Menulis pengalaman pribadi sudah menjadi makanan saya sehari-hari di blog ini. Tapi untuk membukukan? Hiks.. saya masih butuh ilmu. Yang ingin saya tuliskan ini adalah oleh-oleh workshop 2 bulan yang lalu. Hari itu saya mengikuti workshop menulis yang diselenggarakan oleh Gen W Academy bekerjasama dengan Kolam Pena. Temanya adalah “Bukukan Kisahmu” yaitu tentang menulis buku berdasarkan pengalaman pribadi. Acaranya diselenggarakan di Rumah Warna, Ring Road Utara, Yogyakarta.
Acara workshop hari itu dibagi menjadi beberapa sesi. Diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh perwakilan dari Kolam Pena (maaf yaaa saya tidak mencatat namanya). Dilanjutkan dengan sharing oleh 3 orang penulis yang merupakan para pendiri Gen W Academy. Tiga orang ibu ini berbagi pengalaman mereka dalam menerbitkan buku-buku berdasarkan pengalaman pribadi. Terakhir, acara workshop ditutup dengan praktek menulis, membuat satu cerita berdasarkan pengalaman pribadi, minimal 700 kata (kalau tidak salah ingat).
Kenapa saya tertarik mengikuti workshop menulis dengan tema “Bukukan Kisahmu” ini? Ya, karena saya ingin suatu hari nanti bisa membuat buku yang berisi pengalaman hidup saya sendiri. Entah dalam bentuk novel atau biografi. Karena itu saya butuh ilmu sebelum benar-benar terjun menjadi penulis buku.
Meskipun sebenarnya saya sudah sering menulis pengalaman-pengalaman hidup saya di dalam blog, tetapi tentunya berbeda. Lagipula di dalam blog saya, tulisan-tulisan tersebut tidak runtut menjadi satu rangkaian cerita. Sedangkan jika dikemas dalam sebuah buku, tentunya menjadi satu rangkaian cerita yang menarik sehingga pesan moral lebih mudah tersampaikan kepada pembaca.
Mengenal Gen W Academy
Gen W Academy adalah sebuah lembaga kepenulisan yang menyediakan jasa pelatihan kepenulisan dan produk-produk tulisan kreatif untuk berbagai kalangan. Gen W Academy sendiri berdiri pada 21 Januari 2016. Didirikan berbekal niat untuk mengajak, memfasilitasi, mendampingi, menyemangati, juga berbagi ilmu.
Hampir semua orang bisa menulis, tapi tidak banyak yang mampu menghasilkan karya tulis yang baik, bernilai serta berkualitas. Karena itu dengan mengutamakan sistem belajar “menulis dengan asyik”, Gen W Academy berfokus pada bagaimana seseorang menemukan potensi menulis di dalam dirinya, untuk dibimbing dan diarahkan secara tepat, sehingga dapat berkarya sesuai passion.
Semua itu tertuang dengan jelas di dalam visi dan misi Gen W Academy.
Visi Gen W Academy adalah:
- mengajak generasi mudah untuk suka menulis dan membaca buku
- memberikan pelatihan kepenulisan yang kreatif dan inovatif
- menjadi mitra penyedia jasa penulisan produk-produk creative writing yang terpercaya
Misi Gen W Academy adalah:
- menciptakan generasi penulis di era digital dengan kemampuan membaca, menyimak dan menciptakan tulisan-tulisan best seller.
Sementara itu latar belakang dibentuknya Gen W Academy adalah:
- Setiap manusia mempunyai kehebatan dan keunikannya masing-masing. Untuk itu empat penulis yang berteman dalam sebuah komunitas berpikir untuk menyatukan potensi penulisan yang berbeda agar bisa saling melengkapi.
- Jika satu sama lain bersama-sama bersinergi berkiprah di dunia pelatihan kepenulisan pastinya bisa membuat sebuah terobosan yang lebih hebat daripada sendirian.
Semua orang bisa menulis. Anda juga bisa. Mulailah dari hal-hal yang Anda ketahui, niatkan untuk berbagi kisah. Karena tidak ada orang yang benci dengan sebuah kisah. Meski itu kisah menyedihkan sekalipun.
Menulis untuk Terapi Kesehatan
Deassy M Destiani adalah penulis buku Bukan Untuk Dibaca jilid 1-2-3, buku Anakku Bukan Anakku, dan lain-lain. Yang memotivasi Deassy menulis adalah karena menulis adalah sebagai bentuk mencintai dirinya. Semakin banyak kegelisahan yang dirasakannya, semakin banyak tulisan. Bagi mba Deassy kegelisahan itu menyumbat jiwa dan menjadikan penyakit dalam diri. Nah, dengan mengeluarkannya dalam bentuk tulisan yang dibaca orang akan mengurangi kegelisahan yang dirasakannya.
