Masih membekas di ingatan saya peristiwa 2 Juli 2008 yang lalu (baca: Nyaris Tertipu!!). Sehingga ketika suatu hari ada saudara yang nyaris mengalami hal yang sama, saya sudah tidak kaget. Demikian pula ketika pada tanggal 30 Januari 2015 sekitar jam 9 pagi ada yang nelpon ke nomor As suami saya.
Pada pagi hari itu tiba-tiba Tablet suami saya ada panggilan entah dari siapa. Dan tiba-tiba yang di seberang sana menangis tersedu-sedu sambil entah ngomong apa. Tidak jelas. Saya langsung tahu bahwa itu adalah modus operandi penipuan lewat telepon. Lalu saya bilang ke suami saya,“Ayooo kita kerjain aja si penelpon ini.” Kebetulan karena pake Tablet maka oleh suami saya loudspeaker-nya dinyalakan, sehingga saya bisa turut mendengarkan dengan jelas. Lalu pada menit keberapa saya lupa, pembicaraan tersebut saya rekam menggunakan HP saya. Saya rekam sampai pembicaraan terputus. Hihihi.. lumayan, buat arsip 😛
Di seberang sana sepertinya ada 2 orang aktor, yaitu (1) berperan sebagai polisi bohong-bohongan, dan (2) berperan sebagai anggota keluarga kami yang jadi korban razia.
Nah, bedanya dengan kisah saya yang dulu adalah bahwa yang sekarang kami sama sekali tidak kenal suaranya. Trus, yang pura-pura jadi polisi menanyakan dua hal sbb:
1. Siapa nama yang sedang menerima telepon (maksudnya: siapa nama suami saya).
2. Siapa anggota keluarga yang sedang tidak ada di rumah saat itu.
Dua pertanyaan tersebut kami jawab dengan nama tidak sebenarnya, lha wong tujuan kami mau ngerjain koq hehehe.. Buaya dikadalin 😀 . Setelah dijawab, si Polisi Bohong-bohongan itu menyampaikan bahwa anggota keluarga kami tersebut tertangkap saat ada razia narkoba di suatu tempat.
Nah, inti utamanya, seperti biasa yaitu mereka minta uang. Mereka minta uang sebesar Rp 20 juta. Hihihi.. kami mencoba menawar karena kami pura-pura tidak punya uang. Trus, si penelpon ngasih 2 nomor HP, katanya sih nomor HP komandannya. Si penelpon menginstruksikan kepada kami untuk mengisi pulsa masing-masing Rp 750.000 ke kedua nomor tersebut. Beli pulsanya pun disuruh ke konter pulsa dan tidak boleh sekaligus, jadi harus ke beberapa konter. Ealahhh…ribet amat yaakkk… 😀
Dan seterusnya… Oiya, si penelpon juga melarang kami menutup telpon lhoo.. pokoknya sampai urusan selesai, HP kami harus terus menyala. Kami tidak boleh berbicara dengan siapapun.
Anda bisa dengarkan percakapan suami saya dengan si penelpon tersebut secara lengkap di rekaman yang sudah saya upload disini (klik saja: TelponDiPagiHari).
Semoga pengalaman kami ini bisa menjadi pelajaran buat Anda bahwa kita jangan panik ketika menerima telpon dari orang tak dikenal yang tiba-tiba memberikan berita yang tidak menggembirakan. Jangan sampai pikiran kita kalut lalu terpengaruh oleh perintah-perintah mereka.
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.