatan arus kas, serta harus belajar untuk memahami tentang modal, investasi dan biaya.
  3. Pertimbangan lain
    Misalnya apakah mau usaha sendiri atau bermitra? Lalu juga modalnya dari mana?

Ketika akan memulai usaha, yang paling penting untuk dipahami di awal adalah modal dan kebutuhan dasar. Yaitu antara lain modal investasi awal (properti, fasilitas pendukung, pelatihan tenaga kerja), modal kerja operasional  (barang dagangan, barang pendukung), dan biaya tetap (biaya listrik/telepon/internet, biaya pemasaran, biaya pegawai).

Selanjutnya ada 2 hal kunci yang harus dipertimbangkan, yaitu:

  1. Pembiayaan (apakah akan menggunakan biaya sendiri atau mengambil pinjaman, apakah akan melakukan perluasan usaha)
  2. Operasional (tentang hal-hal yang praktis dan taktis, serta strategi untuk mencapai tujuan usaha)

Jika memutuskan untuk mengambil pinjaman, masih ada 3 hal yang harus dipertimbangkan lho yaaa.. Ketiga hal yang harus dipertimbangkan tersebut adalah:

  1. Hitung kebutuhan pendanaan.
  2. Tambah 10% dari kalkulasi (tentunya untuk berjaga-jaga yaa..).
  3. Pertimbangkan lagi tentang alternatif sumber pendanaan.

Menurut Prita Ghozie, ada 3 macam alternatif sumber pendanaan, yaitu:

  1. Bank
  2. Lembaga keuangan (multi finance)
  3. P2P lending (pinjaman online)

Nah, dari ketiganya ini yang memiliki resiko paling kecil adalah pinjaman dari bank.

Oiya, sekarang ‘kan sedang marak tentang pinjaman online ya? Malahan banyak kasus debt collector dari pinjaman online tersebut mengirimkan pesan yang tidak sopan kepada banyak orang yang notabene tidak memiliki pinjaman online namun nomor kontak mereka tersimpan di dalam data kontaknya si pemilik pinjaman online. Emangnya apa sih pinjaman online itu?

Jadi, pinjaman online adalah fasilitas pinjaman uang tunai yang proses pengajuan dan pencairannya dilakukan secara online oleh perusahaan atau situs tertentu, tanpa harus ke bank atau lembaga keuangan, dan harus dilunasi dalam jangka waktu tertentu beserta bunga dan biaya.

Plus:
1. Proses cepat.
2. Proses online dapat diakses dari berbagai lokasi.
3. Persyaratan relatif sederhana dan murah.
Minus:
1. Tenor jangka pendek dan biaya administrasi besar.
2. Bunga pinjaman lebih tinggi dibandingkan bunga di bank.
3. Jumlah dana pinjaman terbatas.

Setelah semua tantangan untuk memulai usaha teratasi, selanjutnya usaha pun dimulai. Nah, saat inilah manajemen keuangan usaha mulai dilakukan. Beberapa hal penting yang harus dipahami dalam pengelolaan keuangan antara lain:

  1. Arus kas usaha, yang dipengaruhi oleh modal kerja, pembayaran pinjaman, operasional usaha, pembelian barang modal, dan omzet (pendapatan).
  2. Memahami situasi keuangan, yang bisa terjadi dalam 3 hal yaitu profit (untung), loss (rugi), atau break even (hanya balik modal) alias tidak untung dan tidak rugi.
  3. Tahu cara mengukur keuangan dengan financial analysis, bukan menggunakan feeling analysis, hehehe…
  4. Bisa membuat laporan keuangan usaha yang terdiri dari Neraca (balance sheet), Laporan Laba Rugi (income statement), dan catatan atas laporan keuangan (cash flow).
literasi keuangan
Prita Ghozie (Financial Educator)

