Skip to content

Ikhtiar Menganalisis Bakat Anak Melalui Tes Sidik Jari

Apa sih Bakat Anak Saya?

Di artikel sebelumnya saya sudah menulis pengalaman saya berikhtiar memahami cara belajar anak saya. Namun, masih ada satu rasa penasaran yang pengin saya tuntaskan. Yaitu saya ingin tahu apa sih sebenarnya bakat anak saya. Jika selama ini saya mengandalkan observasi dan insting saja, maka saya butuh memperkuatnya dengan menggunakan data. Nah, ikhtiar saya adalah menggunakan jasa tes sidik jari juga. Tes sidik jari untuk menganalisis bakat anak.

Saya sebagai ibunya sebenarnya bisa melakukan observasi terhadap anak saya melalui pengamatan atas tingkah lakunya sehari-hari. Dilengkapi dengan insting saya sebagai ibunya. Tetapi di tengah jalan saya seperti merasakan kebimbangan, karena apa? Karena suami saya memiliki obsesi atas masa depan anak kami. Saya ingin anak kami tumbuh sesuai minat dan bakatnya, tapi ayahnya pengin si anak menjadi seseorang yang seperti keinginannya.

Waktu sekolah di SMK, selama semester dua sudah mengindikasikan bahwa anak saya tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti keinginan ayahnya. Daripada anaknya jadi bingung maka saya mengambil inisiatif untuk mencari jalan tengah. Minimal saya dan anak saya mempunyai pegangan untuk melangkah.

Jadi, langkah saya berikutnya setelah memahami cara belajar anak adalah melakukan konsultasi dengan penyelenggara tes sidik jari tersebut. Oiya tesnya cukup satu kali saja, tidak ada pengulangan. Hanya saja disini saya diberikan 18 lembar Full Report hasil tes sidik jari yang menjadi dasar untuk menganalisis.

Mengawali sesi konsultasi, pertanyaan pertama yang mereka ajukan ke saya adalah: “Setelah ibu mengikutkan tes sidik jari anak ibu, apa yang sangat ingin ibu ketahui?” Tentu saja jawaban saya adalah: “Ingin mengetahui bakat anak saya.” Setelah itu saya diajak membuka lembar demi lembar Full Report tadi. Pertama kali yang dibuka malah halaman kedua dari belakang, karena yang dibicarakan ada di halaman tersebut. Setelah itu bisa loncat ke halaman depan, begitu terus, menyesuaikan dengan apa yang sedang dibahas.

menganalisis bakat anak
sumber gambar:l pixabay.com

Seperti contohnya ketika saya ingin mengetahui jika anak saya masuk tentara. Pak Tunggul sebagai praktisi psikobiometrik mengajak saya untuk membuka lembaran ke-17 pada bab Penjurusan Kuliah. Disitu tertera jurusan Militer. Ternyata referensinya B untuk anak saya. Hal ini dilihat dari data bahwa Motivasi dan Skills sama-sama berada pada angka 80%, tetapi sayangnya Karakter hanya memiliki angka 52%.

Kenapa bisa demikian? Karena pada dasarnya anak saya motivasinya limbik (feeling / perasaannya halus). Selain itu masih didukung dengan karakternya yang kreatif (belahan otak kanan lebih dominan). Juga memiliki 3 macam skill yaitu imajinasi kreatif, gerak tangan atau kelenturan, dan bahasa. Ditambah lagi dengan orientasinya kenyamanan atau steadiness. Bisa disimpulkan bahwa anak saya adaah anak yang tidak bisa dipaksa.

Dan itu semua sudah terbukti dalam kehidupan nyata keseharian kami. Gak perlu saya ceritakan secara detail ya…, karena saya sudah pernah share di postingan-postingan saya sebelumnya.

Menurut hasil tes sidik jari FingerHITS Talent Spectrum ini, Working Style anak saya adalah dominan dalam posisi Operation yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kecekatan. Sedangkan tipe pekerjaan yang sesuai untuknya adalah sebagai investor. Investor adalah pekerjaan yang mengandalkan keleluasaan dan kreativitas, tidak dibatasi oleh aturan yang berlaku. Nah ‘kan, ga cocok dia menjadi pegawai seperti ibunya πŸ˜€

O iya bahkan School Recommendation untuk anak saya pun sebenarnya adalah School of Fun, dikarenakan anak saya tipenya belajar karena ingin merasa aman, nyaman dan sesuai mood. Lagi-lagi saya hanya bisa mengelus dada, pantesannnn ketika sekolah di SMK yang berbasis militer dia seperti engga menikmati sepenuh hati, apalagi orang yang moody tidak akan bisa awet sekolah ala militer.

Kuliah di Jurusan Apa yang Cocok?

