Di sekitar kita banyak sekali terjadi orang bekerja tidak sesuai dengan jurusan atau latar belakang pendidikannya. Faktanya, itu bukan suatu penghalang untuk sukses berkarir. Di tulisan tentang ibu bekerja kuliah lagi saya berbagi pengalaman bahwa latar belakang pendidikan saya sangat tidak linier dengan bidang pekerjaan yang saya geluti selama ini. Simak terus ya, saya akan berbagi pengalaman suka-duka menjadi ibu bekerja yang tak sesuai jurusan.
Kerja Bermodalkan Kursus
Awal mula masuk kerja pekerjaan saya tidak jauh-jauh dari kursus yang pernah saya ikuti. Saya bekerja di bagian administrasi keuangan dan perkantoran. Sebelum bekerja, saya pernah mengambil kursus bahasa Inggris, komputer dan akuntansi dasar. Kursus Bahasa Inggris langsung dengan native speaker. Kursus komputer dan akuntansi dasar, alhamdulillah, sampai mendapatkan ijazah nasional.
Kenapa hanya ambil kursus dan tidak kuliah sekalian? Pada masa itu, saya tidak mendapatkan izin kuliah kalau tidak diterima di perguruan tinggi negeri. Iya sih, saya sudah mencoba ikut ujian masuk PTN dan juga perguruan tinggi kedinasan, tetapi semua gagal. Sekali gagal, saya memang tidak mau mencoba lagi.
Saya bersyukur mendapatkan pekerjaan dengan mudah, tanpa perlu repot-repot melamar ke sana kemari. Berkah dari relasi yang baik antara guru les bahasa Inggris saya dengan bos tempat saya kemudian bekerja. Mereka sama-sama orang asing yang ahli di bidangnya masing-masing (foreign expert). Biasanya ‘kan begitu ya, sesama expatriate bertemu di negara lain akan membangun relasi yang baik.
Back to awal mula bekerja. Alhamdulillah bisa saya jalani dengan lancar, nyaris tanpa kendala. Konflik-konflik kecil yang berhubungan dengan pekerjaan selagi itu bisa diselesaikan, saya anggap bukan suatu masalah, melainkan sebagai bumbu penyedap dalam dunia kerja. Demikian pula dengan kesulitan-kesulitan yang saya alami, ketika itu bisa diselesaikan maka saya tidak menganggapnya sebagai masalah.
Kawah Candradimuka Pekerjaan Baru
Hingga pada suatu hari big boss membawa saya masuk ke institusi pendidikan dan memberi saya tugas dan tanggungjawab baru. Sungguh, lingkup kerja yang sangat berbeda dengan yang selama ini saya geluti. Tanpa basa-basi saya langsung disuruh pegang akunting. Oh, my God! Apakah saya mampu? Sedangkan saya tidak punya latar belakang pendidikan di bidang itu. Bekal saya cuma selembar ijazah kursus Akuntansi Dasar 1, mana cukup, hiks…
Tapi saya bukan tipe pekerja yang mudah menolak pekerjaan hanya karena merasa tidak mampu. Saya memilih untuk menerima, meskipun masih belum bisa membayangkan apa dan bagaimana nanti saya bekerja di posisi baru ini. Saya menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Bersyukur staf keuangannya cukup kooperatif. Demikian juga akunting sebelumnya juga menyediakan waktu untuk men-training saya beberapa hari.
Menggeluti tugas dan pekerjaan baru ini ibarat saya dimasukkan ke dalam kawah candradimuka. Jangan tanyakan apakah saya pernah menangis atau tidak. Sering! Sesederhana Aktiva dan Passiva tidak balance saja membuat saya bingung. Padahal masalahnya sepele, yaitu karena ada nomor akun yang belum dimasukkan ke dalam aplikasi sistem akuntansi.
Mungkin ada yang bertanya apakah di tempat kerja sebelumnya saya tidak membuat laporan keuangan seperti itu? Tidak! Dulu saya sebatas memegang kas proyek. Yang membuat laporan keuangan adalah head office yang posisinya di Switzerland. Setiap bulan saya mengirimkan laporan penggunaan dana ke head office tersebut.
Maka dari itu, selama bertahun-tahun saya benar-benar merasakan bahwa bekerja sebagai sebagai akunting adalah sebuah “penyiksaan”. Mana setiap tahun harus berurusan dengan auditor independen pula. Nah, saat-saat auditing tersebut juga menambah penderitaan buat saya, karena otomatis saya yang ditanya duluan jika ada hal-hal yang kurang jelas.
Mengatasi Ibu Bekerja Tak Sesuai Jurusan atau Keahlian
Setelah bertahun-tahun, saya baru bisa ikhlas menjadi ibu yang bekerja tak sesuai jurusan ..eh.. keahlian. Saya berpikir secara sederhana saja. Big boss selalu menempatkan saya di posisi tertentu yang vital adalah karena beliau yakin saya mampu. Tinggal sayanya saja bagaimana, apakah mau belajar beradaptasi dan bekerja keras sampai bisa menerima dan menikmatinya, atau tidak.
Berikut ini beberapa tips dari saya ketika seorang ibu bekerja tak sesuai jurusan (keahlian):
1. Mencatat setiap hal penting sekecil apapun
Begitu masuk ke dalam tugas baru, saya menyiapkan satu buku khusus untuk mencatat hal-hal penting. Saya menyebutnya sebagai buku pintar. Sesimpel cara menggunakan aplikasi/software akuntansi pun saya catat urutannya. Juga urutan dari mulai menginput transaksi hingga menghasilkan sebuah laporan keuangan yang lengkap, saya catat semuanya.
2. Beradaptasi dengan tugas dan pekerjaan baru
Begitu saya menerima tugas dan pekerjaan baru, saya harus siap untuk beradaptasi. Meskipun rasanya sulit dan berat, pelan-pelan saya memaksa diri untuk menjalankan tugas sebaik mungkin. Semampu saya, tetap saya melakukan yang terbaik. Bersyukur big boss bisa memahami saya, sehingga jika ada yang belum sempurnya, beliau hanya bilang: “Kalau tidak ada salah, berarti Anda tidak kerja. So, ada salah tidak apa-apa, masih bisa diperbaiki.”
3. Terus belajar tentang bidang yang sedang digeluti
Ketika masih fokus bekerja di kantor konsultan, saya sempat mengambil pelatihan Manajemen Perkantoran. Saya mengikutinya secara jarak jauh. Dulu belum ada kelas online, jadi saya dikirimi modul dalam bentuk hardcopy. Ujian pun secara tertulis dengan dikirimi soal-soal ujian. Alhamdulillah ilmunya sangat mendukung pekerjaan saya.
Di samping itu, sebagai ibu bekerja saya juga terus belajar apapun yang berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari saya. Belajar bisa dari manapun. Apalagi di jaman digital seperti sekarang ini, begitu banyak ilmu bertebaran di internet. Tak sedikit juga para pakar yang membuka kelas-kelas online.
4. Mengambil pendidikan formal sehubungan dengan keahlian sekarang
Saya tidak pernah membayangkan akan menduduki posisi akunting di level manajemen pada sebuah institusi pendidikan. Saya pikir saya hanya akan mentok pada urusan administrasi perkantoran. Begitu di akunting, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa menikmati. Karena itu saya tidak berpikir untuk meng-upgrade ilmu saya.
Baru beberapa bulan terakhir ini saya mempunyai keinginan kuat untuk meng-upgrade ilmu sehubungan dengan pekerjaan utama saya sekarang. Mungkin benar, learning by doing saja sudah cukup. Toh, saya selalu bisa menyajikan laporan keuangan dan anggaran bulanan dan tahunan dengan sangat baik.
Namun faktanya, saya juga butuh asupan ilmu yang mendukung pekerjaan saya. Plus sebuah pengakuan yang menguatkan posisi saya. Big boss saya orang asing (foreign expat) yang lebih fokus melihat pada kecakapan si karyawan. Sedangkan di Indonesia, Anda tahu sendiri ‘kan, selembar ijazah seringkali dipertanyakan.
5. Mengoptimalkan kemampuan yang ada
Pelajaran yang paling saya sukai di sekolah dulu adalah Matematika. Ya, saya senang sekali berkutat dengan angka. Sampai sekarang. Juga, saya cukup melek teknologi. Setidaknya, saya familiar dengan dengan Excel. Nah, kemampuan di bidang komputasi data ini sangat berguna bagi saya dalam mengelola cashflow dan mempersiapkan laporan keuangan. Yang makin disempurnakan dengan adanya software akuntansi.
Selain komputasi data, kemampuan saya di bidang administrasi perkantoran juga sangat menunjang pekerjaan di bidang keuangan. Antara lain membuat rapi arsip dan dokumen keuangan, membuat pelaporan keuangan internal yang mudah dipahami, surat menyurat dalam bidang keuangan, membuat invoice, dan lain-lain.
Last but not least, jaman sekarang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang kita inginkan apalagi seideal latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, nikmati pekerjaan yang dijalani sekarang. Jangan mudah menyerah apalagi memilih resign. Banyak loh yang mengantri untuk menggantikan posisi Anda dalam waktu singkat.
Bagi Anda yang baru mencari pekerjaan, gak masalah nanti mendapatkan posisi apa, yang penting Anda mau belajar untuk melakukan yang terbaik. Tanamkan pola pikir bahwa kuliah bukan untuk mencari pekerjaan tetapi sebagai bekal untuk menyelesaikan tugas dan masalah yang Anda temui dalam dunia kerja.
Slow but sure, ketika kita sudah bisa menikmati yang tadinya tak kita sukai, kita akan menjadi ahli. Jadi, tak perlu risau ketika ibu bekerja tak sesuai jurusan atau keahlian. Bukankah yang penting pekerjaan yang kita tekuni itu menghasilkan, bermanfaat, dan halal? Di artikel berikutnya saya berbagi inspirasi tentang bisnis dua kaki untuk ibu bekerja. Penasaran? Cusss…!
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Wahh Alhamdulillah awalnya dapat pekerjaan semudah itu ya Kak. Jadi kakak start kuliah lagi kapan?
Kalau saya dulu pernah jadi nanny di daycare padahal kuliah sastra. Tapi gakpapa karena emang suka anak-anak.
@ Avi:
Start tahun ini, tahun akademik 2024-2025.
waktu masih single, kalau ditawari job baru, aku enggak masalah. dan malah semangat karena bisa belajar lagi dan update ilmu baru. tapi sekarang setelah jadi emak-emak, aku rada mikir kalau harus pegang kerjaan baru. karena akan butuh waktu lebih lama untuk belajar. kasihan dengan anggota tim lain kalau nunggu aku kelamaan
Banyak orang yang bekerja tidak sesuai latar belakang pendidikannya. Tapi kuncinya memang mau belajar. Dan Mbak Wiwin keren. Terima saja dulu, nanti seiring waktu semua bisa dipelajari. Ala bisa karena biasa.
Dengan kursus memang bisa sich kita mendalami sesuatu hal baru. Cuma kalo kerja tapi nggak sesuai passionnya ini juga enak nggak enak sich.
Baca tipsnya, ini cocok untuk semua yang memasuki pekerjaan baru yang gak sesuai jurusan. Sehingga kudu cepet dalam beradaptasi dan banyak mencatat
Begitulah realitanya, jurusannya apaaa eh kerjanya apa. Tapi banyak lho yang sukses. Mungkin karena mereka tipe pembelajar dan penakluk tantangan, ya.
Memang punya banyak skill itu penting ya, masalahnya zaman sekarang semua serba tidak pasti. Lebih enak ada cadangan pegangan.
Sekarang untuk mencari pekerjaan sesuai dengan jurusan yang kita kuasai memang agak susah, yang banyak terjadi seseorang yang pekerjaannya tidak sesuai dengan jurusannya. jadi ya mwu nggak mau kudu beradaptasi lagi dengan pekerjaan saat ini.
Sekarang emg banyak banget pekerjaan yg tdk sesuai jurusan/ilmu yg dikuasai sih. Biasanya pekerjaan akan mudah dilakukan/diselesaikan oleh org yg berkompeten di situ. Jd pas kita memiliki keahlian tertentu, meski bkn pada jurusannya, terutama yg bkn hal teknis dan spesialis ya, pasti laris manis direkrut perusahaan.
Kuncinya emg adaptasi dan mau trs belajar ya kak.
Emang sih ya, setelah di dunia kerja, kita kadang malah punga job desk yang gak sesuai sama jurusan dan keahlian. Kuncinya kalau ngalamin hal ini ya mesti mau learning by doing. Kalau telaten, pada akhirnya akan bisa juga.
Tips di atas pastinya useful banget ngeantu buat para mom yang mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dngan keahlian atau jurusan, sehingga mendapatkan arahan yang tepat atau tahu apa yang harus dilakukan
Setuju banget sih mbaa, memaksimalkan potensi yang ada menurutku jadi jalan keluar terbaik kalo pekerjaan ngga linear dgn ilmu kita hueheheh.. jadi nilai plus karena kita jadi banyak belajar hal baru
Zaman sekarang ada banyak cara kok ya buat upgrade skill. Mau beda jurusan pun gak jadi masalah.
mantap banget mba pengalamannya, ini bisa dijadikan buku nih, untuk menyemangati ibu-ibu bekerja di luar sana
menikmati banget cerita-cerita mba wiwin tentang ibu bekerja. Mulai dari struggle dengan keluarga sampai di kantor sendiri..semoga berkah semuanya ya mba
Mungkin bisa jadi ranah yang disukai tapi belum menjadi prioritas kala itu yaa, ka..
Tapi karena kini menjadi bagian dari pekerjaan, jadi diperdalam lagi bidang keilmuan tersebut.
Seneng banget karena pekerjaan bisa menjadi tempat menantang untuk terus mengeksplorasi diri sendiri. Hebat, ka
Ibu bekerja itu wanita paling keren karena kemampuannya beradaptasi itu bisa membuatnya bekerja di manapun meski bukan bidang atau keahliannya.. selama mau terus belajar dan update skill.
Gak sesuai jurusan asal gaji sesuai sih gak masalah kalo buat aku wkwkwk