Punya asisten rumah tangga itu mungkin menjadi kebutuhan kebanyakan ibu-ibu bekerja. Saya salah satunya. Sudah beberapa kali punya asisten rumah tangga tapi saya merasa belum mendapatkan yang sreg. Jadilah mereka palingan berumur beberapa bulan saja bekerja dengan kami. Itu pun biasanya masih harus dikasih tahu apa saja yang harus dikerjakan. Tidak otomatis.
Sejak pertengahan bulan April kami tidak punya asisten lagi. Padahal per awal Mei kami mulai berpartner dengan Go Food, artinya bakalan mulai sibuk jualan dari rumah. Dan benar sampai pasca Idul Fitri kemarin, semua-muanya kami kerjakan sendiri. Saya dan suami berbagi tugas, seringkali juga melibatkan Satria anak kami. Bayangin, selama bulan puasa kami melayani pembeli hingga jam 3 pagi. Belum lagi dilanjutkan dengan persiapan makan sahur. Abis itu, paginya saya harus mencuci semua peralatan dan perlengkapan dapur. Capek? Iyaaaa banget. Apalagi abis itu harus siap-siap pergi ke kantor, kerja sampai sore jam 4-5.
Pulang kerja, penginnya bisa santai. Tapiii ya tinggal impian. Teteppp mulai beberes rumah lagi untuk persiapan malam. Alhamdulillah meskipun dalam keadaan hamil, saya dikasih fisik yang cukup kuat, sehingga tidak sampai kecapekan atau sakit. Namun demikian, saya tidak mau “ngoyo”. Kalo memang beneran capek, ya saya ga nyentuh apa-apa. Saya biarkan semua berantakan sampai saya siap bergerak lagi.
Suatu hari ketika ibu saya datang ke rumah, beliau bertanya: “Besok kalo udah punya bayi dan harus ditinggal kerja, kamu butuh pembantu.” Saya jawab,“Tenang Bu… sekarang mungkin aku masih kesulitan cari orang, tapi aku yakin bahwa menjelang saatnya nanti pasti aku ketemu orang yang bisa menjadi pembantu disini.”
Kesabaran kami mungkin terjawab. Pada suatu hari seseorang yang biasa membantu suami saya menawarkan “rewang”. Kami memang butuh, tapi ya pekerjaannya begitu-begitu, gajinya segitu, dan tidak menginap. Ehhh ternyata mereka mau. Dan ternyata yang akan dipekerjakan adalah istrinya sendiri 🙂
Beberapa hari kemudian mereka datang kepada kami, kami kenalan dan ngobrol, lalu disepakati bahwa mbak Siti mulai bekerja di rumah kami hari Senin 17 Juli 2017, dengan jam kerja mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, hari Sabtu/Minggu boleh libur (salah satu).
Bersyukur banget saya karena ga perlu ngajari mba Siti. Dia sudah tahu apa-apa yang harus dikerjakan dan sudah terbiasa bekerja keras. Sehari-harinya mba Siti adalah petani di Purworejo sana. Punya 4 anak namun sayang hanya si sulung yang masih hidup hingga hari ini (usia 12 tahun), sedangkan anak kedua kembar dan anak ketiga semuanya sudah meninggal ketika masih batita.
Sekarang setiap pulang kerja, sampai di rumah saya gak senewen lagi. Saya bisa rileks. Semua tampak rapi mulai dari teras hingga belakang rumah, termasuk dapur dan lain-lain. Baju-baju juga disetrikain, hehe.. bisa menghapus budget bulanan untuk laundry. Delegasi pekerjaan rumah tangga sudah terlaksana. Saya tidak lagi menghabiskan waktu hanya untuk cuci peralatan dan perlengkapan dapur yang kadang butuh waktu 1-2 jam. Saya tidak lagi stress melihat rumah berantakan dan nyaris tak terurus. Maunya saya sih berusaha jadi ibu rumah tangga yang sempurna, namun sayang ternyata saya tidak sanggup, waktu sudah habis di kantor seharian, weekend dipakai untuk istirahat dan bersantai atau mengerjakan bisnis. Sekarang, waktu bisa saya gunakan untuk hal-hal yang produktif, bisa fokus menggarap bisnis-bisnis kami, bisa fokus jaga kesehatan dan persiapan kelahiran. Oiya jadi bisa nemenin Satria juga setiap saat 🙂
Semoga ini memang anugerah dari Allah SWT yaitu Asisten Rumah Tangga datang 2,5 bulan sebelum hari kelahiran anak kedua kami. Setidaknya sudah terjadi adaptasi diantara kami sehingga ke depannya akan lebih mudah.