Saya Putuskan #AyoHijrah Meninggalkan Riba dan Siap Menjadi Bagian dari Bank Muamalat Indonesia

Gerakan #AyoHijrah dari Bank Muamalat Indonesia mengingatkan saat-saat saya melepaskan diri dari jeratan riba.

Mengenang Momen #AyoHijrah Saya

Sejak kapan saya mengenal riba? Saya lupa tepatnya kapan. Saya memiliki keluarga kecil sejak tahun 2001. Hingga tahun 2015 ada dua hal yang membuat hidup saya cukup tidak tenang. Kedua hal tersebut adalah kartu kredit dan kredit pemilikan rumah (KPR). Kurang lebih 15 tahun saya merasakan hidup dalam ketidaknyamanan karena riba.

#AyoHijrah dari riba kredit pemilikan rumah

Dulu saya tidak tahu bahwa kredit pemilikan rumah itu termasuk riba. Ya, sebenarnya jelas sih karena ada bunga yang harus saya bayarkan. Tapi beneran sekitar tahun 2003-2005 itu saya tidak paham. Mungkin dulu saya melakukan pembenaran dengan dalih bahwa kalau bisanya punya rumah dengan cara kredit, mengapa tidak, toh mau beli kontan terkendala tidak punya cukup uang.

Ternyata itu hanya pembenaran oleh pikiran manusia. Saya bersyukur terselamatkan dari riba KPR pada tahun kedua kredit berjalan. Karena sesuatu dan lain hal, waktu itu saya harus menjual rumah yang belum lunas tersebut. Apakah dengan oper kredit? Tidak, sodara-sodara! Benar-benar luar biasa cara Allah SWT melepaskan saya dari riba KPR.

Kebetulan rumah tersebut cepat laku dalam waktu singkat. Hanya hitungan hari. Si pembeli membayar kontan sesuai harga rumah ketika itu. Alhamdulillah uang pembayaran bisa saya gunakan untuk melunasi KPR. Sertifikat hak milik tanah sempat saya pegang beberapa hari, hingga akhirnya pindah ke tangan pembeli melalui perantara Notaris & PPAT. Setelah itu, impian saya adalah bisa membeli tanah atau rumah dengan kontan, bukan kredit yang berbunga. Aamiin…

#AyoHijrah dari riba kartu kredit

Saya pernah merasakan terjerat oleh kartu kredit. Sebenarnya saya juga tidak boleh menyalahkan kartu kredit, karena bisa jadi kesalahan adalah pada diri saya sendiri dimana saya tidak pandai mengelola keuangan dengan baik. Sayangnya, fasilitas kartu kredit memang seringkali membuat pemegangnya terlena.

#AyoHijrah

Dengan pagu kredit yang lumayan tinggi, beberapa kali saya berani gali lubang tutup lubang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga saya. Ketika tidak ada uang cukup padahal butuh beli susu anak dan lain-lain, saya gesek kartu kredit. Ketika butuh membeli alat kebutuhan rumah tangga padahal tidak mempunyai uang cukup, saya berani ambil kredit menggunakan fasilitas cicilan yang diberikan oleh kartu kredit tersebut.

Sayangnya, seringkali yang terjadi adalah tidak tertib dalam melakukan pembayaran tagihan bulanan. Misalnya tagihan yang masuk adalah sebesar Rp 5 juta, ternyata saya hanya sanggup mencicil Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Akibatnya, bukannya tagihan berkurang ehhh malah menumpuk lagi karena di dalam kartu kredit berlaku sistem bunga berbunga. Sependek pengetahuan saya sih begitu. Dan itu adalah riba.

Akhirnya pada tahun 2015 saya bertekad bulat untuk mengakhiri penderitaan saya karena terjerat kartu kredit tadi. Saya harus segera memproses penutupan kartu kredit. Dengan berbekal mempraktekkan saran-saran dari orang-orang yang juga mengakhiri penggunaan kartu kredit, alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Dan satu per satu kartu kredit saya sudah ditutup.

Lega? Sangat lega! Saya seperti terlahir kembali. Saya seperti terlahir dengan jiwa dan raga yang baru. Ya, saya kembali ke titik nol, bahkan mungkin minus. Saya tidak takut memulai hidup dari nol lagi, gapapa tanpa fasilitas dan kemudahan konsumtif lagi. Sudahlah, kalo belanja ya semampunya saja, jangan karena menuruti keinginan semata namun benar-benar karena kebutuhan.

Karena saya sudah mengalami sendiri betapa tidak tenangnya hidup dalam jeratan riba, dan makin paham bahwa riba itu dosa, maka saya tidak segan-segan untuk mengajak saudara-saudara dan teman-teman saya yang hidupnya tidak tenang karena jeratan kartu kredit #AyoHijrah meninggalkan riba.

#AyoHijrah

Melalui blog ini saya tidak keberatan berbagi pengalaman dengan mengenang momen #AyoHijrah saya. Apalagi didukung oleh Bank Muamalat dengan gerakan Ayo Hijrah-nya, siapa tahu pengalaman saya bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Kebetulan saja momen hijrah yang sangat saya rasakan adalah ketika saya memutuskan untuk meninggalkan riba.

Kata “hijrah” memiliki makna berubah untuk “lebih baik”. Maka #AyoHijrah adalah gerakan yang mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama selalu meningkatkan diri ke arah yang lebih baik dalam segala hal. Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan kita dengan Sang Pencipta, tapi juga merupakan jalan hidup (way of life) sehingga #AyoHijrah juga mengajak untuk menjalani hidup sesuai tuntunan Islam yang baik dan berkah.

Adapun tujuan dari gerakan #AyoHijrah adalah bahwa dengan #AyoHijrah diharapkan ada peningkatan kualitas diri, baik secara individu maupun organisasi, untuk semakin kaffah menjalankan syariat Islam, khususnya dalam konteks layanan perbankan syariah. Cita-cita yang hendak diwujudkan oleh Bank Muamalat adalah menyetarakan pertumbuhan nasabah bank syariah agar setara dengan kondisi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim.

Bank Muamalat Indonesia

Setelah berani berhijrah meninggalkan riba, saya jadi kepikiran pengin punya rekening di bank syariah, yaitu di Bank Muamalat Indonesia. Jujur saja, hingga hari ini belum sempat saya realisasikan. Insyaallah dalam waktu dekat sekalian mewujudkan impian saya yaitu membuka tabungan haji. Tabungan haji di Bank Muamalat Indonesia setoran awalnya ringan bangetttt… 🙂

Kenapa saya tertarik menjadi nasabah Bank Muamalat Indonesia? Yaitu karena adanya fakta dari beberapa informasi yang saya kumpulkan, yaitu antara lain bahwa Bank Muamalat adalah bank pertama murni syariah di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1992. Bank Muamalat tidak menginduk dari bank lain, sehingga terjaga kemurnian syariahnya, berarti tidak diintervensi oleh pihak manapun. Pengelolaan dana di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

Bank Muamalat Indonesia

Produk Bank Muamalat Indonesia juga beraneka ragam, antara lain tabungan, Muamalat Prioritas (solusi keuangan syariah), giro, deposito, kartu Shar-e debit, dan pembiayaan. Dalam kelompok tabungan sendiri ada tabungan iB Hijrah Haji, tabungan iB Hijrah, tabungan iB Hijrah Valas, dan TabunganKu. Dan yang pasti Bank Muamalat Indonesia tidak menerbitkan kartu kredit, adanya adalah Kartu Shar-e Debit.

Mungkin pernah terbayang bahwa ..ahhh.. palingan bank syariah tidak secanggih bank-bank konvensional. Ternyata itu sangat tidak benar. Terbukti Bank Muamalat memiliki produk dan layanan keuangan lengkap yang ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri.

Dengan menjadi nasabah Bank Muamalat Indonesia berarti saya siap mendukung cita-cita bank ini yaitu sebagai pusat dari Ekosistem Ekonomi Syariah dan turut membangun industri halal di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Insyaallah Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur. Aamiin… 🙂