Skip to content

Memiliki Rumah Itu Seperti Mencari Jodoh

memiliki rumah itu seperti mencari jodoh

Memiliki Rumah Itu Seperti Mencari Jodoh. Apakah Anda pernah dengar kalimat seperti ini: “Beli tanah atau rumah itu seperti mencari jodoh”? Boleh percaya boleh tidak, nyatanya saya pernah mengalami itu. Tanah atau rumah, baik itu untuk tempat tinggal selamanya maupun untuk tempat tinggal sementara atau untuk tempat usaha. Maka tidak heran jika ada yang merasa tidak betah di tempat tinggalnya, tetapi tidak sedikit yang merasakan bahwa my home is my castle. Saya, sejauh ini setiap kali berpindah rumah, selalu betah di rumah yang saya tempati. Termasuk saat tinggal di perumahan. Nah, sekarang saya mau cerita pengalaman saya membeli rumah di perumahan.

Di daerah tempat tinggal saya sudah sejak lama menjamur perumahan-perumahan. Mulai dari rumah-rumah tipe sederhana hingga rumah-rumah mewah. Sekarang, bahkan di dalam kampung-kampung pun sering saya temukan ada satu blok tanah yang di situ didirikan beberapa bangunan rumah, kemudian rumah-rumah tersebut dijual atau disewakan. Asalkan punya modal, bisnis properti memang gurih. Ah sudahlah…, saya enggak akan bicara tentang bisnis, hehehe…

Nah, pengalaman membeli rumah di perumahan ini bagi saya cukup menantang (kalau ga boleh dibilang ‘seru’). Dari sekian banyak brosur tentang perumahan yang sampai pada saya, nyatanya tak satu pun yang menarik hati saya. Entah kenapa saya kurang sreg jika hanya melihat gambar. Saya lebih suka melihat dan datang langsung ke lokasi. Dengan demikian sekaligus saya bisa merasakan situasi dan kondisi di lokasi bakal calon rumah yang akan saya tempati kelak.

Namanya juga mencari jodoh, ya ‘kan? Jadi sebisa mungkin saya bisa mengenali wajahnya dulu sembari berkenalan secara langsung. Ketika saya sudah menemukan satu perumahan yang sreg menurut saya, saya akan terus terbayang-bayang dengan rumah serta lingkungannya. Jika di tempat lain saya hanya datang sekali lalu pergi, maka di sini saya akan berkali-kali datang. Memantapkan hati saya, meyakinkan diri saya bahwa saya tidak akan salah pilih.

Langkah berikutnya adalah saya mencari tahu gimana caranya untuk bisa mendapatkan rumah tersebut. Karena kebetulan rumah yang pernah saya beli itu dibuat oleh perusahaan pengembang real estat, ya tentu saja saya menghubungi kantor pengembang tersebut. Lalu saya pelajari proses pembeliannya sambil mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

Kecocokan dengan situasi dan kondisi lingkungan perumahan ini sebenarnya berhubungan erat dengan adanya keseimbangan sempurna antara fungsionalitas, kualitas, keberlanjutan, dan keterjangkauan. Saya lebih suka tinggal di rumah berukuran kecil. Jujur saja, saya paling gak suka rumah besar tapi tidak optimal fungsinya. Lagian toh saya hanya memiliki keluarga kecil dengan dua anak laki-laki.

Mengenai kualitas bangunan, tentu saja ini penting. Tahu sendiri ‘kan ya, banyak pembangun rumah yang nakal, misalnya menggunakan bahan bangunan dengan kualitas di bawah yang ditawarkan. Jadi, bagi saya yang tidak begitu paham tentang material bangunan, saat mencari rumah saya mengajak teman atau saudara yang paham.

mustika park place
Rumah impian Anda seperti ini juga? (sumber: Mustika Park Place)

Kelak sebelum rumah tersebut benar-benar saya tempati, saya cek dulu semuanya baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Saat ada bagian-bagian tertentu yang belum oke, ya saya sampaikan kepada pengembang untuk dibenahi. Bahkan ada beberapa bagian kecil yang saya minta ditambahkan. Gapapa sih tambah biaya dikit karena memang di luar harga rumah ‘kan…

Tujuan saya memiliki rumah adalah sebagai tempat tinggal dalam waktu yang lama. Jika diijinkan, hingga akhir hayat maunya tidak berpindah tempat lagi. Capek lhoooo pindah-pindah rumah itu 😀 Oleh karena itu, banyak faktor yang musti dipertimbangkan sebelum memutuskan ambil rumah yang diinginkan.