Terakhir nih, yang paling penting, jangan sampai tercampur antara keuangan usaha dengan keuangan pribadi. Itulah kenapa kita perlu mengelola keuangan dengan baik. Tentu saja agar mencapai keuangan yang ideal. Berikut ini poin-poin penting untuk mencapai keuangan ideal:

  1. Lakukan financial check up untuk mengetahui kesehatan keuangan.
    Apakah punya utang? Jika ada, utang tersebut haruslah merupakan pinjaman produktif dengan cicilan dibawah 30% dari pemasukan. Apakah biaya hidup sudah lebih kecil dari pemasukan? Idealnya biaya hidup maksimal 50% dari pemasukan dan musti paham prioritas pengeluaran. Apakah punya dana darurat? Harus punya dengan nilai minimal 3X pengeluaran rutin dan harus dalam bentuk kas. Apakah punya tabungan? Yaitu tabungan untuk rencana dan investasi untuk masa depan. Tabungan itu untuk sesuatu yang sudah jelas tujuannya. Investasi itu untuk sesuatu yang jangka panjang dan belum jelas tujuannya.
  2. Arus kas keluarga dan usaha harus jelas.
    Kas masing-masing harus terpisah. Rekening untuk usaha harus ada sendiri, terpisah dari rekening pribadi. Nah, nantinya yang masuk ke rekening pribadi adalah gaji bulanan dan keuntungan dari usaha tersebut. O iya, meskipun Anda adalah pemilik usaha, namun Anda harus menetapkan gaji bulanan untuk diri sendiri lho…
  3. Jika itu semua sudah aman, selanjutnya adalah merencanakan keuangan misalnya untuk Zakat, Assurance (dana darurat dan asuransi), Present Consumption (kebutuhan rutin), Future Spending (tabungan dulu beli kemudian), dan Investment (investasi).

Berikut ini alokasi ideal dari penghasilan bulanan:

  • 5% untuk zakat, infaq dan sedekah.
  • 10% untuk dana darurat dan asuransi
  • 30% untuk biaya hidup
  • 30% untuk cicilan pinjaman
  • 15% untuk investasi
  • 10% untuk gaya hidup

Dan terakhir membuat rencana keuangan apakah untuk memiliki rumah tinggal, apakah untuk kuliah anak, apakah untuk liburan keluarga, apakah untuk punya usaha sendiri, dan lain-lain. Pesan penting nih, kalo ibu-ibu mau investasi emas, please jangan emas yang berupa perhiasan yaaaa, tetapi emas yang berupa emas batangan.

Pada kesempatan ini pula Prita Ghozie membagikan 5 tips mengelola keuangan pebisnis:

  1. Punya rencana pengeluaran
  2. NO utang konsumtif
  3. Punya tabungan dan investasi
  4. Punya dana darurat
  5. Punya asuransi kesehatan dan jiwa

Nah, buat para #IbuBerbagiBijak yang pengin belajar lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan dengan Prita Ghozie, jangan lupa untuk follow akun Instagramnya di @PritaGhozie.

Indonesia Menuju Masyarakat Non Tunai

Sehubungan dengan pengelolaan keuangan, selain dihangatkan oleh isu maraknya pinjaman online yang semakin menjamur baik yang benar maupun yang bermasalah, ada satu isu lagi yang tidak kalah hangat yaitu tentang pembayaran non tunai (cashless). Mengenai isu ini, #IbuBerbagiBijak juga harus tahu dong… 🙂

Saya pribadi lebih suka melakukan pembayaran non tunai, rasanya lebih praktis gitu. Ga perlu mikirin uang kembalian. Bayar ojek online cukup lewat GoPay atau OVO. Bayar tagihan-tagihan saya lebih suka lewat aplikasi-aplikasi non tunai. Belanja-belanja juga cukup menggunakan kartu debit. Kurang praktis apalagi coba?

Bapak Riko Abdurrahman (Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia)

Pengalaman saya senada dong dengan yang disampaikan oleh Bapak Riko Abdurrahman (Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia) bahwa,“Menjalani gaya hidup non tunai menjadi lebih mudah dan menarik bagi masyarakat Indonesia karena banyaknya opsi cara membayar, mulai dari pembayaran menggunakan kartu, teknologi nirkontak, hingga yang berbasis kode QR. Konsumen juga menginginkan proses pembayaran yang lebih cepat, mudah, dan aman yang mendorong mereka semakin mengurangi penggunaan uang tunai dan memulai gaya hidup non tunai.” 

Pada tahun 2018, Visa menugaskan Intuit Research untuk melakukan studi Consumer Payment Attitudes guna memahami perilaku konsumen digital dengan tujuan mendorong pembayaran elektronik yang lebih besar. Survei dilakukan di 8 negara di Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja yang melibatkan 4000 responden. Demografi responden di Indonesia adalah pria dan wanita berusia 18 tahun ke atas dengan penghasilan pribadi bulanan dari Rp 3 juta ke atas.

Berikut ini adalah temuan-temuan penting dari studi Consumer Payment Attitudes 2018 tersebut:

  1. Mayoritas masyarakat Indonesia terlihat semakin siap untuk menghadapi masa depan tanpa tunai sebab 8 dari 10 (82%) responden menyatakan bahwa mereka telah mencoba bepergian tanpa tunai. Studi tersebut menunjukkan jumlah konsumen yang melek digital semakin bertumbuh di Asia Tenggara dan mengindikasikan masyarakat Indonesia semakin menyadari manfaat pembayaran nontunai dan tertarik dengan masa depan tanpa tunai.
  2. Sebanyak 77% masyarakat Indonesia diperkirakan akan semakin sering menggunakan pembayaran non tunai dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Selain itu, 41% juga meyakini Indonesia akan mewujudkan masyarakat tanpa tunai dalam kurun waktu tiga tahun. Hal ini merupakan sebuah peningkatan dibandingkan dengan hasil studi tahun lalu yang mana mayoritas responden memperkirakan bahwa masyarakat tanpa tunai akan terwujud dalam kurun waktu 8 hingga 15 tahun.
  3. Keamanan bertransaksi tetap menjadi prioritas utama sebab 9 dari 10 responden mengatakan bahwa memastikan keamanan informasi pribadi saat bertransaksi menggunakan ponsel menjadi salah satu fokus utama mereka. Saat ditanya mengenai masa depan pembayaran, masyarakat Indonesia menunjukkan minat  yang tinggi untuk menggunakan perangkat pembayaran wearables (76%), di mana smartwatch dinilai sebagai wearables yang paling nyaman dipakai untuk melakukan pembayaran (53%). Selain itu, 69% masyarakat Indonesia juga berminat menggunakan teknologi biometrik untuk autentikasi pembayaran, di mana 60% responden menilai teknologi pemindaian jari sebagai opsi yang paling nyaman.
  4. Semakin sedikit masyarakat Indonesia yang membawa uang tunai dalam jumlah besar karena mereka sudah berpindah ke pembayaran elektronik dan mulai meninggalkan uang tunai (82%), serta merasa lebih aman menggunakan pembayaran non tunai (77%) dan ingin proses pembayaran secara fisik dihilangkan (68%).
  5. Tujuh (7) dari 10 masyarakat Indonesia (71%) tertarik untuk melakukan pembayaran menggunakan kartu nirkontak, sementara 79% tertarik dengan pembayaran nirkontak berbasis mobile. Mayoritas menunjukkan minat untuk menggunakan pembayaran nirkontak di supermarket (73%), toko retail (71%), dan gerai makanan cepat saji (64%). Kecepatan, kenyamanan, dan keamanan adalah alasan utama tertarik menggunakan pembayaran nirkontak.
  6. Sebanyak 82% masyarakat Indonesia merasa tertarik menggunakan pembayaran berbasis kode QR, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil studi tahun lalu yang hanya 50%. Responden menilai pembayaran berbasis kode QR dapat menghemat waktu, mudah digunakan, tidak ribet, aman, dan menyenangkan.

Semakin banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses terhadap pembayaran non tunai sehingga membuat lebih percaya diri bepergian tanpa tunai.

Buku Catatan Keuangan #IuBerbagiBijak

Keuangan Terencana Keluarga Sejahtera

Sekali lagi saya bersyukur banget bisa tergabung dalam acara workshop Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019 ini. Selain hal-hal di atas yang saya dapatkan langsung dari narasumbernya, masih ada banyak ilmu dan informasi lain yang disampaikan dalam satu paket goodie bag yang saya sebut sebagai oleh-oleh workshop.

Oleh-oleh yang baru sempat saya buka dan saya nikmati di rumah itu antara lain adalah:

Dari Visa, ada 2 buku cantik berwarna biru tua. Yang pertama adalah buku catatan keuangan yang berisi tentang pemasukan dan pengeluaran harian. Menurut saya ini adalah buku contoh, dimana sebaiknya #IbuBerbagiBijak memiliki buku catatan pemasukan dan pengeluaran semacam itu agar keuangan bisa terkelola dengan baik. Yang kedua adalah Buku Saku Ibu Berbagi Bijak yang berisi tentang: (1) anggaran dan keuangan berikut tips membuat anggaran, (2) simpanan berikut tips tentang tabungan dan merencanakan pengeluaran, (3) utang piutang berikut tips dan trik terbebas dari utang, (4) keamanan perbankan beserta tips menghadapi penipuan data perbankan, (5) perlindungan dan investasi.

Dari Bank Indonesia (BI) ada buku kecil tentang Gerakan Nasional Non Tunai, yang berisi informasi peran BI dalam sistem pembayaran, pilar elektronifikasi, dan tantangan dalam implementasi elektronifikasi.

Terakhir, dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada beberapa brosur antara lain:

  1. Menabung di SimPel aja. Yaitu tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara nasional oleh bank-bank di Indonesia, dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.
  2. Yuk Nabung di Saham. Saham adalah bukti kepemilikan suatu perseroan (perusahaan) yang merupakan klaim atas penghasilan dan kekayaan perseroan. Dengan Rp 100.000 kita bisa jadi pemilik perusahaan lhoo…
  3. Bersahabat dengan Kartu Kredit. Begitu banyak kenyamanan dan keuntungan dalam menggunakan kartu kredit, namun pergunakanlah dengan bijak.
  4. Keuangan Terencana Keluarga Sejahtera. Hemat berbeda dengan pelit. Sisihkan dahulu sebagian dari pemasukan untuk ditabung, jangan menabung dari sisa pengeluaran.

Demikian oleh-oleh workshop yang saya bisa saya tuliskan semoga bermanfaat. Semoga pula program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019 dari Visa ini singgah di kota Anda, sehingga akan semakin banyak ibu-ibu yang melek keuangan, khususnya ibu-ibu yang memiliki usaha.

Salam Literasi Keuangan,
Wiwin Pratiwanggini

 

20 thoughts on “Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019: Bijak Kelola Keuangan Demi Keluarga dan Usaha Kecil”

  1. Narasumbernya mbak Prita ya, wah makin semangat aja nih mendapatkan ilmunya. Dari dulu ngefans banget ama mbak Prita, semoga kapan2 mbak Prita main ke Surabaya untuk berbagi ilmunya…

  2. Pingback: Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak2019: Bijak Kelola Keuangan Demi Keluarga dan Usaha Kecil – Blogger Perempuan

  3. Seiring berkembangnya jaman, segala transaksi diarahkan melalui digitalisasi tentu perlu dikembangkan pula transaksi non tunai yang akan Mempermudah transaksi Keuangan ya Mba.

  4. Oleh sebab itu aku memikirkan ulang ketika mau membuka online shop yg juga membutuhman modal walaupun sedikit ya hitungannya. Seneng banget bisa mengikuti workshop yg penuh gizi soal financial nih

Leave a Reply to Meli Engku Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *