Cara Memberikan Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta – Sebagai penyandang disabilitas yang bisa bekerja di perusahaan swasta dengan posisi penting membuat saya harus banyak-banyak bersyukur, mengingat kesempatan kerja bagi disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) itu sangat terbatas. Apalagi di Indonesia, bukan perkara mudah untuk menghapus stigma terhadap 2 (dua) kelompok tersebut.
Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit kusta? Pernahkah Anda bertemu atau berteman dengan orang yang pernah menderita kusta? Secara langsung, saya pribadi tidak begitu ingat apakah pernah bertemu atau berteman dengan penderita kusta. Tetapi masih lekat dalam ingatan saya pengalaman waktu kecil menonton film Indonesia berjudul Rumah Masa Depan khususnya dalam episode ‘Yang Lepra Yang Terhina’. Episode ini bercerita tentang Pak Kosin yang menderita penyakit lepra dan dikucilkan oleh sebagian warga. Berkat bantuan keluarga Bayu, Pak Kosin yang merupakan pengrajin tanah liat (gerabah) ini kemudian mendapat perlakuan yang baik dari warga.
Perlu diketahui bahwa kusta atau lepra bukanlah penyakit keturunan atau kutukan. Kusta (Morbus Hansen) merupakan penyakit menular/infeksius menahun yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut dapat menyerang kulit dan saraf tepi, sehingga jika terlambat diobati dapat menimbulkan cacat permanen. Kusta dapat disembuhkan tanpa menimbulkan kecacatan jika cepat ditemukan dan cepat diobati.
Selama ini orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) mengalami berbagai bentuk stigma yang berdampak pada kehidupan mereka. Meskipun telah menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh, mereka masih tetap terjebak dalam lingkaran diskriminasi. Salah satu dampaknya adalah seringkali OYPMK sulit mendapatkan pekerjaan dan hidup dalam kekurangan. Padahal setelah sembuh, OYPMK tidak akan menularkan penyakit kusta.
Selain itu, setelah sembuh mereka juga membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka butuh pekerjaan atau mata pencaharian. Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk membangun kemandirian OYPMK dan juga penyandang disabilitas lainnya? Dan bagaimana cara membuka kesempatan bagi mereka?
Senang sekali saya pada hari Selasa 15 Juni 2021 kemarin bisa menyimak live streaming melalui Youtube channel Berita KBR dimana saya mendapatkan banyak insight tentang penyakit kusta serta bagaimana memberikan kesempatan kerja bagi disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta.
Program Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia tersebut direlay oleh 100 Radio Jaringan KBR dan 104.2 MSTri FM Jakarta. Acara yang disiarkan secara live streaming melalui Youtube channel Berita KBR tersebut mengangkat tema “Memberikan Kesempatan Kerja bagi Disabilitas dan Orang yang Pernah Menderita Kusta? Kenapa Tidak!”
Acara ini dipandu oleh penyiar Rizal Wijaya dengan menghadirkan 3 (tiga) orang narasumber, yaitu:
- Angga Yanuar, Manager Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia. NLR Indonesia adalah sebuah yayasan yang dibentuk pada tahun 2018 untuk melanjutkan pencapaian pemberantasan kusta yang telah dilakukan NLR sejak 1975. Yayasan NLR Indonesia bermitra dengan sejumlah organisasi yang menangani penyandang disabilitas, organisasi masyarakat sipil, institusi pendidikan, serta pemerintah lokal, kementrian, dan lembaga pemerintah.
- Zukirah Ilmiana, Owner PT Anugrah Frozen Food. Perusahaannya berlokasi di Bulukumba dan merupakan salah satu perusahaan penerima magang disabilitas dalam Program Kerja Inklusif/KATALIS yang diinisiasi oleh NLR Indonesia bersama mitra organisasi di Sulawesi Selatan.
- Muhammad Arfah, pemuda OYPMK. Adalah orang yang pernah menderita kusta yang menjadi salah satu peserta magang dalam program KATALIS NLR Indonesia di Sulawesi Selatan. Ia diterima magang di kantor Satpol PP Kota Makassar sebagai staf administrasi.
Lebih lanjut mengenai penyakit kusta, Angga Yanuar mengatakan bahwa penyakit ini masuk dalam kategori penyakit tropikal yang terabaikan. Kenapa? Karena mengalami banyak tantangan ketika menghendaki untuk dilakukan eliminasi.
Menurut Angga Yanuar, Indonesia masih menduduki peringkat 3 dunia untuk kasus terbanyak kusta setelah India dan Brazil. Secara nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi pada tahun 2000 yaitu 1 kasus baru tidak lebih per 10.000 penduduk. Berdasarkan data tahun 2015 hingga sekarang setiap tahun ditemukan 15.000 – 17.000 pasien. Ini mengalami penurunan dibandingkan data per tahun 2001-2002 dimana pasien kusta berada di angka 20.000.
Perlu diketahui bahwa penyebaran kusta di Indonesia saat ini masih ada di 9 propinsi yang dinyatakan belum eliminasi kusta. Pada 2-3 tahun ke belakang di Papua, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Sumatera Barat, masih cukup tinggi kasus kustanya. Jadi secara nasional sudah mengalami eliminasi tetapi untuk kasus-kasus di tingkat kabupaten/propinsi belum semua wilayah di Indonesia mencapai eliminasi.
Stigma dan Diskriminasi yang Dialami OYPMK
Kusta memang salah satu penyakit yang menyebabkan stigma. Artinya ketika pasien sudah dinyatakan sembuh, masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa OYPMK ini masih berpotensi untuk menularkan. Apalagi ketika pasien tersebut mengalami deformitas atau disabilitas yang tampak, maka sepanjang hidupnya maka OYPMK pasti akan mendapatkan stigma di masyarakat.
Bentuk stigma ada beberapa macam, salah satunya adalah stigma diri atau stigma internalisasi, yaitu stigma yang dialami oleh pasien itu sendiri karena ia merasa bahwa mengidap penyakit kusta itu merupakan satu kondisi yang tidak menyenangkan atau kondisi yang tidak baik.
Zukirah Ilmiana juga menambahkan bahwa kusta adalah penyakit kulit yang selama ini dianggap buruk oleh beberapa orang. Stigma negatif yang dialami oleh OYPMK merupakan perilaku diskriminatif yang kerap dialami para penderita kusta di seluruh dunia terutama di Indonesia. Penderita kadang merespon dengan menyembunyikan penyakitnya karena takut dijauhi oleh lingkungan sekitarnya.
Dalam kesempatan ini, Muhammad Arfah juga menceritakan stigma negatif yang pernah dialaminya. Waktu itu masih sekolah dan duduk di bangku SMP kelas 3, kulitnya sangat hitam gelap serta belang-belang. Setiap ke sekolah ia selalu diejek oleh teman-temannya. Ia selalu dibilang monster atau roti gosong. Arfah menjadi sangat sedih sehingga ia jarang ke sekolah.
Tapi sekarang Muhammad Arfah sudah sembuh. Dalam webinar ini Arfah menyampaikan bahwa, “Sekarang kulit saya sudah baik. Saya sudah berani testimoni di depan teman-teman OYPMK. Teman-teman bisa sembuh seperti saya. Jangan takut berobat. Tetaplah percaya diri karena kita punya keahlian masing-masing. Kita semua sama.”
Isu Kusta dan Pembangunan Inklusi Disabilitas
Lebih lanjut Zukirah Ilmiana mengatakan bahwa isu kusta dan pembangunan inklusi disabilitas tidak bisa dipisahkan begitu saja karena jika tidak ditemukan dan diobati dengan segera maka kusta ini bisa menyebabkan disabilitas.
Persoalan budaya dan stigma masyarakat menjadi salah satu masalah besar yang melahirkan ketidakadilan dan kesenjangan dalam pemenuhan hak-hak penyandang kusta dan disabilitas. Belum lagi soal penanganannya karena sampai hari ini masih ada anggapan bahwa disabilitas dan OYPMK itu merupakan persoalan kesejahteraan yang hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, padahal ini adalah persoalan mendesak yang memerlukan keterlibatan kita semua sebagai masyarakat yang mengedepankan kepedulian sosial.
Jadi, sebagai masyarakat kita tidak perlu merespon adanya isu kusta. Sudah seharusnya kita memberikan energi-energi positif terhadap orang-orang yang pernah mengalami kusta dan juga penyandang disabilitas.