Nah, sekarang anak saya tersebut duduk di bangku SMA kelas X, jurusan MIPA. Menurut tes sidik jari ini, sebenarnya sih cocoknya Satria di jurusan IPS atau non eksakta. Tapi karena sudah terlanjur ya sudahlah, saya mau lihat dulu perkembangannya hingga nanti akhir semester 1. Apakah akan terus di jurusan MIPA ataukah harus rela pindah ke IPS. Just wait and see… πŸ™‚

Bersyukur saya karena Satria tidak salah masuk di sekolah yang sekarang ini. Kenapa? Karena sekolah tersebut memberikan pelajaran kewirausahaan kepada para siswanya. Sebelum menulis ini, weekend kemarin saya menyambangi stand Creative Millenialpreneur Festival (CMF) di Sleman City Hall. Acara ini terselenggara atas kerjasama SMA Negeri 1 Cangkringan (SMANCA) dengan Rumah Kreatif Sleman (RKS).

sidik jari bakat
Usai acara CMFest.

Di event CMF ini, selain membuka stand pameran dan jualan, selama 2 hari penuh siswa-siswi SMANCA mengadakan berbagai macam kegiatan. Antara lain Workshop Batik dengan Pewarna Alam, Lomba Tari Kreasi Baru, Lomba Mewarnai, Dongeng & Sulap. Anak saya 2 hari full menikmati kegiatan tersebut dengan menjadi salah satu panitianya. O iya, selain sebagai ketua kelas, anak saya juga menjadi pengurus OSIS.

Jadi, di sekolah ini potensi anak saya secara tidak langsung dioptimalkan. Potensi dan prestasi yang lain silakan tengok di postingan sebelum ini.Β Lalu kuliah di jurusan apa dong yang tepat untuk anak saya atau referensinya A ? Ternyata banyak lhooo, bapak-bapak & ibu-ibu! Tinggal pilih yang passs banget dengan minat dan kemampuannya.

Apakah itu artinya untuk jurusan kuliah dengan referensi B, C, dan seterusnya tidak bisa diambil? Bisa. Hanya saja pasti akan ada sisi-sisi ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh anak saya πŸ™‚

menganalisis bakat anak
Referensi jurusan kuliah. (dokumen pribadi)

Data yang Digunakan untuk Menganalisis Bakat Anak

Dibandingkan dengan data yang digunakan untuk memahami cara belajar anak, maka data yang digunakan untuk menganalisis bakat anak ini jauh lebih banyak. Setelah saya print total ada 18 lembar lho… Pasti Anda penasaran ‘kan data apa saja yang diperoleh dari tes sidik jari sehingga bisa digunakan untuk menganalisis bakat anak?

  1. Hand Index (normal atau tidak)
  2. Personal Drive (daya tangkap otak, daya respon otak)
  3. Basic Motivation (kognitif / afektif / reflektif)
  4. Behaviour Motivation (landasan dalam perilaku)
  5. Character Traits (memahami karakter)
  6. Thinking Style & Learning Style (metode pembelajaran yang lebih efektif, gaya belajar yang responsif)
  7. Intelligence Distribution (mana yang lebih responsif: emotional intelligence, intellectual intelligence, physical intelligence)
  8. Potential Skill
  9. Working Style (merupakan potensi/kapasitas seseorang dalam menangani tugas-tugas tertentu yang berkaitan dengan bidang kerja yang ditekuninya).
  10. Kuadran Pekerja (tipe pekerjaan yang sesuai)
  11. Pressure & Instability Condition (daya tahan otak, daya tahan mental)
  12. Learning Enrichment (untuk memberikan referensi mengenai bagaimana Anda menemukan strategi terbaik dalam mengoptimalkan gaya belajar Anda)
  13. Rekomendasi sekolah
  14. Referensi penjurusan sekolah
  15. Analisa Potensi Pemilihan Perkuliahan (Penjurusan Kuliah)
  16. Digital Potentials Enrichment (penilaian terhadap seberapa besar potensi genetik dalam diri seseorang dalam mengaplikasikan kapasitas diri ke dunia digital khususnya dalam pengelolaan manajemen diri, skill dan konten digital).

Maafkan saya, karena disini saya tidak akan membahas satu per satu hasil tes sidik jari ini. Tentunya akan lebih mantap kalo mencoba sendiri. Disini saya hanya berbagi mengenai pengalaman saya berikhtiar menggali minat, bakat serta kemampuan anak saya. Saya sudah bilang ke anak saya bahwa ini bukan patokan baku, tidak mutlak untuk diikuti, tapi setidaknya mulai tampak titik terang kamu mau melangkah lewat jalan yang mana.

Demikian sharing dari saya, semoga bermanfaat πŸ™‚