Lompat ke konten
Home » Self Improvement » Jangan Egois untuk Tidak Memilih Menjadi Kaya!

Jangan Egois untuk Tidak Memilih Menjadi Kaya!

  • oleh
cover memilih menjadi kaya

Jangan Egois untuk Tidak Memilih Menjadi Kaya! Judul video di Youtube channel Fena Wijaya ini cukup membuat saya penasaran. Apa maksudnya, coba? “Jangan Egois”, tentunya kita sudah tahu yaitu untuk tidak memikirkan diri sendiri. “Tidak Memilih Menjadi Kaya”, rasanya semua orang pengin menjadi kaya. Hai, tunggu dulu! Nyatanya banyak dari kita yang sudah berusaha namun tidak menjadi kaya juga ‘kan ya? Lalu, apakah ada yang salah? Simak terus ya 🙂

Program yang Tertanam di Dalam Diri

Kita mungkin banyak berdoa dan berpikir positif, tetapi kita tidak bisa bohong bahwa kita menyerap emosi-emosi yang dulu yang divibrasikan oleh lingkungan. Sejak kecil orang tua sudah menanamkan bahwa mencari uang itu susah, uang itu harus ditabung. Hal itu disuntikkan terus ke dalam diri kita. Bukan hanya program kata-kata tapi frekuensi mereka pun kita terima. Jadi apa yang mereka ucapkan itu selaras.

Yang pertama kali kita pelajari (sejak dalam kandungan) adalah getaran orang tua kita. Yaitu ketika mereka sedih, ketika mereka susah mencari uang, dan lain-lain. Mereka memang tidak mengucapkan, tetapi kita belajar dari energinya setiap hari. Tanpa sadar itu merasuk ke dalam diri kita dan ini menjadi program yang kita pakai dalam kehidupan.

Saya yakin para pembaca sering mendengar dan percaya dengan kalimat: Apa yang kamu ucapkan itu menjadi doa. Nah, ketika kita mengucapkan “Saya tidak punya uang”, ini menjadi seperti doa kita kepada Tuhan. Demikian pula saat  kita mengucapkan “Uang pasti datang dengan mudah kepada saya”, ini juga doa.

Pertanyaannya: apakah doanya sudah selaras dengan getaran yang ada di dalam tubuh? Contoh: “Saya percaya Tuhan akan kasih uang”. Tapi getaran kita masih getaran kekurangan, kekhawatiran, ketakutan, dan lain-lain. Ternyata alam semesta merespon sesuai dengan getaran yang kita vibrasikan.

Di sekitar kita banyak orang yang memiliki penghasilan. Sayangnya tidak sedikit dari mereka yang uangnya cepat habis. Biasanya mereka berdalih dengan mengatakan bahwa uangnya untuk membayar tagihan A, membayar tagihan B, membayar uang sekolah anak, membayar listrik, dan lain-lain.

Tidak sedikit juga yang senang berinvestasi. Banyak yang sukses tetapi ada juga yang sampai kehilangan uang yang diinvestasikan. Parahnya ia berdalih bahwa lebih baik kehilangan uang daripada kalau suaminya tahu ia punya uang maka akan dipakai oleh suaminya.

Nah, dari beberapa contoh di atas ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ada energi yang yang merasuk ke dalam diri kita. Energi tersebut adalah program yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Yang membentuk kita menjadi seperti sekarang ini. Pertanyaannya, apakah kita akan memakai program itu terus menerus? Padahal kita masih pengin kaya ‘kan? Kita pengin bahagia ‘kan?

Memilih Menjadi Kaya Mengapa Penting?

Untuk memilih menjadi kaya, kita harus tahu kebenaran sejatinya. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah kita mencintai uang? Juga tanyakan: Apa yang saya cintai dengan kehabisan uang? Atau kehilangan uang?

Uang yang diinvestasikan hilang, karena kita berpikirnya kalau kaya nanti suami yang menikmati. Mungkin ada konsep yang tertanam di dalam diri bahwa laki-laki yang bertanggung jawab sedangkan perempuan tidak, sehingga kita menghabiskan uang untuk diri sendiri.

Banyak orang yang punya uang tapi tidak tahu. Mereka tahunya ada uang untuk mencukupi kebutuhan pribadi, anak-anak, dan rumah tangga.

Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita memilih untuk tidak berubah. Kita menjadikan uang sebagai alasan untuk tidak berubah. Sedangkan kita tahu bahwa ada beberapa orang yang memang benar-benar sangat ingin bisa mendapatkan, karena mereka memang ingin berubah.

Banyak dari kita yang tidak berpikir ke depan (future), apa yang mau kita ciptakan. Dengan uang, kita lebih banyak fokus kepada aku aku aku atau aku dan keluargaku. Tetapi bagaimana kita mengizinkan diri menjadi sangat kaya sehingga berkontribusi kepada planet ini.

Mari kita menengok kembali kepada cara pandang terhadap uang. Seberapa banyak uang menyetop kita untuk tidak berubah. Contohnya, saat ingin mengikuti kelas pengembangan diri dan kelasnya berbayar, langsung terpikir “wah, berbayar nih”. Seolah tidak ikhlas. Artinya saya menyetop diri saya untuk mengikuti kelas dan mengikuti perubahan untuk diri saya sendiri.

Solusinya adalah buang jauh-jauh yang terlintas dalam pikiran tadi. “Ahh, ini pikiran dari siapa sih?” Lalu kita stop dan ubah. Nah, ketika kita memilih untuk mengubahnya, kita bisa mengcreate uangnya. Yang tadinya mungkin tidak punya cukup uang, maka semesta akan memberi kemudahan untuk mendapatkan uang untuk membayar kelas tersebut. Kita selaraskan antara doa dan energi yang kita getarkan.

Banyak orang takut menjadi kaya karena dia pikir kaya itu jadi sombong, kaya itu jadi jahat, dan lain-lain. Contoh nyata nih, seseorang punya potensi, pandai memasak, masakannya enak, dan kalau dijual pasti laku. Tetapi ia mengalami kesulitan keuangan. Setelah digali-digali-digali ternyata dia takut kaya. Karena kalau kaya, dia takut suaminya hura-hura lagi.

Hal itu disebabkan karena ia hanya melihat dirinya. Lingkupnya kecil. Ia hanya melihat anak dan suaminya. Tapi kalau ia melihat ke masa depan, ia bisa berbagi dengan orang lain, membangun sekolahan, membangun masjid, dan lain-lain yang bermanfaat. Itu akan jauh lebih besar lagi dan energinya expand sekali. Kalau energi kita sudah sangat-sangat besar, alam semesta juga akan berkontribusi.

Saat kita memilih menjadi kaya, dalam semua area kehidupan kita belajar bahwa uang itu manfaatnya bukan hanya di uang tetapi di area lain kita punya kehidupan. Orang yang berpikirnya jauh ke depan, ia akan lebih bijak. Ketika kita mempercayai, itu yang terjadi.

Program di Dalam Diri itu Bisa Dilepaskan

Setelah menyimak video di Youtube channel Fena Wijaya yang berjudul Jangan Egois untuk Tidak Memilih Menjadi Kaya! tadi, saya jadi tahu bahwa sebenarnya program-program yang tertanam di dalam diri yang menghambat kita untuk berubah itu bisa dilepaskan. Yaitu dengan Access Consciousness.

Access Consciousness adalah salah satu modalitas. Ia sudah ada sekitar 30 tahun dan sudah dipakai di 178 negara. Baru pada tahun 2017 Coach Fena Wijaya mempelajarinya. Ketika mengetahui itu bagus, Coach Fena Wijaya lalu tertarik untuk membagikan kepada banyak orang di Indonesia. Selanjutnya mulailah Access dikenal di beberapa wilayah di Indonesia. Sejak itu banyak sekali orang yang merasakan manfaatnya, kemudian turut mensharingkannya kepada lebih banyak orang lagi.

Coach Fena Wijaya mengatakan bahwa, “Dalam suasana pandemi ini saya juga ingin mensharingkan kepada banyak orang supaya ketika ekonomi kita baik, Indonesia bangkit, kita juga mendapatkan dampaknya.”

Tools ini simpel pragmatis untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Access Consciousness bertujuan untuk empowering people to know that they know (memberdayakan seseorang untuk mengetahui yang sebenarnya dia tahu). Jadi ketika dia tahu, maka dia sadar yang dia pikir selama ini dia tidak tahu namun sebenarnya dia tahu. Hanya saja selama ini kesadarannya tertutup. Ketika diberdayakan, seseorang mengenali kemampuannya, potensinya, kemudian dia menjadi lebih sadar dalam semua aspek kehidupan.

Diri kita sendiri adalah yang memutuskan suatu pilihan, peranan Sang Pencipta adalah menyetujui apa yang kita pilih. Sehingga baik atau buruk itu berdasarkan pilihan kita juga. Kita hanya berpikir saat kita berdoa maka yang baik itu yang diberikan oleh Sang Pencipta. Sadar gak kalau kita berpikir jelek dan terjadi, itu pun diberikan?

Banyak dari kita yang tidak mau mempertanggungjawabkan hidup kita dan menyerahkan kepada Yang Di Atas. Kita tidak mau memutuskan dalam hidup. Antara lain memutuskan untuk tidak berpikir jelek dan tidak menyalahkan situasi. Kebanyakan dari kita memutuskan dua hal ini saja belum.

Ketika belajar Access Consciousness disandingkan dengan agama, ini menjadi sesuatu yang ‘wow’. Saya sudah dikasih kehidupan, saya bertanggung jawab atau tidak dalam kehidupan. Apakah saya mau menyadari apa yang saya sadari? Apakah saya menggunakan pemikiran yang baik? Apakah saya menggunakan frekuensi yang negatif? Misalnya saya merasa takut, cemas dan khawatir, maka rasa inilah yang direspon oleh semesta. Tetapi kalau saya memilih bersyukur, maka itu pula yang akan direspon oleh semesta.

Energi adalah bahasa universal pertama sebelum adanya suara (sebelum melalui tenggorokan dan keluar suara). Jadi mau berdoa apa setiap bangun pagi? Getaran apa yang kita frekuensikan ke alam  semesta ini tentang diri kita? Apakah getaran syukur? Atau getaran keluhan? Seberapa banyak getaran yang tidak terucap ataupun yang terucap? Getaran itulah yang kita ciptakan dalam kehidupan kita.

Kita mungkin banyak berdoa dan berpikir positif, tetapi kita tidak bisa bohong bahwa kita menyerap emosi-emosi yang dulu yang divibrasikan oleh lingkungan.

Melalui Access Consciousness, program yang tidak berkontribusi ini akan dilepaskan. Kita kenali dulu: program apa yang saya pakai, program milik siapa, kenapa saya senang memakai program ini, sejak kapan program ini ada di dalam diri saya.

Setelah menyadari semua, baru dilepaskan. Lalu cek program apa yang mau kita pakai dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Jadi program yang kita minta itu akan selaras energinya. Kalau saya bilang grateful, seluruh tubuh saya juga grateful, bukan hanya di ucapan.

Access Consciousness berbeda dengan hukum law of attraction, bukan pula tentang positive thinking, apalagi ilmu tabur tuai. Penasaran?

16 tanggapan pada “Jangan Egois untuk Tidak Memilih Menjadi Kaya!”

  1. Mencerahkan. Pada kehidupan ini kita diberikan banyak pilihan. Tinggal menentukan mana yang terbaik dan sesuai dengan kenyamanan masing-masing. Termasuk soal kekayaan dan kemampuan ini. Ternyata pemikiran tidak semudah dalam kenyataannya ya
    Terimakasih untuk semua ilmunya

  2. Artikelnya dalem banget. Saya sampai baca lagi, baca lagi.
    Masih bingung sih sebenernya. Emang bisa memilih menjadi kaya, atau memilih menjadi tidak kaya…

  3. setuju,hal yang tertanam dalam diri dan menghambat kita untuk berubah itu bisa dilepaskan. Memilih menjadi kaya dengan berpikir kita mampu, kita bisa, akan berlaku seperti keyakinan kita. Apa begitu access consciusness itu?

  4. “Saya percaya Tuhan akan kasih uang”. Tapi getaran kita masih getaran kekurangan, kekhawatiran, ketakutan, dan lain-lain. Ternyata alam semesta merespon sesuai dengan getaran yang kita vibrasikan. >>> waaahh bener banget nih, semesta mendengar suara hati kita yang sebenarnya ya, saya sudah pernah ngalamin seperti ini pada beberapa hal.. penting banget selaras antara ucapan, hati, dan perbuatan.

  5. Sebenarnya, manusia itu terlalu banyak yang dipikirkan dan dikhawatirkan yaa..
    Untuk semua hal sebenarnya yang aku rasa memang membutuhkan vibrasi positif sehingga alam pun berkata yang sama. Tapi jangan lupa, bahwa takdir berjalan sesuai dengan doa dan usaha.
    Bismillah,
    Mulai perbanyak lakukan sesuatu yang baik, maka hal itu pulalah yang akan kembali ke diri kita.

  6. Yap benar, saya pernah membaca juga bagaimana kalau doa kita dibalik, seperti meminta kesehatan pada Allah SWT tapi kita dalam kondisi sehat, akan lebih baik kalau meminta agar selalu sehat agar bisa lebih banyak beribadah dan melakukan hal-hal baik. Sejak pandemi, aku juga banyak menyimak video-video inspiratif, agar makin banyak referensi ilmu untuk dibagikan ke anak-anak.

  7. Orang terlahir miskin bukan kesalahan ya mbak, yang salah klo matinya tetap miskin
    menjadi kaya itu perlu. agar kita bisa menebar manfaat bagi sesama
    hidup pun harus dijalani dengan optimis

  8. wah jadi penasaran saya sama program access ini. pertama kali kenalan sama coach fena wijaya ini pas webinar ruang pulih kemarin. bagus banget materi yang beliau bagikan tentang pentingnya berpikir positif itu

  9. Kalau saya pengen jadi kaya, Mbak. *bhihik

    Ukuran kaya mungkin bagi tiap orang berbeda-beda ya. Ada yang punya rumah dan asal kebutuhan semua tercukupi dia sudah merasa kaya. Ada yang sampai ingin jadi konglomerat. Ada yang sekaya seleb yutub macam si ata geledek. Hehhee. Terutama, yang penting kita kaya batin dengan kebaikan.

  10. ternyata semua dari pikiran ya mbak, kalo kita berdoa dan ingin yang baik baik maka perilaku bakalan menggerakkan kesana. Kalo pikirin dan hati bilang cukup, maka perilaku kita bakalan banyak bersyukur atas semua nikmat rezeki dariNya. Bagus banget tulisannya mba:)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *