Sejak bayi, Dimas sudah menggunakan beragam tipe popok, yaitu popok kain (cloth diapers), clodi (modern cloth diapers), dan pospak atau popok sekali pakai (disposable diapers). Alhamdulillah sih nyaman-nyaman saja dia, enggak ada masalah meskipun gonta-ganti.
Penggunaan popok kain sudah stop sejak Dimas bisa duduk. Yang masih berlanjut adalah clodi dan pospak. Sejak usia 1 tahun, Dimas udah toilet training, yang dipakainya selain clodi dan pospak, ada lagi yang namanya training pants. Jadi sekarang untuk sehari-hari di rumah Dimas mengenakan clodi atau training pants atau celana biasa (dalam dan luar). Sedangkan pospak dipakai ketika bepergian dan kadang-kadang ketika bobok malam. Koq kadang-kadang? Iya, karena kalo malam Dimas kadang-kadang ga mau dipakein popok apapun, maunya pake celana dalam dan luar saja. Jadi pada jam tertentu begitu ia terbangun, saya gendong ke kamar mandi/WC untuk pipis.
Dari aneka macam popok tadi, yang paling bikin risau bin galau adalah pospak. Menggunakan pospak, selain butuh biaya untuk membeli, juga butuh usaha untuk membuang limbahnya tanpa menimbulkan polusi tanah. Ngeri ‘kan yaaa.. kalo ternyata limbah pospak itu baru akan terurai setelah jangka waktu 250 hingga 500 tahun. Duhh.. sudah jadi jaman apa ini dunia ya…
Dulu, saya juga pernah mengalami seperti ibu-ibu lain yang membuang pospak begitu saja. Melihatnya menggunung di tempat pembuangan sampah koq rasanya saya jadi sedih. Trus, berikutnya enggak saya buang di tempat sampah tapi saya bakar bersama sampah-sampah kering lainnya. Nah, masalahnya adalah biasanya enggak langsung habis-bis terbakar karena sempat basah oleh gel yang terkena pipis dan siraman air. Sedihhh ngeliatnya.. 🙁
Hingga suatu hari saya menemukan tiga hal penting, yaitu:
1. Membaca status Facebook milik Yazdan Mirza dari Kepuh Kreatifa yang menerima penyetoran limbah diapers untuk didaur ulang.
2. Membaca artikel di kabartani.com yang menginformasikan bahwa gel dari pospak tersebut bisa didaur ulang dengan dijadikan pupuk.
3. Membaca di kemasan pospak merk Goo’n tentang cara membuang kotoran dari popok bayi.
Ahaaa…! Dapat deh solusi!
Untuk poin pertama, saya baru tahu bahwa ternyata limbah cover sheet pospak itu bisa didaur ulang. Bisa jadi sandal, bisa jadi pot tanaman, dan lain-lain. Sayangnya saya sudah terlambat menghubungi Yazdan Mirza, karena sudah tidak menerima setoran cover sheet pospak, katanya mau menghabiskan stok baru yang sudah masuk. Yazdan justru menyarankan untuk membuat kerajinan sendiri saja. Sekilas saya lihat beberapa tutorial ada koq di akun FBnya.
Untuk poin kedua, hehehe.. ini saya baru akan bicara sama suami untuk ngurusi gel dari limbah pospak untuk dibikin pupuk. Waktu dulu sih blio bikin pupuk dari limbah kelinci dan berhasil, siapa tahu yang ini juga berhasil. Toh blio juga butuh pupuk untuk urusan tanam menanam di sekitar rumah. Limbah pospak Dimas sebenarnya enggak banyak, cuma 1-2 biji aja setiap hari. Tapi gapapa sih, sebagian saya kumpulkan di wadah terpisah.

Petunjuk pada kemasan GooN
Tentang poin ketiga, saya mencoba membandingkan dari dua kemasan merk pospak yang berbeda, yaitu merk Mamy Poko dan merk GooN. Ternyata di kemasan merk GooN tercantum cara membuang kotoran dari popok bayi, sedangkan di kemasan merk Mamy Poko saya bolak-balik enggak ada. Saya jadi bisa menyimpulkan bahwa pantas aja banyak pospak yang dibuang utuh tanpa dipisah antara cover sheet dengan gel penyerapnya karena mereka menggunakan pospak yang tidak ada petunjuk cara membuang kotoran dari popok bayi, atau bisa jadi juga mereka enggak membaca petunjuk tersebut (jika menggunakan pospak yang ada petunjuknya).
Sejak mengetahui tiga hal tersebut diatas, selanjutnya saya selalu mencuci pospak Dimas hingga bersih. Pertama-tama saya siram dengan air hingga kotorannya hilang. Kemudian saya buka untuk mengeluarkan gelnya dan kemudian saya tampung ke dalam wadah tersendiri. Pernah juga gel tersebut saya buang ke toilet, siram dengan air seperti menyiram kotoran. Terakhir, cover sheetnya saya cuci bersih, peras hingga lumayan kering, lalu saya jadikan satu dengan sampah kering untuk dibakar sewaktu-waktu.
Sebaiknya sih cover sheetnya yang telah bersih dan kering didaur ulang menjadi suatu kerajinan seperti yang diajarkan oleh Yazdan Mirza. Tapi, jujur, saya ga sekreatif itu, jadi maaf saya enggak melakukan daur ulang sendiri. Nah, kalau ada yang bersedia menampung limbahnya, monggo aja saya bersedia mengumpulkan dan mengirimkan.
Apakah enggak jijik mencuci pospak? Enggaklahh.. Ga ada bedanya koq dengan mencuci popok kain biasa atau clodi. Sama-sama ada pipis dan kotorannya ‘kan.. Bagi saya, membersihkan kotoran anak sendiri mah ga ada jijiknya 🙂 . Oiya, sedikit sharing, ketika haid, bekas pembalut yang saya kenakan biasanya juga saya cuci bersih. Saya pisahkan cover sheet dari gelnya. Gel dari pembalut wanita sih hanya sedikit sehingga bisa langsung dibuang ke toilet. Sedangkan cover sheetnya setelah dicuci dan diperas, saya jadikan satu dengan sampah-sampah kering untuk siap dibakar. Hayooo.. ibu-ibu kalo pada buang pembalut bekas, dicuci dulu apa kagak nih? 😀
Demikian sedikit sharing saya tentang menangani limbah pospak. Semoga bermanfaat yaa… 🙂