Anugrah Frozen Food, perusahaan milik Zukirah Ilmiana, adalah salah satu perusahaan penerima magang disabilitas dalam program kerja inklusif KATALIS yang diinisiasi oleh NLR Indonesia bersama organisasi-organisasi di Sulawesi Selatan. Saat ini di perusahaannya baru ada satu orang karyawan dengan disabilitas, karena memang baru satu kali membuka pemagangan bagi disabilitas dan OYPMK.
Menjawab pertanyaan salah satu peserta webinar tentang fasilitas apa saja yang harus disediakan di tempat kerja, Angga Yanuar mengatakan bahwa apa yang harus dipersiapkan oleh perusahaan itu terkait dengan reasonable accommodation, yaitu beberapa hal yang membantu kawan-kawan disabilitas atau OYPMK untuk tidak mengalami hambatan dalam ambulasi dan mobilisasi di lingkungan kerja. Artinya, apa yang disediakan ini dipengaruhi dengan siapa disabilitas yang bekerja atau berkarya di tempat tersebut.
Contohnya, penyediaan bidang miring untuk menghubungkan dua tempat dengan ketinggian yang berbeda itu memang diperlukan. Kawan-kawan OYPMK yang mengalami gangguan motorik cukup parah itu melangkahnya tidak cukup lebar. Juga menghindari handel-handel pintu yang bulat karena akan sulit diakses oleh disabilitas atau OYPMK yang mengalami deformitas di tangan. Demikian juga fasilitas untuk disabilitas netra, dan lain-lain.
OYPMK dan Disabilitas Bisa Bekerja Seperti yang Lain
Hal pertama yang harus dilakukan terhadap OYPMK dan penyandang disabilitas agar bisa bekerja seperti yang lain adalah dengan menumbuhkan rasa percaya dirinya. Untuk itu, menurut Angga Yanuar, ada 2 (dua) hal yang bisa dilakukan, yaitu:
- Meningkatkan motivasi secara khusus kepada OYPMK.
- Meningkatkan kesadaran kita akan kawan-kawan yang pernah mengalami kusta.
Kita dituntut untuk membekali diri dengan pengetahuan yang cukup supaya kita mampu mengembangkan paradigma baru dalam memandang kusta dan OYPMK sekaligus kita mengubur dalam-dalam persepsi-persepsi yang negatif tentang kusta, antara lain kusta adalah penyakit kutukan, kusta adalah penyakit yang mudah sekali ditularkan, kusta tidak bisa sembuh, dan lain-lain. Ketika kita sudah memiliki persepsi yang bagus tentang kusta kita akan bisa menerima kawan-kawan OYPMK secara lebih baik lagi.
Selain itu, meningkatkan kapasitas diri masih diperlukan oleh teman-teman OYPMK. Karena di kehidupan sebelumnya mereka banyak diwarnai dengan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan, sehingga pasti ada rasa enggan atau sungkan ketika mencoba untuk berpartisipasi kembali di dalam lingkungan sosial.
Program Magang bagi OYPMK dan Disabilitas
Bidang-bidang pekerjaan yang digeluti oleh OYPMK dan disabilitas umumnya adalah bidang-bidang pekerjaan yang tanpa seleksi, tanpa latar belakang pendidikan, dan biasanya bekerja secara sendiri (bukan dalam tim).
NLR mencoba meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan diri penyandang disabilitas khususnya OYPMK, serta mencoba mempersiapkan OYPMK dengan membekali mereka keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan khususnya di lingkungan organisasi non pemerintah. NLR juga mencoba meningkatkan kualitas komunikasi dan kemampuan interpersonal OYPMK.
NLR akan melakukan kegiatan pemagangan tersebut pada bulan Juli dan Agustus 2021 dan mencoba untuk menawarkan program ini kepada 3 orang kandidat yang akan dipilih. Mereka akan diajarkan tentang:
- Manajemen perencanaan dan pengelolaan proyek.
- Administrasi dan pengelolaan keuangan.
- Mobilisasi sumber daya dan penggalangan dana.
Ketiga aspek tersebut cukup penting dan familiar di kalangan lembaga swadaya masyarakat karena 3 hal tersebut adalah skill dasar yang memang harus dimiliki. Tiga tema tersebut ditawarkan oleh NLR dan dicoba untuk mempersiapkan OYPMK melalui peningkatan kapasitas.
Penutup
Penyakit kusta bukan penyakit menular apalagi penyakit kutukan, bahkan penderitanya bisa disembuhkan. Bagi orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) kemudian mengalami disabilitas tetap memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan mereka bisa diterima sebagai bagian dari 1% karyawan disabilitas di lingkungan swasta atau bagian dari 2% karyawan disabilitas di lingkungan ASN.
Daripada kita memelihara stigma yang bersumber dari pribadi penderita, masyarakat, kelompok profesi, dan institusi, mari ikuti ajakan Angga Yanuar dari NLR Indonesia untuk melakukan hal-hal berikut ini:
- Menjaga konsep bahwa manusia itu merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang semuanya itu baik, sempurna, dan memiliki derajat yang sama.
- Membaca dan membekali diri terkait dengan kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang.
- Mendorong atau melakukan komunikasi publik sehingga memunculkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengurangan stigma serta peningkatan rasa percaya diri penyandang disabilitas dan OYPMK.
Jadi, selain program pemagangan yang diinisiasi oleh NLR dan sudah diterapkan oleh Anugrah Frozen Food, sebenarnya ada banyak cara memberikan kesempatan kerja bagi disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab masyarakat yang ternyata – disadari atau tidak – memang menjadi tanggung jawab sosial, bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja.
Sudahkah perusahaan Anda mempekerjakan minimal satu orang penyandang disabilitas atau OYPMK?
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Nah, kalo diberikan kesempatan semacam ini, insyaALLAH sodara2 yg difabel dan OYPMK bs berdaya ya Mbaaa
apa yang harus dipersiapkan oleh perusahaan itu terkait dengan reasonable accommodation, yaitu beberapa hal yang membantu kawan-kawan disabilitas atau OYPMK untuk tidak mengalami hambatan dalam ambulasi dan mobilisasi di lingkungan kerja. Artinya, apa yang disediakan ini dipengaruhi dengan siapa disabilitas yang bekerja atau berkarya di tempat tersebut.
Well noted, mba
Penyandang disabilitas dan OYPMK juga perlu pekerjaan untuk menghidupi dirinya juga keluarga ya kak, jadi mereka juga berhak mendapat pekerjaan seperti orang biasa pada umumnya.
Mereka pasti seneng banget ada edukasi kek gini untuk masyarakat ya mba. Jadi paham kusta juga punya daya untuk bekerjaa secara profesional
Mantap nih, NLR. Disabilitas fisik bukan berarti tidak mampu berkarya, ya. dengan magang begini juga keterampilan bisa terasah
Mirisnya masih banyak perusahaan yang menolak penyintas kusta bekerja di perusahaannya. Padahal sudah jelas ya, ada UU yang mengatur akan hal ini. Semoga dengan semakin banyaknya edukasi semacam ini, banyak masyarakat yang semakin terbuka wawasannya menyangkut soal kusta.
Dengan edukasi kayak gini, tidak ada alasan bagi perusahaan utk menolak tenaga kerja dari disabilitas / penyandang kusta. Mereka juga berhak mendapatkan pekerjaan, sama seperti orang normal.
Tinggal kita aja yang mau upgrade skill. Kalo skill kita ada, jangan khawatir tidak dapat makan deh. Semua peluang kerja mah selalu ada asal kita mau tekun dan sabar mencari. Kalo tidak ada, ya mari kita ciptakan lapangan kerja baru.
Wow sebuah insight baru untuk aku nih, mbak. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak, ya. Apalagi sekarang sudah ada 1001 cara memperbanyak skill dan kemampuan yang berguna di dunia kerja.
Keren banget sih edukasinya bahwa disabilitas pun mampu dan boleh bekerja untuk meraih mimpinya
ternyata jumlah kasus kusta di Indonesia masih mencapai ribuan ya..Edukasi seperti ini membuat kita lebih peduli dan menumbuhkan empati, bahwa masih sering muncul stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Padahal OYPMK pun memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan
keren programnya, dengan edukasi begini orang juga jadi lebih paham n bisa menurunkan stigma terhadap OYMPK dan juga rekan difabel, moga makin banyak juga OYMPK n rekan difabel yang bisa terakomodir dan bisa setara berkarya dengan rekan lainnya
Penyakit yang disebabkan oleh si Mycobacterium leprae ini sudah lama jadi momok ya Mbak sampai2 ada yang mengategorikan sebagai penyakit kutukan padahal sebenarnya kalau serius diobati, bisa sembuh dan OPYMK perlu mendapat kesempatan yang sama dengan yang tidak pernah mengalami kusta.
salut dengan apa yg dilakukan oelh NLR ini mbak
tak hanya peduli dengan penyakit kusta, tapi juga mempedulikan nasib OPYMK ini
semoga makin banyak kesempatan kerja bagi OPYMK
Aku juga masih inget banget mbak salah satu episode Rumah Masa Depan yang bahas tentang lepra. Mudah-mudahan dengan banyaknya informasi masyarakat ga mengucilkan lagi penderita kusta justru harus menyemangati supaya bisa sembuh dan gak menular lagi. Syukurlah masih ada perusahan yang mau menerima disabilitas, karena kemampuan mereka juga ga kalah kok
Nah iya, ini sering banget terjadi jika pasien sudah dinyatakan sembuh tapi masyarakat Indonesia masih saja menganggap bahwa OYPMK ini masih punya potensi untuk menularkan. Sedih ya kalau stigma seperti itu
dulu pas aku ikutan lomba bikin uu disabilitas gitu rumusan yg kita bikin juga bukan ttg penyandangan disabilitas yang kita ketahui semata, terkena penyakit sepereti kusta juga perlu mendapatkan perlindungan dan perlakuan yang sama ya dari masyarakat..
Memang miris kadang di masyarakat penyakit kusta masih dianggap sebagai penyakit kutukan yang memalukan. Padahal bisa disembuhkan. Namun pas OYPMK sudah sembuh, kadang peluang kerja tak tersedia secara layak. Itulah hebatnya Mbak Zukirah mau menerima magang kerja lewat program inklusif agar OYPMK punya kepercayaan diri utk memajukan hidup. Tepat seperti Arfah yg magang di Satpol PP sebagai staf admin di Makassar. Semoga banyak perusahaan lain yang memberi kesempatan serupa.
Kusta ini, momok banget bagi masyarakat Indonesia ya.
Bukan hanya badan yang sakit. Mental juga bisa down karena dikucilkan. Bukannya sembuh malah makin parah aja ?
semoga makin banyak kesempatan kerja bagi disabilitaas dan para OYPMK ini ya.
semakin banyak dukungan, semakin membuat mereka semangat produktif dalam bekerja.
Salut dengan perusahaan yang memberi kesempatan kepada teman-teman OYPMK dan penyandang disabilitas untuk magang dan bekerja. Memang seharusnya kesempatan kerja diberikan berdasarkan keahlian dan kemampuan bukan dari kondisi fisik. Dan semoga penyakit kusta juga segera hilang dari Indonesia.
Semoga dengan sosialisasi seperti ini, stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas nggak buruk lagi ya. Saya dengar banyak juga disabilitas yang bisa bekerja di perusahaan sebaik mereka yang tidak disabilitas..
Di tempat kerja saya belum ada lowongan kerja yang menyandang difabel atau OYPMK kak. Tpi saya kagum sama mereka yang berniat ingin bekerja dan saya acungkan jempol ke perusahaan yang sudah menyediakan loker tsb, brti perusahaannya berjiwa sosial tinggi.
Mereka adalah rakyat Indonesia yang berhak mendapatkan pekerjaan seperti kita juga walaupun mereka penderita kusta
Sudah lama sekali tidak mendengar penyakit kusta, saya pikir di Indonesia sudah bebas kusta ternyata masih ada ya. Sigma penyakit menular kerap jadi identifikasi ‘keburukan’ padahal namanya penyakit pasti bisa sembuh. Inilah yang harus disosialisasikan kepada masyarakat supaya bisa menerima mantan pasien. Syukur kalau dikasih peluang bekerja seperti ini ya mbak
Hingga saat ini masih banyak kok Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) mengalami stigma dan perlakuan yang diskriminatif terutama di tempat kerja atau sekolah. Mudah-mudahan akan semakin banyak komunitas atau LSM yang membantu menginisiasi OYPMK dan disabilitas agar memperoleh hak hidup seperti mendapat kesempatan kerja sama seperti orang lainnya, karena OYPMK juga harus mandiri secara finansial.
Untuk menghilangkan stigma dan perlakuan diskriminatif bagi OYPMK perlu bantuan banyak pihak. Sebab, bagaimanapun untuk memasuki dunia kerja mereka butuh rasa percaya diri. Kecuali doi buka uasaha sendiri. Terima kasih, Mbak Wiwin.
Tidak banyak perusahaan semulia anugerah prozen food yang mana merekrut mereka oypmk. Patut jadi inspirasi da diikuti oleh perusahaan lainnya …
sering mendengar ttg kusta tapi ternyata baru tahu kalau itu tidak menular dan mereka pun bisa kembali beraktifitas seperti yang lain
Sedih juga ya karena negara kita masih banyak penyebaran kusta. Menempati nomor 3 sedunia, berarti masih cukup mengkhawatirkan ya. 🙁 Dengan pola hidup bersih, apa kusta ini bisa dihindari Mbak?
Semoga lebih banyak penyedia lapangan kerja untuk OYPMK, bisa jadi mereka lebih berbakti ya karena lebih susah mendapatkan kerja
kesadaran tentang penyakit kusta harus selalu ditingkatkan ya mbak
Teemasuk menghapus stigma negatif terhadap penyitasnya
agar OYPMK bisa punya kesempatan kerja
Memang kita sebagai blogger harus ikut mengkampanyekan bahwa OYPMK itu bisa punya kesempatan kerja yang luas sekali tentunya. Stigma penyakit harus kita singkirkan dulu karena kusta ini memang bisa diobati sebetulnya
Edukasi yang baik dan benar mengenai OYPMK ini penting sekali. Dan terhenyak waktu dikatakan bahwa kusta atau lepra bukanlah penyakit turunan. Jadi stigma yang selama ini berkembang luas itu belum tentu benar. Harus dicari tahu mengenai kebenarannya dari sumber yang terpecaya.
Hal seperti wajib di kampanye kan banget.karena teman – teman disabilitas dan OYPMK juga berkah utk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Nah iyaaa… Rumah Masa Depan! Aku ingetnya ada bapak-bapak yang sakit kusta dan dikucilkan warga kampung, tapi lupa judulnya.
Semoga makin banyak kesempatan bagi penyandang disabilitas dan OYPMK untuk berkarya dan bekerja ya.
Sudah saatnya kita melebarkan sayap kepedulian untuk banyak hal ya. Siapa yang mau sakit atau cacat? Pastinya semua akan nolak. Tapi, jalan hidup tak bisa ditolak. Ada mereka-mereka yang harus mengalaminya. Sembuh tapi masih ada bekas yang tak bisa hilang dan mempengaruhi hidup mereka. Sering-sering edukasi seperti ini, moga membukakan mata banyak orang.
Alhamdulillan ya masih ada yang peduli sama OYPMK ..karena emmang mereka butuh banget pekerjaan yang layak seperti orang lain yang bukan OYPMK. Semoga eliminasi kusta juga tercapai sesuai target
Salut banget dengan Mba Zukirah dan pengusaha-pengusaha lainnya yang berkenan menerima OYPMK sebagai tenaga kerjanya. Bagi OYPMK yang mengalami disabilitas memang agak susah kalau harus bekerja di sektor formal karena masih banyak perusahaan yang belum ramah lingkungan kerjanya bagi mereka. Semoga project inklusi KATALIS ini benar-benar bisa membantu OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya dalam mengaktualisasikan diri. Bagaimanapun juga mereka butuh pekerjaan untuk menafkahi kehidupan sehari-hari.
Sepakat mba. Semua makhluk tuhan itu sempurna jadi jangan dibeda2kan apalagi yg mengalami disabilitas dan OYPMK mereka juga mempunyai kesempatan kerja yang sama dengan orang lain
Secara pribadi rasanya saya nggak pernah bersinggungan dengan seorang yang menderita penyakit kusta. Namun, saat mengingat kembali bahwa stigma masyarakat yang timbul akan penyakit tersebut kurang lebih ya begitu. Bahwa penyakit itu adalah kutukan karena dosa seorang. Mudah menular sehingga penderitanya cenderung mendapatkan perlakuan diskriminatif.
Padahal, penyakit kusta sama sekali bukan kutukan. Ia hanya sebuah penyakit penular yang bisa sembuh jika cepat terdeteksi dan diobati. Sayangnya, terkadang perlakuan diskriminatif ini membuat mereka enggan ditemukan.
Sebenarnya, campaign begini bisa sering dilakukan untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Sehingga, penyakit ini bisa segera tereliminasi dari negara kita.