Menjadi ibu bekerja di luar rumah, tepatnya sebagai pegawai kantor, ternyata nyaris sepertiga waktu habis untuk bertemu teman sekantor. Kondisi tersebut bukan hanya membuat bisa saling bersahabat tetapi tak menutup kemungkinan untuk berkonflik dengan rekan kerja. Lalu bagaimana cara ibu bekerja mengatasi konflik di kantor?
Nampaknya itu sesuatu yang biasa ya, padahal itu jelas merugikan. Bukan saja hubungan pertemanan kita menjadi renggang, tapi suasana ketidakpercayaan di seantero kantor membuat bekerja jadi tidak nyaman dan ujung-ujungnya produktivitas pun terganggu.
Selain itu, konflik dengan rekan kerja juga bisa berdampak pada ketidakseimbangan hidup individu dan sosial seseorang. Biasanya, orang-orang yang sering terlibat konflik akan menjadi pribadi yang egois. Sayangnya mereka bersembunyi dibalik istilah “idealis”.
Tak jarang mereka kurang bisa diajak kompromi, mereka tidak bisa atau bahkan tidak mau bekerja sama dengan orang lain. Akibatnya mereka menjadi tidak mempunyai semangat dan hidupnya dipenuhi oleh tekanan.
Jika selama bekerja kita tidak menyingkirkan kerikil atau batu sandungan tersebut, maka pikiran kita akan terfokus padanya. Jika pikiran kita terfokus pada konflik itu, kita bisa kehilangan kesempatan belajar dan membangun energi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Penyebab Konflik
1. Miskomunikasi
Seringkali konflik antar karyawan kantor terjadi karena masalah sepele atau hanya kesalahpahaman. Nah, yang menjadi penyebab utamanya adalah miskomunikasi. Miskomunikasi tersebut bukan saja berasal dari karyawan saja, tidak menutup kemungkinan juga miskomunikasi dari atasan. Biasa ‘kan, efeknya jadi para karyawan yang kena, hehehe…
2. Persaingan atau kompetisi
Tentu saja miskomunikasi bukan satu-satunya penyebab. Banyak juga pemicu lainnya, seperti persaingan atau kompetisi antara rekan kerja. Sebenarnya hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan.
Namun jika kompetisi antar-karyawan tidak dilakukan secara sehat, maka kompetisi tersebut bisa memicu konflik antar-karyawan.
3. Sistem organisasi yang tidak efektif
Sistem demikian juga bisa menjadi pemicu konflik. Setiap perusahaan pastilah memiliki sistem organisasi untuk mengatur distribusi pekerjaan. Namun apabila sistem tersebut tidak berjalan secara efektif, pasti deh hal tersebut akan memicu konflik.
Saya pribadi pernah mengalami berada dalam sistem organisasi yang tidak efektif. Misalnya pembagian kerja yang saling overlap, jenjang karier yang tidak jelas, terhambatnya alur koordinasi, sumber daya yang tidak memadai, hingga atasan yang tidak dapat memimpin dan mengelola karyawannya dengan baik.
4. Faktor internal
Tiga poin di atas tadi adalah faktor eksternal penyebab konflik. Ada juga faktor internal yang kerap menjadi pemicu terjadinya konflik di tempat kerja. Misalnya ketika seorang karyawan sedang terkena masalah. Masalah tersebut sangat memungkinkan dia menjadi kurang produktif.
Tak jarang ada juga karyawan yang rumahnya jauh lalu sering datang terlambat tapi pulangnya tidak mau telat. Hal tersebut berpengaruh pada gagalnya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sehingga mengganggu distribusi pekerjaan.
Jika hal seperti di atas terjadi, jangan tinggal diam. Segera bicarakan dengan atasan atau minta solusi yang tepat. Gerah juga loh, lama-lama berkonflik.
Meminimalisasi Konflik
Yang namanya konflik, dampaknya pasti negatif, dong. Entah itu jadi bikin stres, frustrasi, hingga menurunnya produktivitas kerja. Meskipun menghindari konflik itu enggak gampang, paling tidak kita bisa meminimalisasi beban ibu bekerja mengatasi konflik. Berikut ini caranya.
1. Komunikasi yang santun
Agar supaya kita diperlakukan secara sopan oleh orang lain, kita harus memperlakukan orang lain dengan sopan pula. Kita harus memperhatikan cara kita berkomunikasi dengan orang lain, baik itu komunikasi verbal dan non verbal.
Kalau kita memperhatikan komunikasi melalui email atau media sosial lainnya, banyak yang kurang memiliki kemampuan komunikasi non verbal yang baik. Hal tersebut tentu saja bisa memicu terjadinya salah paham.