Selain motivasi diatas, mba Deassy juga memiliki 3 (tiga) alasan kenapa menulis. Ketiga alasan tersebut adalah:
- Suka baca buku.
- Ingin membantu menyelesaikan masalah orang lain dan sebagai pengingat buat diri sendiri agar tidak mengalami.
- Ingin meyakinkan orang lain dengan ide dan gagasannya baik itu berupa sebuah kisah/cerita atau pendapat.
Apa saja sih keuntungan menjadi penulis itu? Menurut Deassy M. Destiani ada 5 macam keuntungan menjadi penulis, yaitu:
- Dikenal orang.
- Dapat royalti/uang.
- Lebih didengar.
- Bisa menginspirasi banyak orang.
- Meninggalkan jejak literasi, sampai mati pun bukunya tetap ada dan dibaca orang.
Menurut mba Deassy, ada banyak orang yang bisa menulis dari pengalaman pribadi, yaitu:
- Anda yang merasa punya pengalaman hidup istimewa tapi susah diceritakan pada orang lain.
- Anda yang berniat membangun blog personal tetapi kesulitan menulis postingan, maka menulis dari pengalaman pribadi menjadi hal penting.
- Anda yang suka kepo dan bertanya-tanya mengapa postingan sederhana berupa pengalaman hidup terlihat menarik dan viral.
- Anda yang suka bingung mau menulis apa, tapi ingin punya buku sendiri.
Dan ternyata cara menulis pengalaman pribadi itu tidak sulit lho. Yaitu dimulai dengan mengingat pengalaman apa yang paling berkesan dalam hidup Anda. Karena sebenarnya semua pengalaman Anda merupakan sumber ide yang bisa dieksplorasi. Menulis hal remeh temeh sekalipun, jika dilakukan dengan sepenuh hati, hasilnya akan mengagumkan. Pengalaman saya sendiri, menulis di blog ini sebagian besar berdasarkan pengalaman sendiri lho..
Selanjutnya agar tulisan yang berisi “curhatan pengalaman pribadi” menjadi lebih berbobot, bukan sekedar seperti asal menulis, ada beberapa hal yang harus kita lakukan (semacam riset gitu deh..), yaitu antara lain:
- Banyak membaca buku dan artikel penulis best seller.
- Kumpulkan referensi yang terkait dengan tulisan.
- Berlatih mengutip dari sumber/referensi atau menyusun fakta dari lapangan.
- Banyak berlatih menghubungkan kata, kalimat, dan paragraf.
- Berlatih merangkai kata-kata sesuai PUEBI.
- Berikan tulisan kita pada orang lain/posting di media agar mengetahui kualitas dari tulisan kita. Tanyakan komentar mengenai tulisan kita pada orang tersebut.
Nah, ini bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu tentang proses menulis kisah inspiratif, sebagai berikut:
- Tentukan pesan apa yang ingin disampaikan.
- Gunakan bahasa yang ringan dan mengalir.
- Libatkan emosi secukupnya.
- Gunakan “aku” daripada “saya”.
- Sebagai bahan, bisa baca status di media sosial.
- Baca quote atau kutipan inspiratif lalu hubungkan dengan pengalaman Anda atau apa yang Anda rasakan.
- Baca buku atau nonton film/video.
Sebelum diakhiri, mba Deassy sempat membagikan informasi penting berikut ini yang biasanya sangat dibutuhkan jika ingin menjadi penulis, yaitu:
- Ukuran sukses penulis. Seorang penulis dikatakan sukses jika bukunya terjual minimal 50 ribu eksemplar, mendapat royalti minimal Rp 100 juta per tahun, tulisannya difilmkan, dan menjadi viral di media sosial.
- Bagaimana menghitung royalti? Umumnya besar royalti di Indonesia adalah 10%. Itu artinya, jika harga buku sang penulis adalah Rp 50 ribu, maka royalti yang didapatkan adalah sebesar Rp 5.000 per eksemplar. Jika laku sebanyak 3000 eksemplar, maka royalti yang ia dapat adalah sebesar Rp 5.000 X 3000 = Rp 15 juta. Royalti mba Deassy sendiri dalam setahun sudah mencapai Rp 100 juta. Penghasilannya tersebut digunakan untuk membiayai panti asuhannya.
- Berapa honor menulis? Honor menulis bagi seorang pengelola blog Rp 200-500 ribu untuk minimal 500 kata (tergantung kepopuleran sebuah blog), honor menulis di majalah Rp 150 ribu hingga Rp 1 juta untuk minimal 3000 kata, honor menulis di koran antara Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta untuk minimal 1500 kata, dan honor untuk pesanan buku (ghost writers) antara Rp 25 juta hingga Rp 100 juta.
Saya? Saya pribadi sudah merasakan dapat honor dari menulis di blog. Alhamdulillah lhoooo.. satu artikel dihargai rata-rata segitu. Setidaknya ga mikir lagi buat bayar sewa web hosting dan perpanjangan domain name setiap tahun 🙂
Terakhir, mba Deassy menyampaikan pesan bahwa menulis itu bisa menjadi terapi kesehatan. Bagaimana bisa? Nahhh, berikut ini penjelasannya:
- Manusia butuh menuangkan idenya. Hal ini bisa membantu orang mengeluarkan aspirasi dan membuatnya menjadi rendah potensi stresnya, bahkan semakin kreatif.
- Mengungkapkan perasaan secara tertulis. Mereka yang memiliki waktu untuk menulis, bisa membantu menuangkan perasaan dan pikiran sehingga tak memendamnya dalam hati. Karena bila terlalu lama ditahan bisa menjadi beban bagi tubuh seseorang. Demikian kata James Pennebaker.
- Membantu menjaga imunitas. Menulis bisa membantu menjaga imunitas. karena mereka yang bertahan pada situasi yang menyakitkan tidak memiliki kesempatan untuk melampiaskan dengan tepat, bisa melemahkan imunitasnya sendiri.
- Menulis seperti terapi. Dengan menulis, seseorang sebenarnya melakukan terapi. Namun dengan syarat, tulisan itu memberi imbal balik yang berkualitas bagi hidupnya. Apabila yang dituliskannya hanya hal-hal yang bersifat rutinitas dan tak menyangkut-pautkan kondisi mental dan psikisnya, maka tulisan itu tak akan terlalu menyembuhkan.
- Melatih kesabaran. Dalam berbagai jenis tulisan, kegiatan menulis bisa membuat kita melatih kesabaran dan menghargai estetika. Misalnya mereka yang belajar kaligrafi baik itu China, Arab, dan sebagainya. Melatih kesabaran baik untuk jantung, otak dan tekanan darah seseorang.
Setidaknya, tulislah sesuatu tentang hidup Anda baik itu di buku harian maupun selembar kertas. Menulis bisa membantu Anda mendetoks jiwa dan membangun atmosfer yang lebih menyehatkan bagi psikis dan fisik. (Deassy M. Destiani)
Priceless Benefit bagi Etyastari Soeharto
Setelah sharing dari mba Deassy M. Destiani, berikutnya mba Etyastari Soeharto penulis buku Mosaic of Haramain berbagi cerita tentang pengalamannya membuat buku true story sendiri. Buku Mosaic of Haramain itu berisi pengalaman pribadi mba Ets ketika menjalankan ibadah haji di tanah suci. Alhamdulillah saya sudah memiliki bukunya dan sudah kelar membaca buku tersebut. Setelah membaca buku tersebut, tentu saja saya menjadi terinspirasi untuk bisa sampai ke Haramain.
Sebelum memulai sharing, mba Ets menyampaikan sebuah quote sebagai berikut:
Tulisan adalah guru. Dan murid pertamanya adalah si penulis sendiri.
Dalam membuat buku true story, mba Ets melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Memilah dan memilih kisah. Dan kisah yang dipilih oleh mba Ets kali ini adalah tentang pengalamannya berhaji dari mulai mendaftar hingga menjadi seorang hajjah. Dituliskan dengan runtut dan sangat mudah dimengerti.
- Temukan inspirasinya. Setiap bab dari kisah yang dituliskan oleh mba Ets, selalu ada inspirasi yang terselip di dalamnya atau di akhirnya.
- Tuliskan. Maka jadilah sebuah buku.
- Publish (terbitkan).
Sampai disini ternyata belum selesai. Ada langkah selanjutnya agar buku yang sudah ditulis tadi sampai kepada masyarakat pembaca. Tentu saja hal-hal berikut ini yang harus dipikirkan, yaitu penerbitnya mana (mayor atau indie), mau dijual kemana, sistem penjualannya bagaimana, harga berapa, modal, royalti, untung atau rugi.
Nah, yang paling seru nihhhh ketika mba Ets menceritakan tentang fakta terbitnya Mosaic of Haramain. Mau tahu faktanya?
- Terdiri dari 320 halaman dengan panjang 60.000 kata.
- Terbit secara indie tentu saja dengan modal sendiri ya…, dengan distribusi mandiri. Mba Ets mengirimkan dan bahkan mengantarkan sendiri buku-buku tersebut kepada para pembelinya.
- Sudah terjual 500 eksemplar dengan harga Rp 119.000 per eksemplar.
- Priceless benefit. Karena bukan hanya uang yang mba Ets dapatkan. Banyak pembaca merasa sangat terbantu oleh buku tersebut, hingga kemudian di-share melalui social media.
Setelah bercerita tentang proses terbitnya Mosaic of Haramain, ada beberapa hal penting yang mba Ets sampaikan kepada kami para calon penulis (peserta workshop) dalam membuat sebuah buku true story, yaitu:
- Inspirasi apa yang ingin disampaikan kepada pembaca?
- Setiap hal yang terjadi dalam hidup kita adalah yang terbaik dari Allah.
- Harus sudah selesai dengan diri sendiri (move on dan move up).
- Jujur.
Kalo boleh tahu, cerita yang menarik itu seperti apa sih, mba Ets? Kata mba Ets, cerita yang menarik itu adalah yang menginspirasi, gue banget, unik, ceritanya dalam banget, bikin baper, solutif, dan anti mainstream.
Lalu bagaimana sih “mengangkat” cerita yang biasa menjadi suatu cerita yang menarik? Tips dari mba Ets, ada beberapa poin yang bisa digunakan untuk mengangkat sebuah cerita biasa menjadi cerita yang menarik yaitu penokohan, perkuat unsur-unsur tulisan yang lain (setting, alur, dsb), mainkan fokus cerita, menggiring opini pembaca, dan penggunaan gaya bahasa yang pas.
Dan, terakhir mba Ets menutup sharingnya dengan sebuah quote sebagai berikut:
Menulislah, maka engkau akan punya tulisan.
Menulis Pengalaman Pribadi ala Irfa Hudaya
Menurut Irfa Hudaya, penulis buku Ya Allah Aku Rindu Ibu, setiap orang memiliki kisah yang menarik untuk dibagi dengan orang lain. Dalam kesempatan ini Irfa Hudaya membagikan tips mengenai bagaimana memilih kisah pribadi untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Tips-tips tersebut adalah sebagai berikut:
- Membuat daftar ujian hidup yang pernah dialami.
- Pilih kisah paling ‘epic’ yang pernah dialami oleh penulis.
- Di antara kisah ter-‘epic’ yang pernah dilalui, pilih yang paling memberikan pelajaran.
- Membuat sinopsis.
- Menulis dengan hati.
- Memilih diksi yang menyentuh.
Saya pribadi belum membaca buku-bukunya mba Irfa. Tapi saya yakin, pasti sebagus tips yang mba Irfa kasih ke kami 🙂
Praktek Menulis Pengalaman Pribadi
Alhamdulillah walaupun sudah lewat jam makan siang, saya masih bisa mengikuti sesi praktek menulis. Iya dong, saya tidak ingin melewatkan sesi ini karena setiap tulisan peserta akan mendapatkan feedback dari mba Deassy dan kawan-kawan.
Awalnya saya bingung mau menulis tentang apa, karena sejujurnya banyak sekali pengalaman hidup yang saya alami yang bisa menginspirasi banyak orang. Setelah mencari-cari ide, akhirnya saya mencoba mengambil ide dari pengalaman terbaru saya. Pengalaman setahun terakhir hati dan pikiran saya teraduk-aduk oleh situasi dan kondisi rumah tangga yang tentu saja melibatkan anak dan suami.
Karena menuliskan pengalaman pribadi, alhamdulillah saya bisa lancar menulis dan menghasilkan draft sepanjang kurang lebih 1400 kata. Oiya, lebih mudah lagi karena saya menerapkan pesan mba Deassy, yaitu seolah-olah saya sedang curhat dalam bentuk surat kepada mba Deassy. Berkali-kali saya menghela napas panjang karena menahan tangis. Ya, pengalaman pribadi saya sarat emosi, sehingga saya sebagai penulis bisa menulis sambil menangis.
Sayangnya saya tidak bisa mengikuti acara hingga usai. Jadi, draft tulisan tersebut saya emailkan ke tim Gen W Academy, dan selanjutnya saya menunggu feedback yang dikirimkan via email juga.
Saya belum tahu kapan tulisan tersebut akan saya rampungkan. Doakan saja suatu hari nanti akan terbit sebuah buku solo yang ditulis oleh Wiwin Pratiwanggini dan menjadi best seller. Aamiin… 🙂
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Wah ber.anfaat banget mbak Wiwin. Asyik banget ya bisa menelurkan buku dari hasil pengalaman sehari-hari. ?
Komentar ditutup.