Bukan sesuatu yang heboh kalo yang makan sambal itu bukan bayi. Lha ini anak usia 1 tahun 1 bulan makan sambal. Hiks…. Dimas makan sambal!
Ceritanya saya sedang merapikan clodi-clodi yang baru diangkat dari jemuran. Adik Dimas main sendiri. Karena lagi senang-senangnya jalan jadi ya ng-explore isi rumah. Trusss.. saya panggil-panggil koq ga nongol-nongol. Padahal biasanya kalo dipanggil pasti menyahut sambil berjalan ke arah saya. Tapi ini enggak seperti biasanya. Ternyataaaa, Dimas berada di depan wadah sambal dan dia sedang ngemut sendok sambal!! Saya sebagai emaknya tentu saja kaget donkk… Saya segera ambil sendok dari mulutnya, kemudian saya gendong Dimas ke kamar mandi untuk saya cuci bibir dan mulut serta tangannya. Setelah itu, mungkin karena merasakan sensasi pedas dan panas, Dimas sempat gelisah dan agak ngik-ngik (nangis kecil) sebentar saja. Saya kasih susu tidak mau. Saya kasih teh anget manis tidak mau. Turun dari gendongan juga tidak mau. Setelah itu saja ajak melihat ayam dari balik jendela kamar, baru deh Dimas mau turun dari gendongan. Setelah itu, Dimas kembali normal, seolah tidak ada apa-apa.
Setelah Dimas tenang, kemudian saya ajak mandi. Kali ini tumben mandinya agak susah. Dia menyingkirkan gayung terus setiap kali mau saya guyur. Mungkin karena rasa tidak nyaman di sekitar mulutnya tadi. Tapi kemudian mandi normal dan mau berendam dan main air seperti biasanya.
Setelah selesai mandi, saya jadi penasaran apa efek dari sambal tadi. Saya perhatikan sekitar mulutnya ternyata berwarna kemerah-merahan. Mungkin itu efek dari panasnya sambal tadi. Tapi karena Dimas sudah tenang, ya sudah, tidak saya apa-apakan. Selanjutnya mau maem bubur susu beberapa suap, kemudian minum susu dari dotnya, dan seperti biasa lanjut bobo’ manis sampai saya berangkat kerja.
Hiks.. jujur saya sebenarnya panik, tapi saya berusaha tenang supaya Dimas juga tenang. Gimana ga panasss lha wong sambal cabe rawit seperempat kilo… Ayahnya ‘kan kalo bikin sambal, cabe rawitnya tidak cukup 10 biji. Saya saja cuma berani makan seujung sendok untuk sepiring nasi. Habis rasanya langsung bikin bibir bergetarrrrr… Bersyukur juga saat kejadian tadi ayahnya tidak tahu, kalo tahu… huhuhuhu… dia yang bakalan super panik lalu memarahi saya 😀
Salah saya juga sih naruh tempat sambal di area yang sangat terjangkau oleh Dimas. Saya taruh demikian karena tempat sambalnya mau saya cuci belum sempat-sempat. Ya sudahlah.. ini jadi pelajaran buat saya untuk tidak naruh sambal di area yang terjangkau Dimas. Bersyukurrrr (lagi) karena tangannya tidak dipakai ngucek mata sesaat setelah pegang sendok sambal.
Setelah kejadian ini saya menyimpulkan bahwa Dimas bakalan seperti kakaknya (Satria) yaitu doyan makan yang pedas-pedas, juga doyan sambal. Bakat anak yang turunan dari ayahnya. Meskipun sekarang susah banget makannya, tapi saya yakin akan tiba masanya Dimas doyan makan. Soooo, saya tidak boleh galau, selama Dimas tetap sehat dan lincah, insyaallah akan baik-baik saja 🙂
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.