2. Hargai pendapat dan prinsip rekan kerja
Sebaiknya kita meningkatkan rasa toleransi dan memahami bahwa setiap orang punya prinsip dan sudut pandang yang berbeda. Alangkah lebih baiknya jika kita banyak mendengarkan daripada menyerang pendapat rekan kerja.
Orang yang dapat menghargai pendapat orang lain adalah mereka yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Dengan demikian kita bisa lebih obyektif dalam mengambil keputusan daripada subyektif.
3. Singkirkan masalah pribadi
Setiap orang tidak akan lepas dari masalah pribadi masing-masing. Namun demikian ketika berada di tempat kerja, sebaiknya hindari untuk membawa atau memikirkan masalah pribadi. Hindari juga menyebarkan gosip, fitnah, atau berita bohong terhadap rekan kerja yang tidak kita sukai.
Kita harus bisa membuktikan bahwa kita dapat bersikap profesional dengan tidak mencampur aduk urusan pribadi dan pekerjaan.
4. Selesaikan secepat mungkin
Agar hubungan sesama karyawan kembali harmonis, sekecil apapun masalah kita dengan rekan kerja harus segera diselesaikan. Karena masalah kecil dapat menjadi pemicu timbulnya masalah yang lebih besar.
Untuk menyelesaikan masalah, kita harus menyempatkan waktu untuk membicarakannya dengan rekan kerja dan mencari solusinya. Karena diam dan terus memendam dalam hati tidak akan menyelesaikan masalah dan justru menimbulkan masalah baru.
Tips Ibu Bekerja Mengatasi Konflik dengan Rekan Kerja
Namanya hidup, dalam lingkungan apapun kita tidak bisa terlepas dari masalah, demikian juga di tempat kerja. Baik itu yang mudah diredam maupun yang bisa menimbulkan konflik antar karyawan. Apalagi jika sudah tidak bisa diminimalisasi.
Tapi jangan takut, Bu. Berikut ini beberapa tips untuk ibu bekerja mengatasi konflik dengan rekan kerja.
1. Tidak membicarakan masalah kita kepada rekan kerja lainnya
Harus dipahami bahwa sesama rekan kerja belum tentu bisa menjadi sahabat sejati. Karena di dalamnya ada persaingan atau kompetisi. Jadi, tidak perlu menceritakan masalah pribadi kita dengan salah satu rekan kerja kepada rekan kerja lainnya.
Hal tersebut bisa memicu masalah baru. Bisa jadi, kita makin dikompori. Tidak menutup kemungkinan pula, dia mengkhianati kepercayaan kita. Jadi makin runyam ‘kan, hehehe…
2. Tidak menjurus kepada permusuhan
Sebisa mungkin menganggap konflik sebagai bumbu dalam pekerjaan. Ada kalanya kita berbeda pendapat dengan rekan kerja yang lain. Namun hal tersebut cukup secara profesional saja. Jangan sampai dimasukkan ke dalam hati (baper).
Tidak apa-apa tidak saling tegur sapa untuk sementara waktu, karena biasanya masing-masing butuh waktu untuk kembali normal di jalur profesional. Ambil jeda untuk sementara waktu. Bila perlu, meminta maaf terlebih dahulu dan berdamai dengannya.
3. Mendiskusikan masalah secara face to face
Setiap masalah pasti ada solusinya. Setelah mengambil jeda untuk sementara waktu, pastilah emosi yang sebelumnya meluap-luap akan makin reda. Setelah mereda, luangkan waktu untuk berbicara dengan rekan kerja yang berkonflik tadi.
Cara ini akan meminimalisasi kesalahpahaman. Bahkan bisa berdiskusi secara lebih mendalam untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.
4. Berusaha untuk kompromi
Bagaimana pun, kalian adalah karyawan di kantor yang sama, yang sekali dua kali bisa saja diharuskan bergabung dalam satu tim untuk sebuah proyek.
Untuk itu penting untuk bisa menemukan beberapa hal yang bisa dikompromikan dan disepakati bersama. Misalnya dengan tetap sepakat ketika mengerjakan tugas secara tim. Melakukan cara ini akan membuat tetap profesional, meskipun sudah berseberangan.
5. Berpikiran terbuka dan mau mendengarkan
Saat berdiskusi dengan rekan kerja lawan konflik tadi, kita bisa menanyakan padanya apa yang membuatnya punya pemikiran yang berbeda. Setelah itu, kita harus mau mendengarkan alasan dan argumennya dengan baik.
Agar benar-benar paham, sebaiknya jangan sekali-kali memotong pembicaraannya. Dan bila ada pernyataannya yang meragukan atau kurang jelas, tak ada salahnya untuk memberikan pertanyaan padanya.
