Ini adalah lanjutan dari Jurnal Syukur Menulis Untuk Pulih bagian 1.
7. I left my biz in the year of 13th
Edisi 20 Mei 2020:
Pagi ini, alhamdulillah, atas restu suami saya berani mengambil keputusan untuk menanggalkan sesuatu yang saya sandang sekian tahun. Tak perlu saya ceritakan panjang lebar, cukuplah menjadi bagian dari masa lalu (kemarin dan seluruh hari-hari sebelumnya). Terima kasih untuk hal-hal baik dan positif yang pernah saya dapatkan. Matur nuwun, duh Gusti, atas semua pembelajaran yang pernah hamba lalui.
Kini…
Aku bersyukur untuk segala kebodohanku di masa lalu. Aku bukanlah perilaku bodohku. Aku adalah pribadi pembelajar dan pencinta diri sebagaimana adanya.
Dari kebodohan dan ketidaktahuanku, aku belajar untuk memahami sudut pandang orang lain dan tertawa bahwa ternyata aku tidak selalu benar. Benar bagiku bukan berarti benar bagi orang lain, begitu juga sebaliknya.
Semua yang terjadi cerminan dari perbuatanku. Bagaimana aku bersikap menentukan perlakuan orang padaku. Bagaimana aku menyembuhkan diri, tidak mengeluh, membuat aku semakin kuat. Bagaimana aku melatih diri untuk konsisten berkarya dan belajar menuju keberuntungan dan kemenangan membawaku pada sebuah pencapaian.
Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi pribadi dewasa dan menjalani kehidupan manusia seutuhnya itu pilihan 🙂 🙂
Terima kasih, Wiwin Pratiwanggini, pikiranku, tubuhku, dan jiwaku.
Aku menyayangimu.
Note: Keputusan ini saya ambil tepat di tahun ke-13 saya membangun sebuah bisnis. Tolong jangan bertanya kenapa saya meninggalkannya. Cukup hanya saya, suami, dan Allah SWT yang tahu.
8. Syukur gado-gado
Edisi 21 Mei 2020
Yeayyy… Tanggal merah! Artinya saya lepas dari rutinitas. Bisa menikmati kebebasan walau sehari. Alhamdulillah, wajib disyukuri bersama dengan hal-hal berikut ini:
1. Suami pesan dibikinin flyer promosi sejak beberapa hari yang lalu. Tadi pagi baru saya kerjakan dan langsung kelar. Berhubung gak pandai dengan aplikasi grafis, saya bikin aja pake PowerPoint. Lumayan bagus (yang pesen gak protes koq..). Semoga laris manis lagi ya, Yah… Aamiin..
2. Kemarin saya bilang ke suami kalo mau mbersihin dapur, menata lagi tempat kompor. Alhamdulillah tadi pagi kesampaian, beres, bersih dan rapi lagi, meskipun sambil momong anak. Sekaligus kelar nyuci pakaian yang udah numpuk 2 hari.
3. Bersyukur dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Saat bangun saur saya sempat kaget karena baca WA dari anak mbarep yang bilang kalo “gak enak badan”. Alhamdulillah sore tadi kami udah bisa video call-an, di seberang sana si kakak sudah tampak sehat. Jaga kesehatan ya, nak… Karena itu adalah salah satu cara untuk mensyukuri karunia Tuhan. Juga untuk melindungi diri dari pandemi saat ini.
4. Dimas, si adik, yang sempat sebulanan gak doyan makan nasi, sekarang sudah doyan lagi. Meskipun tidak sehari 3 kali. Jadi kalo normal sih 1-2 kali aja dia makan nasi dalam sehari. Alhamdulillah si adik ini juga dikaruniai kesehatan.
5. Ini nih yang surga dunia banget buat saya yaitu bisa bobok siang dengan nyaman. Apalagi saat saya capek dan ngantuk berat, si adik juga ikutan bobok. Bersyukur bangetttt. Seperti tadi siang, tadinya nonton yutub di samping saya, tahu-tahu udah merem duluan. 😀
Sebenarnya masih banyak hal yang wajib saya syukuri, tapi yang saya share disini 5 itu aja.
9. THR
Edisi 22 Mei 2020
Hari ini episodenya adalah tentang THR. Syukur alhamdulillah dalam masa pandemi ini Allah masih kasih rejeki berupa THR. Sehingga meskipun tidak merayakan lebaran seperti biasanya, tapi ada kelapangan sehingga beberapa urusan bisa diselesaikan dengan adanya THR.
Sejujurnya soal THR ini sempat membuat saya ga bisa tidur tenang, karena hingga H-2 sebelum Idul Fitri masih ada satu yang belum beres hingga terbawa mimpi, lalu berlanjut dengan masuk angin seharian. Baru sekarang ini saya bisa merasakan badan fresh (setelah tidur pasca Isya). Tadi siang kerja dengan ditemani bersin-bersin melulu ditambah ‘les-lesan’. Alhamdulillah satu masalah ini sudah beres tadi siang. Thanks, my boss. Maturnuwun, Gusti..
Berkah THR beberapa urusan keuangan terselesaikan. Karena tidak setiap orang bisa menabung atau menyimpan uang dari THR. Justru seringkali THR bagi saya adalah rejeki orang lain yang mengalir melalui tangan saya. Gapapa ga beli baju baru karena saya memang tidak membiasakan beli baju baru saat Lebaran 🙂
Tentang THR yang lain, saya dibuat terharu oleh anak mbarep. Bolak balik si kakak minta saya ngecek rekening, katanya kali aja saldo ibu nambah. Gitu…
Begitu saya cek, ternyata si kakak nitip THR untuk adiknya. Si kakak abis dapat kiriman THR dari pakdhenya, trus berbagi dengan adiknya. Karena tidak tinggal serumah maka ditransfer ke rekening ibunya. Makasih ya, mas.. besok pagi adik pasti senang sekali begitu ibu kasih tahu. Ibu berdoa kalian jadi kakak adik yang rukun senantiasa hingga akhir hayat nanti. Aamiin…
Terimakasih, ya Allah, atas THR tahun ini, insyaallah sudah dibelanjakan di jalan yang Engkau ridhai.
Terimakasih juga atas karuniaMu yaitu 2 anak laki-laki yang sholeh.
Terimakasih, Wiwin Pratiwanggini , telah menjadi ibu yang dicintai kedua anakmu. Telah ikhlas memeras keringat, melakukan yang terbaik, agar bermanfaat bagi keluargamu serta bagi orang lain.
10. Menjadi Manusia Pembelajar
Edisi 24 Mei 2020.
Tepat sepertiga bagian challenge menebarkan rasa syukur lewat #MenulisUntukPulih yang diselenggarakan oleh #IIDN bekerjasama dengan #RuangPulih.
Agak telat saya menulis ini, karena sudah lewat jam 12 malam bahkan sudah masuk tanggal 24 Mei 2020, karena ketiduran saat nemenin anak bobok. Tapi saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk bisa bangun tengah malam ini dan menuliskan syukur untuk #harike10. (Konsekuensinya, hari ini saya menulis dua kali yaitu sekarang dan nanti malam).
Terimakasih, ya Allah, saya telah Engkau beri kelancaran dan kemudahan untuk melaksanakan puasa Ramadhan tahun ini. Hingga alhamdulillah bisa mendengarkan kumandangnya takbir menyambut Idul Fitri.
Ada sedih ketika saat lebaran ini saya tidak bisa berjumpa muka dengan keluarga besar terkhusus bapak-ibu saya. (Bapak-ibu mertua sudah tidak ada semua). Namun saya bersyukur atas kebesaran hati ibu-bapak menerima keadaan ini. Tak bisa bersilaturahim keluar rumah, serta tak bisa menerima tamu dari luar. Kami percaya bahwa Engkau akan mempertemukan kami pada saat yang tepat nanti.
Demikian pula dengan anak mbarep, kami harus ikhlas dan rela untuk tidak bertemu muka sementara waktu. Bersyukur kami karena Engkau selalu karuniakan kesehatan kepada si kakak. Jaga anak kami, ya Allah..
Alhamdulillah tadi saat live di FB Group, mba Intan Maria Halim menyebutkan bahwa masa lalu saya sudah selesai setelah membaca hasil art therapy bagian 2 saya. Benar sekali, saya sudah memaafkan masa lalu, sudah menerima, dan saya berterimakasih pada masa lalu. Saya sudah siap menjalani masa sekarang. Saya menjalani dengan lebih ringan tanpa beban berat. Saya jalani, saya selesaikan satu per satu hal-hal yang masih harus dibereskan. Yakin bahwa Tuhan selalu kasih jalan 🙂
Terimakasih, Wiwin Pratiwanggini, engkau tidak pernah lelah menjadi manusia pembelajar. Semoga Allah selalu memudahkan langkahmu, membimbingmu di jalan yang diridhaiNYA. Aaamiin.
(bersambung ke Jurnal Syukur Menulis Untuk Pulih bagian 3)
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga, dan freelance blogger. Baginya blog adalah ruang berbagi inspirasi dan media menulis untuk bahagia. Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.