Serial Puasa Ramadhan: Mengantuk Saat Berpuasa: Power Saving Mode ala Kelenjar Hipothalamus – Salah satu akun Facebook yamg saya ikuti adalah akun Profesor Arie Karimah. Kalau tidak salah, saya mengikuti akunnya sejak pandemi Covid-19 lalu. Dari akun beliau saya mendapatkan banyak informasi tentang kesehatan. Beliau selalu menuliskan secara gamblang tentang suatu kasus dengan bahasa yang sangat mudah dipahami. Orang ilmiah tetapi menjelaskan secara alamiah.
Nah, salah satu ilmu yang saya dapatkan dari beliau saya sebut sebagai serial puasa Ramadhan. Sebagai blogger saya tergelitik untuk share di sini, karena saya yakin banyak netizen yang tidak mengikuti akun Facebook beliau, tetapi memiliki pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah terjawab di akun Facebook Arie Karimah ini. Satu per satu akan saya share di blog ini, semoga bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal jariyah bagi Ibu Arie Karimah Muhammad (Pharma-Excellent, Alumni ITB). Aamiin
Satu topik penting yang saya bagikan kali ini adalah Mengantuk Saat Berpuasa: Power Saving Mode ala Kelenjar Hipothalamus. Yuk, simak penjelasan beliau berikut ini.
Mengantuk Saat Berpuasa
Secara alamiah orang akan mengantuk karena 2 hal:
- Adanya pelepasan hormon melatonin yang dipengaruhi oleh ketiadaan cahaya (matahari). Itu sebabnya orang di pedesaan/pelosok tidur lebih cepat dibandingkan orang di perkotaan. Karena cahaya listrik di desa tidak jor-joran seperti di kota. Apalagi yang berada di dalam gedung bertingkat atau pusat perbelanjaan modern: mereka tidak bisa membedakan siang dan malam kecuali dengan melihat jam tangan.
- Kelelahan fisik.
Tapi mengapa saat berpuasa rasa mengantuk itu datang begitu hebat terutama setelah sahur/Subuh dan saat jam makan siang? Rasa ngantuk ini bahkan kadang lebih hebat dibandingkan setelah kita begadang semalaman.
Sejak Subuh kelenjar hypothalamus di otak kita sudah mengetahui bahwa makan sahur kita (mungkin) tidak cukup untuk mendukung seluruh kegiatan kita sepanjang hari. Jadi perlu dilakukan penghematan energi, dengan cara menimbulkan rasa mengantuk itu. Penjelasan di bawah.
Bagaimana dengan mengantuk di siang hari? Selama 11 bulan sebelumnya kita sudah mempunyai bioritme untuk memasukkan energi di siang hari saat makan siang. Ketika “ritual” ini tiba-tiba menghilang saat berpuasa, maka mengantuk adalah kompensasinya. Penjelasan di bawah.
Bagaimana mengantuk bisa menghemat energi? Ketika kita mengantuk dan kemudian tertidur:
- Jantung: berdenyut lebih pelan, sehingga energi yang dibutuhkan untuk kontraksi dan relaksasi otot jantung menjadi berkurang.
Anda tahu kenapa anak-anak batita itu bergerak tanpa henti? Seperti tubuhnya dijalankan oleh baterai Alkaline dan Duracell sekaligus? Karena jantung mereka berdenyut sangat cepat: 100 – 130 kali per menit! Jantung kita hanya berdenyut 60 – 80 kali per menit. Dan para lansia yang sering kedapatan ngantuk itu denyut jantungnya lebih pelan lagi. - Paru-paru: juga lebih lambat ketika mengembang dan mengempis: udara yang dihirup dan dihembuskan per menit menjadi lebih sedikit. Dalam kondisi “kekurangan” oksigen, ngantuk akan lebih mudah datang.
- Otot Rangka: proses ritmik kontraksi – relaksasi otot rangka menjadi lebih lambat, sehingga kelopak mata lebih mudah menutup. Proses menutup mata adalah hasil relaksasi otot di kelopak mata. Untuk membukanya diperlukan kontraksi otot.
- Ginjal: bekerja lebih perlahan dalam memproduksi urine.
- Otak: bekerja lebih lambat. Proses penghantaran arus listrik dan pengiriman pesan di antara sel-sel otak menjadi lebih lambat. Pola gelombangnya disebut teta. Cobalah selesaikan soal matematika atau fisika pada jam 2 siang ketika berpuasa, dan setelah berbuka puasa dengan es doger atau kolak pisang. Mana yang lebih cepat selesai dan benar?
Perlambatan di semua sektor itulah yang menyebabkan munculnya ngantuk yang tidak tertahankan. Itu semua adalah kepatuhan organ terhadap perintah hypothalamus untuk menghemat energi.
Kalau meminjam bahasa komputer: itu adalah ikhtiar hypothalamus menuju “power saving mode”, untuk menghemat sisa energi yang ada.
Tapi kita boleh juga memilih:
- Siap-siap hibernate terus merem beneran. Ini namanya mengikuti kondisi default. Mudah dilakukan jika sedang berada di rumah.
- Merem sebentar, selagi istirahat jam makan siang, terus nanti melek lagi biar lebih segar. Tentu ini bermasalah jika kantor tidak mengizinkan tidur, meskipun sebentar.
- Melawan rasa ngantuk, artinya kita unfollow posisi default yang diciptakan oleh hypothalamus. Cara termudah mengatasi ngantuk ya melakukan aktivitas fisik, atau mengobrol. Tentu konsekuensinya adalah: akan lebih banyak cadangan energi di hati yang akan dibongkar, untuk diubah menjadi glukosa, guna menunjang proses kontraksi otot di seluruh tubuh.
Kenapa mengantuk tidak lagi muncul setelah jam 3 sore? Karena kita sudah mulai melihat “cahaya” at the end of the tunnel. Kegembiraan menyambut waktu berbuka akan menyebabkan tubuh kita mengeluarkan lebih banyak senyawa endorphin. Jadi otomatis hilanglah rasa ngantuk itu.
KM. 12 March 2024
Disclaimer: Isi tulisan adalah apa adanya sesuai yang tertulis di akun beliau, tidak ada yang saya kurangi atau tambahi. Hanya pointer-pointer saja saya sesuaikan dengan theme blog ini.
sumber asli: FB Arie Karimah
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.