Cara ini bisa membuat kita menjadi paham akan sudut pandang rekan kerja terhadap suatu hal. Ini nantinya akan membuat kita lebih empati dan toleran akan pemikiran dan pendapatnya. Siapa tahu, dengan ini permasalahan pun bisa mereda.
6. Menyampaikan pendapat dan sudut pandang dengan jelas
Sebaliknya pada diri kita. Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul di benak rekan kerja, kita harus bisa menjelaskan pendapat, sudut pandang, atau mungkin pertanyaan yang kita tujukan kepadanya.
Semua itu harus disampaikan dengan tenang. Tidak perlu terburu-buru atau menggebu-gebu. Ini untuk menghindari kesan tendensius atau intimidatif di mata teman kerja yang bermasalah dengan kita itu.
7. Melibatkan orang ketiga jika perlu
Jika konflik dengan rekan kerja tadi dirasa rumit, ada baiknya melibatkan pihak lain, misalnya bagian HRD atau bahkan pimpinan. Apalagi jika sudah masuk ke ranah hukum.
8. Belajar dari masalah atau konflik yang baru saja terjadi
Mungkin, permasalahan dengan teman kerja tak berujung damai. Kita bisa mengambil pelajaran dari masalah dengan rekan kerja tadi. Kita bisa mencari tahu mengapa bisa bermusuhan dengannya dan mengapa tidak bisa berdamai serta hidup secara berdampingan.
Lebih baik kita menjadikan konflik tersebut sebagai bahan evaluasi dan antisipasi untuk ke depannya, agar tak bermusuhan dengan rekan kerja yang lain. Karena akan selalu ada permasalahan yang dihadapi di tempat kerja yang mana itu adalah bagian dari tantangan ibu bekerja.
Fiuhhhh, seru yang ngomongin tentang konflik dengan rekan kerja? Next article saya akan mengulas tentang sesuatu yang biasanya dihindari yaitu ibu bekerja lembur di hari libur.
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga, dan freelance blogger. Baginya blog adalah ruang berbagi inspirasi dan media menulis untuk bahagia. Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Namanya sesama karyawan sama2 cari uang tapii ada yang suka menjegal rekan kerjanya, dan itu bisa jadi konflik ya. Semoga kakak dijauhkan dari makhluk2 seperti itu.
Konflik ibu bekerja di luar rumah, engga terjadi di perusahaan aja yah. Di lingkungan kampus, pun ada kayak gini. Ada klik-klik-an gitu. Mungkin kalau anak sekarang, kayak ngegang…hehe…
Memang tidak mudah berteman dengan semua orang juga sih…
Pasti selalu ada gesekan antara sesama rekan kerja ya, mulai dari hal sekecil iri-irian kok dia jobnya lebih enak sampe yang lebih absurd. Perlu disikapi biar g punya ‘musuh’ apalagi di tempat kita sama2 mencari makan
Memang rentan ya pertemanan rekan kerja tuh. Apalagi kan pasti ketemu tiap hari 8 jam pula hehe.. gak heran sih kalo aada “gesekan”
Menjadi ibu bekerja memang melelahkan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik sih menurutku. Luangkan waktu untuk diri sendiri, lakukan aktivitas yang disukai, dan jangan lupa untuk istirahat yang cukup.
Pokoknya jauhiiiii toxic dikantor
dunia kerja tentunya ada berbagai sifat karyawan, jadi konflik pun mungkin ada dan kita perlu bersikap bijak dalam menghadapi dinamika dunia kerja
tak terhindari ya mbak konflik dengan orang lain itu, meski kita sudah berusaha menghindar eh biasanya ada saja yang suka iseng bikin masalah, semoga masih bisa dibicarakan secara kekeluargaan jika sudah begitu
Di manapun kita berada, pasti akan ada potensi konflik ya. Tinggal kita yang harus pandai-pandai membawa diri
Masalah ditempat kerja pasti selalu ada aja. Yang penting kita harus bisa kompromi dan pandai menempatkan diri untuk meminimalkan konflik
Wah artikelnya berguna banget nih kalau saya nanti bekerja. Mudah-mudahan nggak ada konflik sama rekan kerja, apalagi saya orangnya introvert.
Iyaya kalau ada masalah dengan rekan kerja kudu cepat dikelarkan saat itu juga, jadi gak berlarut-larut. Soalnya yang namanya kerjaan pasti ada terus dan ketemu lagi kan sama tekan tersebut
Beberapa kali dapat cerita tentang orang yang kariernya hancur gara-gara curhat sama rekan kerja. Dikiranya bisa dipercaya, eh ternyata justru paling tajam menusuk.
Bagi emak-emak dunia kerja memang adalah dunia yang harus diikuti dengan penuh kehati-hatian, mengingat pada emak-emak hal sepele bisa menjadi makin runyam.
Paling aman memang adalah berbicara hanya tentang pekerjaan kalau bersama rekan kerja
Namanya emak2, apalagi kalo lagi dapet, bs muncul tuh emosi tggi. Trs cekcok deh dgn rekan kerjanya.
Blm lagi kalo ada masalah keluarga di rumah. Kdg temen kntrnya jg kena imbas. Wkwk
Sebagai teman ya hrs ngingetin/pahamin kl temen kita, terutama emak2 yg lagi sensi. Ckp melipir/kasih tahu baik2 aja deh ya.
Aduh pasti males banget ya kak kita kalo kerja buat cari rezeki masih harus menghadapi masalah internal yang kadang bisa kebawa ke eksternal juga. Kadang kita sudah profesional, tapi mereka yang nggak jadi malesin
Iya kalau bisa sih segera diselesaikan yaa ngga ditunda2, aku tim kalo yg ditunda2 udah males dan akhirnya mungkin ngga akan mau lagi berurusan sama orangnya, makanya kudu dikelarin biar suasana jg lebih cepet baiknya
Miskomunikasi menjadi salah satu penyebab terjadinya konfllik di dunia kerja sih, bahkan di komunitas juga. Ini berlaku baik dalam percakapan lisan maupun tulisan. Makanya sebenarnya penting ya untuk meminta konfirmasi ulang ketika ada hal yang belum dipahami misalnya. Ini bisa jadi upaya mencegah terjadinya konflik
Sepakat MbakWin. Kalo fokusnya ke konflik itu, jadinya malah buang waktu, kerjaan amburadul. Kalo ada konflik ya secepatnya cari jalan keluar, biar nggak makin berlarut akhirnya malah jadi beban tiap ke kantor.
Kerja di mana saja memang bisa menimbulkan konflik, baik dengan rekan kerja atau juga dengan atasan.
Sebaiknya dicari solusinya jika terlibat konflik karena kalau dibiarin bisa mengganggu jalannya pekerjaan
Kalau aku biasanya curhat ke suami sih ketika ada masalah atau konflik di kantor. Curhat yang meluapkan emosi ya, bukan yang membahas hal penting perusahaan. Setelah itu aku berusaha bersikap netral saja karena capek juga sih ngurusin drama kantor hehe
Kalo ada problem dengan rekan kerja ini, auto bikin mood berkurang. Kalo aku jadi malas banget untuk ngomong sama orange. Dan bikin nggak semangat.
Sama dengan dunia lainnya, di dunia kerja juga sering terjadi konflik. Agar tidak melebar hingga menjadikan suasana kerja tidak nyaman harus segera menyelesaikannya sesegera mungkin jika ada konflik
Selalu adaaa aja ujiannya yaa..
Mau di tempat kerja, dalam bertetangga atau dimana pun. Tapi, mau konflik seperti bagaimanapun, kudu diselesaikan secara gentle, face to face, agar gak menyebar kemana-mana.
Kalau sama rekan kerja beda usia, ini yang agaknya makin ribet yaa..
Aku dulu di tempat kerja posisinya yang paling muda. Jadi kalau diajak rasan-rasan sana dan sini, aku dengeriiin aja. Huhuhu, soalnya takut mau ngapa-ngapain, nanti salah.
Ya Allah makim terbuka sama kondisi ibu bekerja. Yang dihadapi banyak banget. Termasuk bersinggungan dengan teman kerja ya. Ini salah satu hal yang harus dihadapi juga.
Namanya juga bekerja ya, pasti akan ada masa punya konflik dengan rekan kerja
Yang penting bagaimana bisa menyelesaikan dengan baik
Ahh ga enak banget mba Win kalau ada konflik sama rekan kerja. Bikin ga betah, bahkan untuk beberapa orang kadang menjadi alasan mereka resign.
Mba… aku jadi ingat masa2 bekerja dulu. Mengalami banget yang namanya konflik tiada akhir. kadang saat kita tidak punya masalah apa2 dengan rekan sekerja, bosnya yang bikin rusuh. Membenturkan kita dengan rekan kerja tersebut. Apalagi klo kerja di perusahaan milik keluarga, waahh….udah deh, harus panjang usus alias sabaaarr hehehee…
Saya termasuk orang yang membatasi hubungan dengan rekan kerja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, benar-benar profesional sebatas rekan kerja saja, termasuk untuk menghindari konflik