Tak kalah pentingnya adalah mempertimbangkan faktor keterjangkauan. Berhubung saya masih produktif kerja di luar rumah, mau tidak mau saya musti mencari rumah yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Atau bisa ditempuh kendaraan bermotor dengan mudah. Jauh asalkan jalurnya lancar juga lebih baik, daripada dekat tapi sering macet. Apalagi jaman sekarang sudah marak ojek online, jadi minimal daerah tersebut mudah dijangkau oleh ojek atau taksi online.

Sekali lagi, saya percaya bahwa rumah itu ibarat jodoh, tentu saja saya inginnya langgeng selamanya. Inginnya benar-benar istilah “rumahku istanaku” itu mewujud dalam kehidupan saya. Emang saya sukanya yang seperti apa sih? Gak harus yang gede-gede, tengok aja rumah-rumah yang ada di Mustika Park Place. Nah, seperti itulah.

Sebagai konsumen kita juga berhak mencari tahu kredibilitas dari si pengembang perumahan tersebut. Pengembang perumahan yang baik pasti memiliki visi dan misi yang jelas atas usaha propertinya, terutama bagi kemaslahatan konsumennya. Usia perusahaan yang tak terhitung muda juga bisa menjadi pertimbangan bahwa perusahaan tersebut sudah sangat berpengalaman dan banyak dipercaya.

Bagi Anda yang sedang mencari rumah tinggal, selamat berjuang untuk mendapatkan jodoh ya… Ingatlah bahwa rumah adalah tempat kita pulang, tempat kita menemukan kehangatan dan kebahagiaan 🙂

 

16 thoughts on “Memiliki Rumah Itu Seperti Mencari Jodoh”

  1. Bener banget mbak, nyari rumah itu kayak jodoh-jodohan. Aku berkali-kali cari kontrakan juga gitu, yang pertama dilihat lingkungannya, airnya bagus atau enggak, terus kondisi rumahnya sendiri seperti apa. Terakhir saat beli rumah dua tahun yang lalu, aku pakai istikharah juga. Bener-bener minta sama Allah, jika rumahnya baik untukku, agamaku, keluargaku, maka dekatkanlah. Jika tidak maka jauhkanlah. Eh, prosesnya dimudahkan. Hihihi

  2. Saya setuju mbak, rumah ibarat jodoh keluarga kita. Rumahku surgaku harus benar1 terwujud dalam kehidupan kita, itu kalau saya. Rumah tempat ternyaman untuk melakukan banyak hal dan sumber inspirasi juga. Harapannya kelak rumah menjadi salah satu tempat yang akan selalu dirindukan oleh anak2 ketika mereka dewasa nanti ya.

  3. Betul, sedapat mungkin, punya rumah itu untuk hunian seumur hidup, dan perlu juga dipertimbangkan lokasinya tidak dalam gang kecil supaya bisa dimasuki mobil. Ulasan yang bagus dan bermanfaat. Selamat akhir pekan, ananda Wiwin.

  4. benar banget mbak
    aku dulu juga pernah ngalamin susahnya cari rumah sendiri
    alhamdulillah setelah 3 tahun menikah bisa ketemu rumah yg cocok dan jadi rumah sendiri

  5. Memberli properti apalagi untuk jangka panjang memang membutuhkan kesabaran dan ketelitian juga jangan lupa doa yaa..
    Alhamdulillah,
    Kalau sudah ketemu rumah yang pas seperti di Mustika Park Place. Lokasinya bagus, lingkungana oke dengan fasilitas terbaik.

  6. jadi ingat dengan pengalaman membeli rumah yang sekarang ditempati. awalnya kami sebenarnya mau beli di komplek lain tapi ternyata bermasalah developernya dan berujung membeli rumah di komplek sekarang. sejujurnya masih kurang sreg sih tinggal di sini karena mau nyari sekolah anak jauh tapi semoga aja nanti ada jalannya biar anak tetap bisa sekolah di sekolah yang bagus

  7. Kami juga termasuk sering pindah rumah dan pindah kota. Alhamdulillah, saya selalu betah di rumah yang dipilihkan oleh suami. Termasuk rumah pemberian ortu suami yang sekarang kami tempati. Semoga, nanti kalo mencari atau membeli rumah sendiri, juga bisa menemukan yang sehati. Aamiin

Leave a Reply to Nursini Rais Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *