Lompat ke konten
Home » Self Improvement » Mengenali Jenis Emosi

Mengenali Jenis Emosi

  • oleh
cover mengenal jenis emosi

Mengenali jenis emosi – Setiap kali mendengar kata ‘emosi’, yang saya rasakan adalah sesuatu yang negatif. Hal tersebut dikarenakan saat pertama kali dulu saya mengenal istilah tersebut, disampaikannya dengan vibrasi yang negatif. Misalnya ada seseorang yang marah-marah, nah itu dikatakan sedang emosi. Sejak itu, tertanam di benak saya bahwa kata ‘emosi’ itu identik dengan perasaan yang negatif.

Dalam program inner child healing yang sedang saya ikuti, ada sesi Kelas Online 7 Hari “Embrace Your Inner Child and Be Happy” (batch 4) yang dimentori oleh dr. I Gusti Rai Wiguna, Sp.KJ bersama-sama dengan mba Intan Maria Lie, disinilah saya belajar mengenali jenis emosi.

Masih ingat tentang mengenal inner child yang saya tulis sebelumnya? Inner child selalu berhubungan dengan masa lalu. Bagi yang mengalami pengasuhan buruk di masa lalu, seringkali masa lalu tersebut menyisakan trauma di masa kini. Perasaan trauma atau apa yang terbentuk di dalam inner child kita itu terbangun dari suasana, perasaan, dan emosi.

Hampir setiap hari kita mendapat pertanyaan “Apa kabar hari ini?” atau “How are you feeling?“. Biasanya orang Indonesia sangat sulit mengatakan kabarnya. Sering kali jawabannya sudah umum, yaitu“biasa” atau “baik-baik saja”. Padahal orang tersebut sedang tidak baik-baik saja. Dan sebenarnya banyak sekali pilihan jawaban atas pertanyaan tersebut sesuai dengan yang sedang dialami atau dirasakan.

Sebagaimana diterangkan oleh dr. Rai, bahwa jawaban atas pertanyaan tentang kabar kita hari ini secara garis besar terdiri dari 6 macam emosi, yaitu:

  1. sad (sedih)
  2. mad / angry (marah)
  3. scared (takut),
  4. happy / joyful (gembira)
  5. powerful (bersemangat)
  6. peaceful (damai)

Keenam macam emosi tersebut masih bisa dijabarkan secara lebih spesifik lagi karena masing-masing emosi tersebut bukanlah emosi primer. Contohnya di balik marah, ada perasaan tersakiti, merasa lelah, frustrasi, dan lain-lain. Juga ketika kita merasa takut, bisa jadi karena kita merasa bingung, merasa tidak tertolong, merasa insecure, merasa cemas. Ketika gembira pun ada berbagai macam emosi yang mendasari itu, misalnya merasa bebas, merasa excited, merasa puas, dan lain-lain.

feeling wheel

Dari situ kita jadi tahu apa hal-hal yang mendasari hal itu. Ketika kita merasa bersalah yang ada adalah perasaan menyesal. Ketika kita malu kita merasa bodoh. Ketika merasa menderita, kita sedang berduka cita. Dan sebagainya. Itulah hal-hal yang harus mulai kita pelajari di diri kita, terlepas apakah kita ada masalah atau tidak. Bagaimana kita menjadi lebih spesifik dengan suasana perasaan kita.

Setiap kali kita merasakan sesuatu, yang kita pegang adalah dada kita. Seolah-olah rasa itu ada di dalam dada. Lalu, sebenarnya dimana sih tempatnya ketika kita selalu mengatakan “perasaan”? Sebetulnya organnya bukanlah di dalam jantung atau dada kita, tetapi di otak kita.

Bagian orange adalah lingkaran emosional kita atau lingkaran perasaan kita. Sedangkan pikiran atau logika berada di tempat lain (area putih) yang disebut dengan intellectual brain. Makanya kadang-kadang ada situasi dimana pikiran berbeda dengan perasaan. Contoh, perasaan saya pengin ke timur padahal sebenarnya itu tidak perlu atau tidak baik untuk dilakukan, tetapi tidak lega kalau tidak dilakukan. Nah, hal tersebut dikarenakan perbedaan lokasi antara yang memegang peranan perasaan dan peranan pikiran.

amygdala

Pusatnya perasaan adalah di amygdala. Itu adalah semacam alarm di dalam tubuh kita. Jika ada sesuatu yang berbahaya, menyebabkan kita takut, cemas, marah, dan lain-lain, yang bekerja adalah amygdala. Memori terhubung sangat dekat dengan perasaan kita. Ketika kita merasakan sesuatu maka memori kita akan men-trackback kapan sih kita merasa sedih seperti sekarang ini. Kadang-kadang ketika kita merasa sedih, ditambahkan oleh sesuatu di masa lalu kita. Maka penting bagi kita untuk meresolusi masa lalu kita.

Banyak sekali orang berpikir bagaimana caranya supaya kita merasa atau senantiasa berpikir positif. Tanpa kita tahu, sebetulnya pikiran positif dan negatif itu seperti mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Contoh perasaan positif adalah excited (bergairah), happy (gembira), content (puas), dan relaxed (santai). Perasaan negatif misalnya angry (marah), anxious (cemas), sad (sedih), dan tired (lelah).

Belajar mengidentifikasi. ketika sedang merasa gembira berarti perasaan saya positif dan energi saya meningkat. Lebih tinggi lagi energi saya adalah merasa excited (merasa optimis, merasa kreatif, dan lain-lain). Tetapi ada juga perasaan positif tapi energinya rendah. Misalnya merasa tersentuh, merasa mencintai, merasa diapresiasi, mempercayai.

emotion energy

Perasaan negatif juga memiliki energi yang tinggi. Paling tinggi adalah marah, misalnya merasa teriritasi, mudah tersinggung, penuh kebencian. Kecemasan juga merupakan perasaan negatif dengan energi tinggi. Sedangkan perasaan negatif dengan energi rendah antara lain adalah perasaan sedih dan lelah.

Jadi, penting sekali bagi kita untuk mulai memetakan perasaan kita. Hari ini ada di sini, hari kemarin bagaimana, dua hari yang lalu bagaimana. Nah, menurut dr. Rai materi tentang journaling akan sangat terkoneksi dengan materi ini. Harap sabar menanti yaa… 🙂

Selama ini kita sering mendengar anggapan bahwa berpikir positif selalu baik dan berpikir negatif selalu jelek. Kalau bisa selalu berpikir positif saja, negatifnya tidak usah. Ternyata anggapan tersebut tidak benar, sodara-sodara! Kenapa?

mengenali jenis emosi

Karena sebenarnya semua emosi ada gunanya. Emosi-emosi itu menyampaikan komunikasi kepada diri kita dengan fungsinya masing-masing. Berikut ini 8 emosi dasar beserta fungsinya masing-masing:

  1. Amarah, berfungsi melecut semangat dalam menghadapi masalah.
  2. Antisipasi, berfungsi untuk melihat ke depan dan merencanakan.
  3. Gembira, berfungsi untuk mengingatkan kita pada hal-hal penting.
  4. Percaya, berfungsi untuk terkoneksi dengan orang yang menolong kita.
  5. Takut, berfungsi untuk melindungi kita dari bahaya.
  6. Kaget, berfungsi untuk membuat kita fokus ke situasi yang baru.
  7. Sedih, berfungsi untuk menghubungkan kita dengan orang-orang yang kita sayangi.’
  8. Jijik, berfungsi untuk menolak hal-hal yang tidak sehat.

Saya yakin banyak di antara kita yang tidak menyadari hal tersebut. Iya ‘kan? Sejujurnya, saya juga baru memahaminya sekarang. Tosss kita yaaa 🙂

jenis pikiran

Dari pembahasan tadi, seakan-akan pikiran emosional itu sangat tidak baik. Kalau bisa, saya hanya akan berpikir rasional. Jadi hanya memakai korteks kita. Padahal sebenarnya tidak demikian. Justru kita harus belajar untuk menggabungkan keduanya, pikiran emosional dan pikiran rasional, menjadi kebijaksanaan.

Pikiran rasional adalah apa yang ‘masuk akal’. Yaitu dimana keputusan diambil berdasarkan logika dan pengalaman dengan menekan atau mengabaikan emosi. Pikiran emosional adalah apa yang ‘terasa nyaman’. Bukan soal mungkin atau tidak mungkin, tetapi enak atau tidak enak. Kebanyakan, pikiran emosional itu reaktif dan defensif. Tentu saja hal ini sering menentang pikiran rasional.

Lalu bagaimana menggabungkan supaya seimbang? Yaitu dengan menghargai emosi kita dan berusaha bertindak rasional dengan mengenali secara mindful. Tanpa kita mampu mengenali jenis emosi, kita akan kesulitan untuk menemukan kembali inner child kita, apalagi memulihkannya.

Nah, sekarang saya sudah lebih memahami tentang jenis-jenis emosi. Ternyata emosi itu bukan sekedar marah atau marah-marah, tetapi ada banyak macamnya. Sejujurnya masih belum hilang dari benak saya bahwa “emosi” identik dengan perasaan negatif. Gapapa, namanya juga masih belajar. Ya ‘kan?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *