Masih membahas tentang manajemen waktu ibu bekerja. Kalau di artikel sebelumnya saya fokus pada mengatur waktu di tempat kerja, kali ini saya akan berbagi tentang tips mengatur waktu bagi ibu bekerja kantoran saat di rumah. Pada penasaran ‘kan? Yuk, simak sampai habis ya.
Sebelum saya lanjutkan, disclaimer dulu ya…
Sesuai dengan judul halaman blog saya ini, apa yang saya sampaikan adalah mengandung inspirasi. Apa yang saya tuliskan adalah apa yang saya alami. Bisa dicontoh, bisa juga tidak, karena situasi dan kondisi setiap rumah tangga belum tentu sama.
Latar belakang saya adalah ibu bekerja kantoran di ranah publik. Saya memiliki suami yang jago memasak dan memiliki 2 anak laki-laki. Si kakak sudah kuliah, si adik lulus TK tahun ini. Saya berangkat kerja sekitar jam 7.30 pagi karena sekalian mengantar ke sekolah dan tiba kembali di rumah sekitar jam 6.30 sore.
Saya tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART), jasa laundry, apalagi jasa sopir. Semua kami lakukan sendiri. Ya, kami, karena saya melibatkan seluruh anggota keluarga.
Begini Cara Mengatur Waktu Ibu Bekerja Kantoran Saat di Rumah
Sejak awal berumah tangga, saya dan suami sudah sepakat bahwa saya tidak akan bisa sempurna menjadi ibu bekerja dan mengurus rumah tangga sekaligus. Bersyukur suami tidak banyak menuntut, beliau hanya berpesan agar saya tidak lupa dengan kodrat saya sebagai wanita.
Sebagai ibu bekerja saat-saat di rumah artinya kembali menjadi ibu rumah tangga. Menanggalkan semua atribut ibu bekerja kantoran. Kembali bergulat dengan pekerjaan domestik. Pekerjaan ibu rumah tangga pada umumnya adalah mengurus keluarga. Antara lain menyiapkan keperluan sekolah anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan masih banyak lagi.
Agar supaya pekerjaan rumah tangga bisa terpegang dan terselesaikan dengan baik, berikut ini beberapa hal yang saya lakukan sebagai ibu bekerja saat sedang di rumah.
1. Buat Jadwal Tugas Rumah Tangga
Meskipun tidak tertulis secara resmi di atas kertas, namun di keluarga saya sudah ada jadwal tugas rumah tangga. Tugas-tugas tersebut ada yang rutin harian dan ada juga yang rutin 3 harian atau mingguan.
Tugas-tugas rutin harian antara lain:
- Mencuci pakaian
- Memasak
- Membersihkan dapur
- Menyapu lantai
- Mengatur tempat tidur
- Merapikan mainan anak
- Menemani anak bermain/belajar
- Menyiram tanaman
- Menyiapkan anak sekolah
- Antar jemput anak sekolah/les
Tugas-tugas rutin 2-3 harian antara lain:
- Membersihkan toilet dan kamar mandi
- Mengepel lantai
Tugas-tugas rutin mingguan antara lain:
- Menyeterika
- Merapikan lemari pakaian
- Memvacuum kasur
- Mengganti sprei
- Merapikan rak buku
- Menata kulkas
- Membersihkan perlengkapan elektronik
- Mengelap furnitur
- Mengelap kaca jendela
- Mengurus kebun depan rumah
Masih ada lagi pekerjaan rumah tangga lain yang tidak rutin, misalnya mengelola sampah daur ulang, juga decluttering (pakaian, buku, mainan).
2. Buat Skala Prioritas
Dari banyak pekerjaan rumah tangga yang saya sebutkan tadi, jujur saja tidak semuanya mampu saya kerjakan sendiri. Oleh karena itu, saya membuat skala prioritas untuk saya kerjakan.
Contohnya, sebelum berangkat kerja, tugas-tugas yang saya selesaikan adalah mencuci pakaian, menyapu lantai, merapikan tempat tidur, menyiapkan anak sekolah hingga mengantarkannya sambil berangkat kerja. Sepulang kerja saya akan fokus pada membereskan pakaian kering dan menemani anak bermain/belajar.
Tugas rutin 2-3 harian biasanya masih bisa saya lakukan sendiri. Membersihkan toilet dan kamar mandi bisa saya lakukan sembari mandi pagi atau sore. Mengepel lantai bisa saya lakukan sembari menunggu mesin cuci selesai mengeringkan pakaian.
Untuk tugas mingguan saya memprioritaskan pada tugas menyeterika pakaian, merapikan lemari pakaian, dan mengganti sprei.
3. Berbagi Tugas dengan Suami
Karena hanya beberapa tugas yang mampu saya lakukan, bukan berarti yang lain lantas terbengkalai lho ya… Tentu saja saya berbagi tugas dengan suami. Pengalaman suami yang semasa kecilnya diasuh oleh seorang ibu single parent membuatnya tidak malu mengerjakan banyak tugas rumah tangga.
Bahkan dalam urusan masak memasak di rumah, 90% dikerjakan oleh suami. Saya hanya memasak nasi, itupun menggunakan magicom. Serta memasak air untuk membuat teh di pagi hari. Untuk belanja ke tukang sayur pun, suami yang melakukannya. Maka jangan heran kalau suami lebih tahu harga cabai rawit daripada saya.
Antar jemput si adik sekolah dan mengurus kebun atau tanaman, ini menjadi tugas utama suami.
4. Libatkan Anak-anak
Selain berbagi tugas dengan suami, saya juga melibatkan anak-anak. Si kakak sudah dewasa, jadi sudah bisa banget membantu orang tuanya. Sudah bisa mengerjakan tugas yang agak berat, misalnya menyiram tanaman, merapikan kulkas, membersihkan furnitur dan alat-alat elektronik, dan lain-lain.
Sedangkan si adik yang masih berumur 6 tahun, masih harus diajari dan dibimbing. Yang terpenting, si adik sudah mempunyai semangat membantu orang tuanya. Dia sangat senang dilibatkan.
Tidak jarang si adik saya beri tugas, misalnya untuk menyalakan atau mematikan kompor, meletakkan piring bersih di rak piring, merapikan mainannya, menata buku-bukunya, menyimpan makanan atau camilannya, dan lain-lain.
5. Buat Batasan yang Sehat
Selagi saya ada di rumah, si adik tidak pernah mau berpisah. Maunya saya harus menemani. Saya tidak boleh ngapa-ngapain. Padahal baju kotor, piring kotor, dan lain-lain sedang menanti untuk dibereskan.
Mau tidak mau saya memberi pengertian kepada si adik, “Adik, kalau ibu di sini terus, nanti pekerjaan ibu tidak beres-beres. Adik gak punya baju bersih, piring pada kotor, dan lain-lain.” Kalau sudah begitu, si adik bisa mengerti dan menerima.
Atau kalau si adik minta ditemani main di luar rumah, saya akan bilang, “Oke, ibu mau menemani adik, tapi ibu minta izin untuk mencuci piring sama baju-baju dulu ya. Nanti begitu selesai, kita jalan-jalan.” Biasanya, si adik langsung setuju.
Akhirnya saya bisa membereskan urusan rumah tangga dengan tenang karena si adik sudah mau bermain sendiri atau ditemani oleh ayah dan kakaknya.
6. Multitasking dengan Bijak
Meskipun berusaha menanggalkan urusan kantor selama berada di rumah, namun tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu ada tugas mendadak dari kantor. Sesimpel disuruh booking tiket atau harus membayar sesuatu di hari itu juga atau diminta mengirimkan data penting.
Sejauh ini saya tidak kerepotan selama pekerjaan tersebut bisa saya selesaikan dari rumah. Tak jarang sambil menemani si adik bermain, saya sambil booking tiket, atau buka laptop untuk mengirimkan data via email, dan lain-lain. Begitu selesai, balik lagi fokus kepada si adik.
Khusus untuk pekerjaan freelance, misalnya ada job membuat artikel, saya menyediakan waktu di malam hari menjelang pagi (dini hari). Saat itu biasanya otak saya lebih fresh.
7. Jangan Lupa “Me Time”
Agar tetap tangguh menjadi ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga, satu hal penting yang harus dijaga adalah kewarasan jiwa dan raga. Asupan makanan yang baik serta rutin berolahraga cukup membantu agar raga tetap sehat.
Sedangkan jiwa yang sehat membutuhkan usaha dengan menyisihkan waktu untuk diri sendiri (me time). Ibu yang bahagia dan sehat jiwa raga akan memberikan dampak positif bagi diri sendiri yang pada akhirnya akan menular (memberikan vibrasi positif) kepada seluruh anggota keluarga.
Jangan lupa me time karena ini penting untuk mengaktualisasi diri, menyalurkan hobi yang bermanfaat, mendapatkan pemasukan tambahan, atau untuk sekadar memanjakan tubuh dengan perawatan. Sebab suasana hati yang baik akan bantu meningkatkan produktivitas ibu dalam beraktivitas.
Buat saya, me time tidak perlu jauh-jauh kok. Saat semua pekerjaan rumah sudah beres, biasanya saya akan duduk mojok lalu membaca buku atau membuka laptop atau hape. Melalui keduanya saya bisa menyalurkan hobi saya ngeblog. Syukur-syukur pada saat yang sama ada proyek menulis artikel berbayar.
Selain ngeblog, saya juga suka menonton film. Kebetulan di rumah ada smartTV yang dilengkapi dengan beberapa penyedia film (Netflix, Vidio, Disney Hotstar, dan lain-lain). Lumayanlah kesukaan saya nonton aneka genre film bisa terpenuhi. Dengan menonton film, tak jarang saya mendapatkan wawasan baru.
Bahasan tentang mengatur waktu bagi ibu bekerja kantoran saat di rumah sebenarnya bisa panjang banget. Pada akhirnya ibu dengan peran ganda ini harus rela untuk tidak menjadi ibu yang sempurna. Pun tidak perlu merasa bersalah dengan pilihan tersebut.
Di artikel berikutnya saya akan menuliskan tentang Tips untuk Ibu Bekerja Ketika Anak Sakit. Simak terus yaa…
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga, dan freelance blogger. Baginya blog adalah ruang berbagi inspirasi dan media menulis untuk bahagia. Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Setuju banget Kak. Me time penting banget buat jaga kewarasan.
Alhamdulillah yaa suaminya pinter masak jadi kakak tinggal masak nasi aja. Seneng bacanya kalau ada keluarga yg kompak begini.
Emang perlu kerjasama dalam mengurus rumah.
istri saya termasuk yang bekerja, but thank’s God ga sampai sore Maghrib juga, karena kerjanya mengajar jadi kaya setengah hari gitu.
Untuk pekerjaan rumah kita sudah biasa berbagi tugas, maka saya pun sudah terbiasa untuk sama-sama mengurusi urusan domestik seperti cuci setrika gitu
Berbagi tugas rumah tangga memang baik banget. Karena sejatinya, pekerjaan rumah tangga bukan hanya tugas ibu saja. Tapi tugas seluruh anggota keluarga dengan porsinya masing-masing.
Paling seneng dengan bagian me time. Hehe…. Nggak masalah cuma di nonton TV di rumah, yang penting esensinya dapet, hati dan pikiran kembali segar, siap untuk beraktivitas lagi dengan tenaga baru.
Menjadi ibu sekaligus mempunyai kon diluar memang sangat luar biasa. Harus pandai membagi waktu agar pekerjaan rumah juga Tidak terbengkalai
Memang patokannya membuat jadwalnya ya Mbak. Apa saja list Hari dan dan mingguan. Jadi Mbak Wiwin sudah otomatis tau apa yang akan dikerjakan. Apalagi kalau sudah rutinitas. Terus ada yang bisa disambi. Misalnya mengepel sambil Tunggu cucian yang sedang digiling selesai.
aaaah rasanya adem banget baca ini mbaa :)) makasih yaa,
bener banget, ngga perlu merasa bersalah lagi lah yaa, karena kita pun sudah berusaha maksimal menjalankan peran ganda ini
Setuju banget dengan isi tulisan ini. Penting untuk melibatkan anggota keluarga dalam rumah tangga baik itu anak ataupun suami. Dan jangan lupa juga me time
Wah kalau dirunut gini pekerjaan rumah tangga banyak juga ya, pantes aja cape, haha. Berbagi tugas dengan suami dan libatkan anak-anak jadi romantisme sendiri sih dalam keluarga. Pekerjaan domestik jadi terasa ringan dan keluarga terurus dengan baik karena anggota keluarga dilibatkan semua.
Me time tuh penting banget, apalagi buat pekerja, termasuk ibu bekerja. mood seorang ibu tuh bisa mempengaruhi seluruh rumah soalnya hehe.
Kebayang kalo seorang ibu multitasking nya gak dilakukan secara bijak alias berlebihan, bisa terganggu kesehatan nya deh ya. Jadi apa² yang dilakukan sesuai porsinya pasti lebih baik
Bwner sih harus ada obrolan dan komitmen dullu dengan pasangan terkait urusan rumah tangga. Apalagi ibu bekerja yang memutuskan tidak ada ART. Jadi pembagian jadwal tugas rumah tangga juga harus jelas atau kondisional deh. Jangan lupa berbagi sama suami tentunya.
Wah terimakasih tipsnya. Bisa juga diterapkan di rumahku nih. Soalnya aku juga nyambi kerja freelance di rumah
Semakin canggih teknologi, semakin terbuka pikiran orang, semakin banyak suami yang turun tangan membantu pekerjaan para ibu rumah tangga. Salut saya dengan para suami seperti itu… Setidaknya dengan berbagi pekerjaan rumah, keharmonisan rumah tangga juga semakin terjaga ya
Penting banget nih me time. Bahkan meski cmn nonton hiburan, entah drakor hingga sinetron. Tentu emak2 punya kesenangan utk menikmati hiburannya sendiri.
Emak2 tentu pny kecapekan sndiri dan butuh penyelesaian dgn caranya sendiri. Yg penting jgn sampe kecapekan beraktivitas ya bunda.
jadi inget mama molly dulu, tapi mama tuh buka bisnis roti. jadi pagi2 sibuk bikin roti, nah siangnya baru kerjain urusan rumah sambil nunggu anak2nya pulang sekolah
Ketika kompak dengan keluarga, minimal sama suami kompak. Saling bantu membantu karena paham dan mengerti ibu bekerja di luar rumah itu harus memiliki peran ganda.
Sebagai ibu pekerja saya juga mengalaminya hal itu. Dan ada yang tak bisa kami lakukan bersama, yaitu urusan cuci mencuci baju. Nyucinya sih oke, tapi nyetrikanya yg udah bikin malas dulu.
Jadinya kami sepakat, urusan baju dilaundry aja.
Saya angkat tangan dengan nyetrika. Soalnya nih ya, itu baju serasa tidak berkurang. Tiap hari bertambah, walau sudah dicicil. Makanya selalu minta bantuan orang. Kalau cuci baju dan lainnya masih bisalah dikerjakan sendiri.
Keren mbak, bisa dilakuin semua sendiri.
Tugasnya melebihi kerja dikantoran yah. Mbak, hehe.. Harus konsisten, apalagi yg nomor 1 tuh. Semangat terus para ibu bekerja.
Aduh mba Win kayaknya kita perlu ketemuan lagi deh terus ngobrol panjang lebar ngalor ngidul wkwkkk.. Topik2 kayak gini menarik banget buat aku, tentang perempuan berdaya dan segala bentuk kegalauannya hahaha.. Ijin nyontek tipsnya mba Win.
Berbagi tugas sama suami ini sih yang rasanya masuk ke dalam ranah punya support system. Soalnya, jadi ibu yang bekerja kantoran saja sudah mengambil banyak tenaga dan pikiran. Nah, kalau urusan domestik di rumah saja nggak dibagi dua, beneran berat sebelah dan memicu stres nggak sih?
Rejeki banget bila dipertemukan dengan pasangan yang nggak melimpahkan segala urusan domestik sama istrinya doang lho.
Memang kalau jadi ibu bekerja dan saatnya pulang ke rumah itu harus menyempatkan untuk me time. Biar bisa tetap waras menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.
Pekerjaan ibu rumah tangga itu memang tak ada habisnya ya, makanya keren banget kalau bisa jadi ibu bekerja juga. Manajemen dan kerjasama memang harus sepadan.
Waa aku belum bisa multitasking… Pasti ada salah satu yang missed, makanya aku kalau ngerjain sesuatu lama, soalnya satu demi satu. Salut deh sama ibu bekerja yang bisa mengatur aemuanya..
subhanallah yaa ibu bekerja itu, tanggung jawab di dua tempat berbeda. Relate dengan yang pernah saya alami sebagai anak dari ibu bekerja. kalo gak di support keluarga, kewalahan deh mengurus domestik
Berbagi tugas dengan suami itu seru banget, ya. Kalau kami pembagian tugas nggak detail juga sih, namun suami lebih kepada mengerjakan hal-hal yang kebetulan belum sempat kukerjakan, hehe…Kadang cuci piring, buat nata di dishwasher, doi yang lakukan…
Sama Mbak, saat di rumah si adik mintanya nempel saja sama ibuk
untuk mengerjakan pekerjaan rumah harus ada si kakak atau ayahnya yang mengajak main dulu baru bisa pisah dengan sang ibu
Ka Wiwiin.. mashaAllaa~
Tangguh.
Memang menejemen waktu ini up and down banget sih yaa.. Kadang lagi luang, bisa selesai semua pekerjaan rumah. Tapi kalau badmood, bisa jadi malah me time-nya yang diperpanjang.
Aku tipe yang apa yang diliat pokonya kudu rapi. Jadi, kalau lagi gak pingin kerjain pekerjaan rumah, ya aku umpetin sampe mood dateng, hihihi… takut banget dikejer ama cucian dan setrikaan akutuu…