Pencegahan Pneumonia pada Anak Indonesia? STOP Pneumonia! – Masih lekat dalam ingatan saya saat memiliki anak pertama. Bayi laki-laki mungil yang terlahir prematur. Selain belum cukup bulan, ia juga terlahir dengan berat lahir rendah (BBLR). Setelah terlahir ke dunia melalui tindakan sectio caesarean, delapan belas jam kemudian ia harus dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Selama 2 minggu ia dirawat di dalam inkubator. Tidak bisa ditunggui setiap saat. Saya sebagai ibunya hanya datang saat memberikan ASI. Sedihnya waktu itu ASI saya nyaris tidak keluar. Sepertinya ada faktor psikis juga yang mempengaruhi produksi ASI saya.
Pulang dari rumah sakit, anak saya berat badannya masih dibawah normal (<2.5 kg). Karena ASI tidak ada, terpaksa saya berikan susu khusus untuk bayi BBLR. Berkat susu tersebut alhamdulillah berat badannya naik terus hingga mencapai normal.
Saat usianya memasuki 1.5 tahun ia harus dirawat di rumah sakit. Saya lupa gejalanya bagaimana, apalagi waktu itu ia lebih banyak diasuh oleh neneknya. Yang saya tahu diagnosa dokter adalah asma. Akhirnya, harus opname selama beberapa hari hingga sembuh.
Setelah sembuh dari asma tersebut alhamdulillah anak saya sehat wal afiat hingga hari ini. Sekarang sudah duduk di bangku SMA kelas XI dan tidak pernah sakit sama sekali.
Sebagai seorang ibu yang pernah memiliki anak prematur tentunya ada rasa was-was juga melihat kenyataan bahwa masih banyak anak-anak Indonesia yang meninggal karena masalah paru-paru. Saya bersyukur sekali anak saya dulu cepat tertangani dan tidak ada penyakit ikutan lainnya.
Selain asma seperti yang pernah dialami oleh anak saya, ada lagi penyakit paru-paru yang berbahaya bagi bayi dan balita yaitu Bronkhitis, TBC, dan Pneumonia. Nah, Pneumonia ini yang paling berbahaya karena ia merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada bayi/balita setelah kelahiran prematur.
Maka dari itu saat kehamilan anak kedua, saya berhati-hati sekali. Saya tidak ingin kejadian pada anak pertama terulang lagi. Saya pastikan saya dan lingkungan semuanya sehat dan aman. Saya pastikan juga janin sehat selama dalam kandungan.
Alhamdulillah, anak kedua saya terlahir dengan sehat wal afiat, normal semuanya (BB, LK, dan TB), tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih. Cukup mendapatkan ASI walaupun hanya sebentar. Juga mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
Lalu apa sih Pneumonia itu? Koq sebegitu menakutkannya ya…? Yuk.. kita simak bersama 🙂
Apa Itu Pneumonia?
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh kuman. Infeksi ini bisa terjadi pada salah satu atau kedua belah jaringan paru-paru. Kantong udara atau alevoli pada paru-paru yang seharusnya berisi udara menjadi berisi cairan atau nanah. Hiii… ngeri gak sih..?
Pneumonia adalah juga radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Radang akut ini merupakan manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat menyebabkan kematian.
Karena kekebalan bayi dan balita kita rendah, maka paru menjadi rusak dan fungsinya terganggu. Ini ditandai dengan nafas cepat atau sesak yang menyebabkan oksigen berkurang. Hal ini mengakibatkan bayi atau balita bisa sakit berat atau meninggal, terutama bayi atau balita dengan berat lahir rendah atau mempunyai penyakit kronis.
Pneumonia dapat menular melalui udara, percikan batuk dan bersin, dan benda-beda yang terkena percikan batuk atau bersin penderita.
Penyebab Pneumonia pada anak
Pneumonia disebabkan oleh kuman yang terdiri dari berbagai macam virus, bakteri atau jamur.
Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus Pneumonia), HiB (Haemophilus Influenza Type B), dan stafilokokus (Staphylococcus Aureus).
Virus penyebab pneumonia sangat banyak, misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), serta virus influenza. Virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.
Sedangkan faktor penyebab meningkatnya kejadian pneumonia mencakup karakteristik masing-masing anak, perilaku pengasuhan, dan lingkungan.
Tanda-tanda Pneumonia pada Anak
Tanda-tanda bahwa anak balita mengalami pneumonia adalah terjadi peningkatan frekuensi napas, sehingga anak tampak sesak. Selain itu, jika diamati di daerah dada, tampak retraksi atau tarikan dinding dada bagian bawah setiap kali anak menarik napas.
Napas cepat (takipneu) juga merupakan tanda pneumonia yang penting. Oleh karenanya kader kesehatan diajarkan menghitung tanda pneumonia dengan cara menghitung frekuensi napas selama 1 menit.
Sebagai catatan nih: Batasan frekuensi napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan adalah >= 60 kali per menit, pada bayi 2-12 bulan adalah 50 kali per menit, sedangkan usia 1-5 tahun adalah 40 kali per menit.
Selain retraksi dan takipneu, jika memburuk balita juga mengalami gelisah, tidak mau makan/minum, kejang atau sianosis (kebiruan pada bibir), bahkan penurunan kesadaran.
Pencegahan Pneumonia pada Anak
Sebagai orang tua, kita ga perlu parno berlebihan dengan adanya penyakit Pneumonia ini. Karena pencegahan pneumonia pada anak bisa banget dilakukan. Menurut WHO ada 3 langkah yang dicanangkan untuk menanggulangi Pneumonia, yaitu:
- Proteksi balita, yang ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita yaitu nutrisi yang cukup, ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, dan udara yang bebas dari polusi (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik).
- Pencegahan bayi dari sakit karena pneumonia, dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap. Indonesia adalah salah satu negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukkan vaksin pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional. Sementara itu IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah merekomendasikan pemberian imunisasi PCV untuk anak umur 2 bulan hingga 5 tahun.
- Tata laksana pneumonia yang tepat mulai dari deteksi dini gejala pneumonia dan dengan memberikan pengobatan yang cepat dan tepat pada balita yang mengalami pneumonia.
Perlu dicatat nih ya..:
- Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita sebesar 20%.
- Imunisasi yang lengkap mencakup beberapa jenis imunisasi yang terkait dengan pneumonia dapat menurunkan kejadian pneumonia sebesar 50%.
Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 dengan Kampanye STOP Pneumonia
Pada hari Kamis tanggal 12 November 2020 kemarin saya mengikuti acara Festival Anak Sehat Indonesia bersama teman-teman blogger dari Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Acara ini diselenggarakan secara digital melalui media sosial Yayasan Sayangi Tunas Cilik yaitu Facebook, Youtube, dan Instagram.
Kenapa tanggal 12 November? Karena tanggal 12 November adalah Hari Pneumonia Dunia (HPD). Tanggal ini juga bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional. HPD merupakan upaya global untuk mengingatkan masyarakat dunia mengenai Pneumonia pada anak yang masih merupakan masalah global sebagai pembunuh utama anak sebelum mereka sempat merayakan ulang tahunnya yang kelima.
Kampanye global penanggulangan pneumonia diluncurkan oleh Save the Children International dalam rangka 100 tahun di tahun 2019. Di Indonesia, Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) sebagai organisasi lokal Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia di bulan November 2019.
YSTC melalui kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swasta baik di tingkat nasional maupun di wilayah dampingan Save the Children di Kabupaten Sumba Barat, NTT dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat melanjutkan kampanye STOP Pneumonia untuk penyadaran dan perubahan perilaku masyarakat.
Peringatan Hari Pneumonia Dunia tahun 2020 ini merupakan momentum yang sangat penting untuk melanjutkan Kampanye STOP Pneumonia. Hal ini bertepatan dengan berbagai kondisi sebagai berikut:
- Dampak COVID pada anak yang dapat meningkatkan kasus Pneumonia karena virus Corona menyerang paru-paru. Anak berada dalam situasi rentan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan dan gizi dalam situasi pandemi.
- Kementerian Kesehatan telah menandatangani Kerjasama dengan UNICEF untuk pembelian vaksin dan obat yang terjangkau pada tanggal 16 September 2020 termasuk dalam hal ini vaksin PCV untuk Pneumonia. Kerjasama ini dapat menyelamatkan 10.000 anak tiap tahun dari Pneumonia. Kemajuan langkah ini perlu diiringi dengan upaya masyarakat untuk dapat mengakses layanan vaksinasi yang telah disediakan pemerintah.
- Program Kampanye STOP Pneumonia dapat turut serta menurunkan stunting melalui satu pesan kunci STOP Pneumonia yaitu peningkatan praktek pemberian ASI esklusif dan asupan gizi yang baik bagi anak anak Indonesia dimulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupannya (HPK).
Tema Hari Pneumonia Dunia 2020 merupakan dorongan pemenuhan hak-hak anak yang relevan dengan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, yaitu:
- Semua anak berhak untuk hidup. Pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan hidup dan tumbuh dengan sehat (Konvensi Hak Anak Pasal 6).
- Tiap anak berhak mendapatkan standar kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman. Semua orang dewasa dan anak-anak perlu punya akses pada informasi Kesehatan (Konvensi Hak Anak Pasal 24).
Adapun tujuan diselenggarakannya peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 kali ini adalah:
- Memberikan pencerahan dan inspirasi kepada masyarakat untuk mengenali risiko kesehatan anak balita terkait penyakit pneumonia, pencegahan dan penangannya di rumah tangga.
- Mengajak keluarga bukan hanya Ibu tetapi juga ayah dan anggota keluarga lainnya untuk saling mendukung memastikan pencegahan dan perlindungan anak dari pneumonia.
- Mengajak semua pihak, baik masyarakat, pemerintah dan swasta untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan pneumonia pada balita.
Save the Children bekerjasama dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah Indonesia, organisasi masyarakat sipil, komunitas dan mitra lainnya melaksanakan strategi kampanye perubahan perilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak melalui langkah-langkah:
- Meningkatkan pengetahuan tentang pneumonia pada anak dan bahayanya.
- Memahami pencegahan melalui ASI dan MPASI, imunisasi, cuci tangan pakai sabun, pemenuhan gizi, kurangi polusi domestik, dan stop mereokok.
- Memahami cara merespon bila terkena pneumonia dengan membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan dalam mengatasi pneumonia.
Save the Children mulai 2019 hingga 2021 menjalankan strategi kampanye terintegrasi dengan kampanye ke target khalayak, sosialisasi intensif dengan pemangku kepentingan, mobilisasi sosial, dan kampanye parenting untuk menguatkan peran ayah di dalam keluarga.
Strategi kampanye ini mengacu pada kerangka kerja penanangan pneumonia yaitu melindungi (protect), mencegah (prevent), dan mengobati (treat).
- Melindungi dengan menerapkan praktik pengasuhan baik sejak lahir melalui pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama dan makanan pendamping ASI atau MPASI yang tepat setelah usia 6 bulan.
- Mencegah dengan imunisasi lengkap, utamanya Campak dan Rubella (MR), Diphtheria Pertussis Tetanus (DPT), dan Haemophilus Influenzae tipe B (HiB) dan PCV. Cuci tangan pakai sabun! Pastikan sirkulasi udara yang baik dan tanpa asap baik di dalam rumah dan di lingkungan rumah tempat bermain anak.
- Mengobati. Segera membawa anak ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan asupan bergizi saat anak sakit.
Tentang Save The Children
Save the Children adalah gerakan global pertama yang berpihak pada anak-anak yang bekerja di lebih dari 120 negara di enam benua. Bermula pada tahun 1919 di London untuk membantu anak-anak korban Perang Dunia I.
Selanjutnya Save the Children pula yang menjadi cikal bakal lahirnya Konvensi Hak Anak oleh Persatuan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Konvensi Hak Anak adalah sebuah konvensi hak asasi manusia yang paling banyak diakui dan diterima sepanjang sejarah. Indonesia sendiri meratifikasi Konvensi Hak Anak pada tahun 1990.
Di Indonesia, Save the Children telah bekerja membantu anak-anak sejak tahun 1976. Pada tahun 2014, mendirikan Yayasan Sayangi Tunas Cilik sebagai entitas lokal dari Save the Children di Indonesia dan menjadi bagian dari gerakan global Save the Children.
Penutup
Saya bersyukur sekali anak saya dulu hanya menderita asma. Lebih bersyukur lagi karena cepat tertangani. Jadi, sekali lagi, mari bersama-sama kita waspadai Pneumonia. Jika anak mengalami batuk yang disertai dahak, demam, sesak, bernapas cepat, segera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit atau dokter terdekat.
Mari bersama STOP Pneumonia !
S – ASI Eksklusif enam bulan, menyusui ditambah MPASI sampai 2 tahun.
T – Tuntaskan imunisasi untuk anak.
O – Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.
P – Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat.
Dengan terlaksanakannya cara-cara pencegahan pneumonia pada anak di atas, tentunya tidak hanya dapat mengurangi kejadian Pneumonia, tetapi juga kejadian COVID-19 dan stunting. Setuju ya, Bapak dan Ibu?
Sumber referensi:
1. Booklet Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020
2. Website stoppneumonia.id
3. Video Pneumonia by Save The Children
4. Paparan Ahli tentang STOP Pneumonia oleh Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi
5. Artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada aplikasi PRIMAKU
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Wahh makasih mbak tulisannya. Aku baru tau tentang penyakit pneumonia, baru denger juga. Ilmu baru bangett, apalagi utk aku yg belum nikah.
Sebagai orang yang punya penyakit pernapasan juga, jujur aku khawatir banget anak-anak kena pneumonia karena ada potensi. Syukurlah skrg informasi udah sangat terbuka jadi bisa preventif sejak dini. Tfs mbak Pratiwi.
Ternyata pneumonia pada balita dan anak2 ini mudah terjadi karena udara, bersin, batuk dan benda2 pribadi. Apalagi kadang gejala2nya ga kelihatan jelas ya tau2 sudah tertular. Menjaga pola makan, gaya hidup dan kelengkapan imunisasi sangatlah penting tentunya.
Semakin banyak informasi seputar penyakit pneumonia, membuat kita semakin mawas diri dan waspada. Sehingga kita bisa melakukan tindakan preventif ya Mba.
Program YSTC bagus banget nih ya buat perkembangan anak-anak …
Semoga kita semua selalu diberi kesehatan ya Mba
Sedih deh kalau lihat anak dah sakit, sesepele batu pilek dah bikin waswas. Ternyata bisa jadi indikasi pneumonia ya napas tersengal, Kak. lebih-lebih pas pandemi gini, beneran mereka jadi bagian yang mudah terpapar karena fisiknya masih rentan. Syukurlah sekarang ASI eksklusif sudah mulai dipraktikkan secara tuntas, jadi minimal membantu mengurangi kejadian. Masalahnya mungkin tinggal gizi buruk yang masih ada di beberapa daerah, yg berakibat stunting. Moga lewat gerakan Save The Children ini anak-anak Indonesia terbebas dari pneumonia, warganya makin sadar akan bahayanya.
Nggak kebayang kalau pneumonia ini terjadi pada anak-anak, hiks…pasti deh saya bakalan nangis, sedih. La wong anak sakit panas aja saya nangis karena anak gak bisa main seperti biasanya
ASI perannya memang sangat besar ya mbak, makanya selalu digaung-gaungkan untuk selalu mengASIhi karena sangat bermanfaat sekali pada anak khususnya
@ Dwi Puspita :
ASI memang luar biasa. Dialah pembentuk imunitas anak sejak bayi.
Pneumonia pada orang dewasa saja membuat resah kelurga, apalagi kalau menyerang anak-anak, pasti makin meresahkan.
Semoga vaksinnya segera didistribusikan sehingga anak-anak bebas dari pneumonia
Pneumonia adalah penyakit mematikan ya mbak , tapi bisa dicegah dan diobati…
dan butuh kerjasama dari banyak pihak untuk STOP Pneumonia ya mbak
Bahaya Pneumonia pada anak ini semoga makin banyak yang tahu ya, agar semakin banyak pula yang paham dan melakukan upaya pencegahannya.
Pasti bagi orang tua yang ngga paham bakalan panik dan was was dengan pneumonia. Tapi dengan pemahaman dan informasi yang tepat ttg gejala dan penanganannya, semuanya jadi terselesaikan dengan baik
iya ya mbak..
makanya sangat penting untuk bisa memahami penyakit pneumonia ini…agar bisa melakukan upaya preventif dgn baik
@ TukangJalanJajan :
Apalagi di masa pandemi ini, gejalanya ‘kan mirip.
Jangankan buat balita, pneumonia juga sangat menyiksa orang dewasa…
GAk kebayang deh gimana rasanya kena pneumonia pas masih bocil. pasti tersiksa banget.
Baca tulisan ini jadi banyak dapet input pengetahuan tentang pneumonia. Ternyata ini bahaya banget ya mbak. apalagi jika terjadi pada anak-anak.
Kita sama-sama punya pengalamanb yang sedih saat lahiran anak pertama ya mbak, kalau aku bedanya gak prematur cuma kelilit jadi harus section & masuk ruang perina bayinya.
Namanya buat anak yang penting sehat ya untuk mengejar beratnya gak masalah pakai susu khusus supaya menghindari pneumonia juga. Allhamdulillah sehat-sehat aja ya sekarang.
Wah pengetahuan baru nih tentang dunia kesehatan, apalagi bagi seorang perempuan yang kudu update nih soal ginian. Semoga kita semua dapat menjadi ibu yang cerdas dan sama-sama dapat mencegah pneumonia pada anak ya.
lengkap nih infonya Mbak
pneumonia ini salah satu penyakit yang berbahaya juga ya pada bayi dan balita karena bisa menyebabkan penyakit berat bahkan kehilangan nyawa ya, Naudzubillah min Dzalik 🙁
semoga dengan adanya penandatanganan antara Kemenkes dengan UNICEF mengenai vaksin ini bisa melindungi anak-anak dari bahaya Pneumonia ini ya Mbak, Aamiin 🙂
Anak saya juga saat berusia 4 bulan mengalami gangguan pernafasan, awalnya panik karena didiagnosis pneumonia, karena saya gak paham ini penyakit apaan. Tetapi setelah melakukan perawatan dan CT Scan anak saya ternyata mengalami asma. Gejalanya mirip-mirip gitu ya
@ Anisa Deasty Malela :
Berarti seperti anak saya itu.
Anak saya ada yang punya asma, sedih liatnya kalau pas kambuh. Thanks artikelnya mbak, saya jadi bisa lebih waspada dan menjaganya supaya asmanya nggak kambuh-kambuh lagi
Suami waktu kecil kena asma, masih kebawa sampai saat ini. alhamdulillah anak anak ga ada yang kena asma….
Apalagi saat pandemi, gejala yg mirip dengan pneumonia itu kita harus beneran waspada. Jangan sampai anak menderita. Mirip juga penyakit Kp, TBC, jangan sampai tidak peka terhadap pneumonia karena tidak tahu informasinya…
Setuju Teh, memang perlu untuk memperhatikan dan lebih peduli lagi karena gejala yang mirip. Sehingga bisa cepat pula dilakukan pencegahannya
@ Okti Li :
Ada tiga macam penyakit pada paru-paru yang harus diwaspadai, yaitu: TBC, bronkhitis, dan pneumonia.
Kalau ngomongin soal Pneumonia ini bener-bener ngeri aku mba. Karena memang pneumonia ini jadi pembunuh terbanyak pada balita ya hiks. Aku juga berusaha menjaga anak aku dengan memberikan lingkungan yang bersih dan sehat juga ASI. Walau begitu tetap aja aku masih ngeri. Jadi selain ikhtiar juga perlu berdoa ya biar Allah menjaga anak kita
Dukungan orangtua dan pengetahuan orangtua mengenai pneumonia harus ditambah . Jangan sampai deh anak kita mati karena terlambat penanganan
Baru tahu aku, mbak.
Pneumonia seseram itu dapat mengintai bayi, apalagi mereka rentan terkena virus atau bakteri, entah dari udara atau lainnya.
Gimana pun, utk menghindari Pneumonia menyerang anak, kerjasama kedua orangtua sangat diperlukan ya mbak.
Terima kasih pencerahan ya mbak
Aku ngeri banget sma pwnyakit Peumpnia soalnya dlu anakku pernah ngerasain tes mantoux gegara ada kecurigaan aakit karena bb nya tidak naik2 dih semogaa anak2 kuta terlindungi dari bahaya penyakit peumonia
Aku pikir, Pneumonia ini gak akan menular…ternyata bisa menular yaa..
Suka abai pada bayi, padahal si kecil inilah yang paling rentan tertular dan terkena Pneumonia.
Semoga tidak ada lagi yang sakit membahayakan seperti Pneumonia ini, terutama pada anak.
Pertama kalu tahu kampanye ini tahun lalu. Tapi ngga gitu aware. Pas kemarin ikut Zoomeet nya jadi lebih aware. Emang been bener harus diwaspada si pneumonia ini :’)
@ Visya :
Saya juga baru sekarang ini paham tentang Pneumonia.
Noted tentang arti STOP. InsyaAllah anak ke dua saya vaksinnya lengkap, dan ASI nya bisa lulus sampai dua tahun nanti.
Pneumonia emang salah satu penyakit berbahaya yg mengintai anak-anak. Sayangnya, masih banyak yg belum aware sama penyakit ini.
Pneumonia ini bisa diobati ya Mbak… dengan cara STOP, pemberian ASI X, tuntaskan imunisasi, obati ke faskes, dan pastikan anak diasup gizi yang seimbang dan PHBS ya. Noted
Ngeri ya ternyata. Gejala pneumonia yamg utama berat batuk pilek disertai berat badan yang tidak naik ya? Pneumonia ini flek paru itu bukan sih mb? Semoga anak Indonesia sehat selalu ya..
@ Sapti Nurul Hidayati :
Aku mikirnya juga itu yang sering pada disebut sebagai flek paru.
Kl udah paham gejala pneumonia, ada baiknya segera ditangani ya mbak, kwatir sih kl dibiarin, bisa bahaya. Semoga gak ada lagi anak yg kena Pneumonia, soalnya kasihan.