Lompat ke konten
Home » Kisahku » Kenangan Indah Masa Putih Biru

Kenangan Indah Masa Putih Biru

  • oleh
masa putih biru

Kenangan Indah Masa Putih Biru – Aku tidak tahu apakah yang tersimpan nun jauh di lubuk hatiku ini namanya cinta pertama atau bukan. Aku mulai merasakan ini sejak pertama kali aku mengenal rasa suka kepada lawan jenis. Nyatanya sampai hari ini rasa itu tidak pernah hilang. Rasa itu hadir saat aku baru menginjak bangku sekolah menengah pertama. Kalau benar ini adalah cinta pertama, maka akan menjadi kenangan indah masa putih biru yang tak akan pernah bisa aku lupakan.

Masa Putih Biru

Kala itu aku masih baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Meskipun anak baru, aku menjadi cepat dikenal karena aku adalah adik dari seorang guru favorit muda dan cantik yang disegani di sekolah tersebut. Aku tidak hanya terkenal di tiga kelas seangkatanku, tetapi juga di kalangan kakak-kakak kelasku. Terutama kakak kelas laki-laki.

Masa-masa putih biru bagiku adalah masa-masaku mau bergaul dengan teman lawan jenis. Berbeda sekali dengan ketika masih duduk di sekolah dasar. Entah bagaimana awalnya, ketika masih menjadi siswa sekolah dasar aku sangat menjaga jarak dengan teman laki-laki, sekalipun itu teman sekelas. Aku tidak pernah mau dekat-dekat dengan mereka. Bahkan ketika ada teman laki-laki yang menggodaku, aku akan sangat marah sekali sampai menangis.

Setelah duduk di bangku sekolah menengah pertama, aku berani bergaul dengan teman laki-laki, termasuk dengan kakak-kakak kelas. Mungkin benar bahwa saat masih di bangku sekolah dasar aku masih murni anak-anak. Nah, begitu masuk sekolah menengah pertama, aku tumbuh menjadi anak remaja. Kalau tidak salah, aku juga mulai mengalami menstruasi setelah menjadi anak putih biru.

Suka-Sukaan dengan Kakak Kelas

Ketika itu aku masih duduk di bangku kelas satu, sedangkan kakak kelas ganteng itu duduk di bangku kelas tiga. Pada suatu hari ia meminjam buku catatan biologiku. Aku tidak tahu mengapa buku catatanku yang dipinjamnya, mengapa bukan milik temanku yang notabene satu area dengannya. Ah sudahlah, tak perlu kupikirkan jauh-jauh.

Aku menyadari bahwa buku catatanku lengkap dan tulisanku rapi. Banyak yang senang meminjam buku catatanku, baik itu untuk disalin maupun untuk difotokopi. Tidak terkecuali kakak-kakak kelas. Aku sih senang-senang saja, toh sekalian membantu mereka belajar. Siswa kelas tiga sudah menjelang Ebtanas, mereka biasanya akan mengulang kembali pelajaran-pelajaran di kelas-kelas sebelumnya.

Beberapa hari kemudian, ia datang ke kelasku untuk mengembalikan buku catatan biologi itu. Ia mengembalikan buku tersebut tidak sendirian, tetapi ditemani oleh dua orang teman akrabnya. Dengan senyumnya yang manis, ia berpesan agar aku membuka bagian tengah buku itu. Wah, ada apa nih gerangan? Bikin jantungku deg-degan saja.

Tanpa menunggu lama, setelah ia dan kawan-kawannya berlalu, aku pun membuka bagian tengah buku catatan tersebut. Aku terkejut karena di dalamnya ada sebuah puisi yang ditulis tangan. Hatiku menjadi berbunga-bunga. Tiba-tiba rasa suka kepada kakak kelas yang ganteng itu makin menggelora.

Hari-hari terus berlalu. Setiap hari aku menanti kakak kelasku itu melewati depan ruang kelasku. Tak jarang pula saat berjalan di koridor atau halaman sekolah aku mencuri pandang mencari-cari dimana si kakak kelas ganteng ini berada.

Nyatanya aku tidak pernah bertemu dia lagi. Aku hanya selalu bertemu dengan sahabat-sahabat akrabnya. Setiap bertemu, mereka selalu berkata, “Nggi, ada salam dari Yuwan lho…” Lalu teman-temanku yang membantu menjawab, “Sampaikan salam kembali, ya, dari Anggi.” Meskipun hanya menerima ucapan salam, namun hatiku sudah merasa sangat berbunga-bunga.

Sejak momen ia mengembalikan buku catatan yang berisi puisi itu, Yuwan seperti ditelan bumi. Ia sama sekali tidak pernah menunjukkan diri di hadapanku. Sesekali saat upacara bendera aku melemparkan pandangan ke barisan kelasnya, sayangnya ia selalu berbaris di belakang sehingga aku tidak berhasil melihat sosoknya.

Hanya dua orang teman karibnya yang rajin mendatangiku untuk menyampaikan pesan dan salam dari Yuwan. Itu terjadi hingga ia lulus sekolah dan aku naik ke bangku kelas dua.

Setelah itu aku tidak tahu lagi ia melanjutkan sekolah di mana. Ada yang mengatakan bahwa Yuwan melanjutkan sekolah di STM. Entah di STM mana. Kebetulan aku sendiri anak yang kuper dan anak rumahan, sehingga tidak tahu sekolah-sekolah menengah tingkat atas yang biasanya ada di kota-kota kecamatan.

Cinta Pertama Jadi Kenangan Abadi

Sejak itu rasa sukaku kepada kakak kelas ganteng itu tersimpan dan terpendam di dalam hati. Bagiku ini adalah cinta pertama yang istimewa. Saat usiaku masih belasan tahun, masih berseragam putih dan biru tua. Umurnya tak lama pula. Namun kesan-kesan tentang perasaan deg-degan pertama kali dengan lawan jenis, kesan tak lelah mencari perhatian dengan rajin belajar dan memiliki catatan yang rapi, juga pengalaman mendapat puisi darinya, semuanya terasa indah.

Ada rasa penyesalan atas apa yang aku lakukan selama satu tahun itu. Aku hanya berani menyimpan rasa rindu terhadap kakak kelas itu. Bagaimana kabarnya? Dimana dia sekarang? Mungkin jika aku dulu pernah mengatakan rasaku padanya, aku akan tahu dengan pasti apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku akan tahu jawabannya dan tak perlu selalu teringat kembali tentangnya. Tapi aku memang tak punya keberanian yang cukup. Aku pemalu.

Jika teringat masa-masa itu, aku justru bersyukur menjadi anak pemalu yang tidak berani mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis. Norma pergaulan itu begitu kuat tertanam di dalam diriku. Tidak ada pula peluang bagiku untuk sekedar jalan-jalan sepulang sekolah. Sehingga aku tidak mengalami masa-masa pacaran sebagaimana teman-temanku yang lain.

Cukuplah rasa indah yang pernah singgah di dalam hatiku yang masih belia itu, menjadi kenangan semata. Tak perlu disesali, karena semua yang terjadi padaku tentu atas rencana Allah Yang Maha Bijaksana dan menjadi bagian dalam perjalanan hidupku.

Yogyakarta, 20 Oktober 2021

(Tulisan ini telah dibukukan dalam antologi “Romantika Cinta Pertama”, dengan judul “Kenangan Indah Masa Putih Biru”, diterbitkan oleh Wonderland Publisher, edisi Maret 2022)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *