Salah satu alasan seorang perempuan memilih menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja di ranah publik adalah demi keluarga, khususnya untuk anak. Maka menjadi satu hal yang cukup berat bagi seorang ibu bekerja ketika anak sakit. Lalu apa yang harus dilakukan?
Sebagai seorang ibu bekerja di ranah publik, satu hal yang membuat hati saya ‘potel’ adalah ketika anak sakit. Baik itu sakit ringan sehingga bisa dirawat di rumah saja maupun sakit berat yang mengharuskan si anak dirawat di rumah sakit.
Pengalaman dengan Anak Sakit
Memiliki dua orang anak, meskipun dalam jarak yang sangat jauh, keduanya menghadirkan pengalaman yang sama. Ketika mereka masih balita, sama-sama pernah satu kali harus dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Sama-sama pernah beberapa kali sakit namun masih bisa dirawat di rumah saja.
Anak pertama saya sakit dan harus opname di rumah sakit pada saat umurnya masih 1,5 tahun. Sakit asma. Waktu itu saya masih termasuk karyawan muda. Dalam arti masih terikat banget dengan jam kerja.
Bersyukur dulu ibu saya yang mengasuh si kakak ketika saya tinggal kerja. Dampak positifnya adalah si kakak tidak terlalu lengket dengan saya. Sehingga ketika ia dirawat di rumah sakit hanya nenek yang menemaninya pun tidak masalah.
Berbeda dengan si adik, sejak kecil saya yang mengasuhnya sendiri. Dampaknya sampai sekarang ia lengket dengan saya. Maka ketika pada umur 1 tahun 3 bulan ia dirawat di rumah sakit, mau tidak mau saya harus mengambil cuti untuk bisa menemaninya selama opname.
Itu tadi sekelumit pengalaman saya dengan anak-anak ketika mereka harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Bagaimana jika sakitnya ringan?
Tentu saja cukup dengan istirahat di rumah. Jika mereka meminta saya untuk menemaninya, saya akan menemani, tentu saja saya ambil cuti atau izin work from home. Jika saya bisa meninggalkan mereka, setidaknya saya harus membuat mereka nyaman dulu dan siap untuk saya tinggal.
Tips untuk Ibu Bekerja Ketika Anak Sakit
Meskipun ada dilema karena anak sakit, tetapi ibu bekerja tetap bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Berikut ini, berdasarkan pengalaman saya, 9 hal yang bisa dilakukan oleh seorang ibu bekerja ketika anak sakit:
1. Diskusi dengan suami
Partner utama seorang ibu adalah suami. Memiliki anak adalah menjadi tanggung jawab bersama, bukan ibu saja atau ayah saja. Oleh karena itu, apapun yang terjadi dengan anak harus dibicarakan berdua.
Ketika anak sakit pada hari-hari kerja, suami istri harus mengambil solusi bersama-sama. Sesimpel apakah anak bisa ditinggal di rumah untuk istirahat sehingga ibu bisa pergi ke kantor. Ataukah ibu harus menemani anak di rumah. Dan sebagainya.
Bagaimanapun suami istri harus saling menguatkan dalam situasi dan kondisi apapun.
2. Bicara pada atasan
Sejak dulu saya terbiasa terbuka dengan atasan. Maksudnya, jika ada masalah di dalam keluarga dan itu beresiko mengganggu jam kerja saya, saya memilih bercerita kepada atasan. Saya sudah mempersiapkan diri untuk mendapatkan simpati atau tidak dipedulikan.
Bersyukur sekali, hingga hari ini atasan saya selalu bisa mengerti dan memaklumi. Tak jarang, jika terpaksa harus mengurus anak sakit terlebih dulu, saya hanya memberitahukan ke atasan melalui pesan di WhatsApp. Yang penting saya jujur menyampaikan apa adanya situasi saya.
Sekaligus saya menyampaikan solusi alternatif untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan penting. Bahkan saya menerima konsekuensi untuk dihubungi sewaktu-waktu jika memang ada hal yang urgent.
3. Buat skala prioritas
Di rumah ada anak yang sedang sakit, artinya saya pun harus bisa pulang tepat waktu, syukur-syukur bisa pulang lebih awal. Untuk itu, konsekuensinya adalah saya mengatur ulang kembali to-do-list saya. Fokus pada pekerjaan-pekerjaan yang benar-benar masuk daftar prioritas saja.
Pekerjaan rutin bisa ditinggalkan untuk sementara waktu atau didelegasikan. Bahkan jika memungkinkan pekerjaan-pekerjaan yang prioritas bisa diselesaikan secara remote, saya memilih untuk izin work from home saja.
4. Buat kompromi dengan rekan kerja
Memiliki hubungan baik dengan sesama rekan kerja itu sangat penting. Ada kalanya saya membutuhkan bantuan atau dukungan mereka pada saat sedang mengalami kesulitan. Tak jarang juga sebaliknya mereka membutuhkan bantuan atau dukungan saya.
Nah, ketika ada anak sakit di rumah, otomatis pikiran seorang ibu bekerja menjadi terpecah. Bantuan dan dukungan dari teman kerja cukup sanggup menguatkan kita.
5. Minta bantuan
Ketika anak pertama saya dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari, saya terpaksa minta bantuan ibu saya. Kebetulan waktu itu, secara fisik ibu saya masih bugar, masih 50-an tahun.
Pada siang hari beliau dengan senang hati menjaga cucunya di rumah sakit karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Begitu saya sudah pulang kerja dan menggantikannya di rumah sakit, gantian beliau pulang ke rumah.
Kebetulan si kakak memang tidak terlalu lengket dengan saya. Sejak kecil si kakak sudah terbiasa diasuh neneknya, sehingga tidak masalah ketika sakit pun yang menjaganya adalah nenek.
6. Bekerja dekat anak
Selama sakit, anak-anak saya biasanya mau disuruh istirahat. Padahal biasanya sangat tidak bisa diam. Alhamdulillah, meskipun tangannya dipasang jarum infus, anak-anak saya tidak pernah rewel. Mereka mengerti bahwa sakit berarti harus istirahat. Yap, mereka baru bisa diam, kalau sedang sakit!
Agar tidak jenuh, biasanya saya membawa pekerjaan sambil menjaga anak. Maka dari itu saya sangat bersyukur ada kebijakan boleh work from home. Karena dengan demikian, menjaga dan merawat anak bisa saya lakukan sendiri, namun pekerjaan kantor juga bisa saya selesaikan secara remote.
Pernah tuh sewaktu anak kedua saya dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari, saya bawa-bawa laptop juga. Kebetulan anak kedua ini maunya hanya dengan saya ibunya, tidak mau ditungguin orang lain. Mau tidak mau saya work from hospital selama anak saya opname.
7. Waspada gejala penyakit sejak awal
Pada suatu hari di akhir pekan tiba-tiba si adik demam tinggi. Si bocah tampak lesu dan lemas, tidak seperti biasanya yang aktif banget itu. Hingga hari Minggu demamnya masih naik turun. Alhasil hari Senin saya mintakan izin tidak masuk sekolah karena sakit.
Lalu saya melakukan observasi terhadap si adik, ternyata kesimpulannya dia hanya butuh istirahat barang 1 hari saja. Alhamdulillah hari Seninnya dia mau untuk istirahat total dulu di rumah. Tidak ada drama rewel. sehingga saya bisa pergi kerja dengan tenang.
Tak lupa saya titipkan si adik kepada ayahnya yang work at home. Sambil saya tinggali aneka pesan tentang apa saja yang harus dilakukan terhadap si adik selama saya tidak ada.
Oleh karena itu penting bagi ibu bekerja untuk mengetahui gejala penyakit yang timbul pada anak. Segera lakukan observasi dan penanganan, untuk meminimalisasi anak-anak menjadi sakit beneran atau berkepanjangan. Dengan penuh kasih sayang, minta anak untuk mau mendengar nasihat ibu agar tidak menjadi parah dan supaya segera pulih.
8. Menabung cuti
Saya tidak gampang ambil cuti jika tidak ada urusan pribadi yang penting sekali. Bahkan dalam suasana hari raya pun saya nyaris tidak pernah cuti. Alhamdulillah ada cuti bersama dari pemerintah sehingga ada tambahan hari libur.
Kesempatan tanggal merah ditambah cuti bersama tersebut saya gunakan semaksimal mungkin untuk urusan hari raya. Sehingga saya tidak perlu menambah ambil cuti lagi dari jatah cuti tahunan.
Jatah cuti yang tak diambil-ambil itu bisa disebut dengan tabungan cuti. Sangat berguna ketika mendadak ada anak yang sakit dalam waktu agak lama dan tidak mau saya tinggalkan. Ya, seperti anak saya yang harus opname tapi maunya hanya ditemani oleh ibunya ini.
Daripada minta bantuan orang lain untuk menjaga anak tetapi saya di kantor pun tidak tenang dalam bekerja, mending saya ambil cuti saja sekalian, syukur-syukur dikasih izin bekerja remote. Karena prinsip saya, keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah nomor satu.
9. Sadari bahwa ini hanya sementara
Anak balita memang masih rentan sakit. Bisa karena si anak terlalu capek, bisa juga karena memang sedang musimnya anak-anak sakit. Tahu sendiri ‘kan ya, di satu kelas biasanya penyakit itu memutar, dari satu anak menular ke anak lainnya, sampai semuanya kena.
Oleh karena itu, saya berusaha untuk tidak panik ketika tahu anak saya sakit. Pernah tuh pada suatu hari saya dihubungi gurunya si adik. Beliau menyampaikan bahwa si adik lemas, maunya tiduran saja di kelas, mungkin sebaiknya dijemput pulang saja supaya istirahat.
Langsung saya menghubungi suami dan memintanya untuk jemput pulang si adik. Saya minta suami untuk mengobservasinya, alhamdulillah sesampai di rumah si adik mau langsung istirahat dan sore harinya sudah mendingan. Esok harinya bisa pergi sekolah lagi.
Penting bagi ibu bekerja untuk tidak panik ketika menghadapi anak sakit dan sadar bahwa ini hanya sementara. Gapapa kok anak sakit, tandanya ia butuh jeda dan istirahat dari segala aktivitas rutinnya. Nikmati saja waktu-waktu membersamainya. Kenyamanan yang ibu berikan kepada si anak akan membantunya sembuh dan pulih dengan cepat.
Ini lo, salah satu alasan kenapa ada dilema ibu bekerja meninggalkan anak, ya terutama ketika anak-anak sakit. Namun yakinlah, Bu, selagi kita bekerja untuk keluarga, dalam setiap masalah atau cobaan atau ujian yang kita hadapi akan selalu ada jalan keluar kok.
Ibu dengan multi peran harus selalu sehat lahir dan batin. Harus selalu kuat dan tangguh. Simak di artikel berikutnya, saya akan membahas tentang bagaimana cara menjaga kesehatan ibu bekerja. Sampai jumpa!
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.
baru aja ngalami dua bulan lalu, anakku sakit hingga dirawat di RS sampai 5 hari. untung waktu itu masih libur lebaran. jadi di tempatku hanya ada piket. aku bisa izin enggak masuk selama seminggu. semoga enggak ngalami lagi.
yang tidak kalah penting, emaknya juga harus jaga diri, pastikan selalu sehat
Namanya ibu kepada anak sesehat apapun apalagi sakit pastinya khawatir sekali ya.
Tapi betul kita jangan panik hingga mencelakakan diri sendiri.
Mengikuti arahan dari tips disini saya pun menyetujuinya karena beberapa point juga itu langkah yg saya ambil ketika anak sakit dan saya harus tetap kerja
Saat anak sakit, memang agak dilema ya, Mbak. Apalagi kalau anak dekat dengan orang tua. Saat sakit biasanya rewel dan minta ditemani. Tapi Insya Allah selalu ada solusinya. Apalagi kalau pekerjaan bisa diselesaikan di rumah, sambil menunggu anak.
Sebagai seorang ibu pekerja, menghadapi situasi anak sakit saat harus tetap bekerja memang terasa rumit. Di satu sisi, kita ingin memberikan perhatian dan kasih sayang penuh kepada si kecil yang sedang tidak enak badan. Di sisi lain, tuntutan pekerjaan pun tak bisa dikesampingkan.
Bersyukur sekali jika punya atasan yang bisa diajak kompromi. Jadi ketika anak sakit bisa ijin kerja atau minta wfh.
Kalau pekerjaan WFH atau bisa hybrid, sebenarnya bisa kalau anak lagi sakit. Tapi kalaua kerjanya fulltime, memang perlu cara tersendiri supaya anak tetep keurus ya mbak. Peran keluarga di sini penting banget
Klo anak sakit, pasti ngebuat orang tua ngga tenang. Klo aku juga bakal minta ijin atasan, biar bisa ngerawat anak dengan baik.
klo ibu anak sakit pasti ikutan rungsing ya. apalagi klo jadi ibu pekerja dobel2 deh rasanya.
Memang sangat dilematis kalau anak sakit tapi kita tetap harus kerja. Dulu aku mengalami pas harus ke luar kota buat ngisi acara, bungsuku yang (ketika itu) masih batita mendadak demam tinggi.
Kalau istri saya alhamdulillah atasan di tempat kerjanya sangat bijak, jadi kalau anak sedang sakit diperbolehkan untuk izin sementara jika anak butuh pendampingan ibunya. Tapi kalau sakitnya tidak terlalu parah tinggal gantian saja sih jaganya dengan saya
Bener tuh kak. Harus komunikasi bgt tuh ama atasan, temen kerja & suami. Mana yg bs dikompromikan. Emg kl jadi wanita karier, kita hrs kompromi antar urusan kerjaan & rumah tangga.
Perlu jg tuh ya nabung cuti. Supaya kl ada hal mendadak kyk gini, kita bs cuti. Terutama kalo izin ga bs diberikan ama bos/suami jg ga bs gantiin.
Saat anak sakit, sebagai ibu bekerja tentu ada hal-hal yang akan terganggu. Maka kerja sama dengan pasangan, rekan kerja dan support keluarga lainnya adalah hal yang penting. Ditambah lagi kebijakan atasan.
Kompromi kan dengan rekan kerja dan juga atasan, alasan kenapa tidak masuk memang jadi solusi dan sebuah pilihan yang harus diambil orangtua yang bekerja tatkala anaknya sakit.
Iya, ini salah satu tantangan bagi ibu bekerja
Kadang harus menghadapi konflik peran seperti ini
Saat harus berangkat kerja, eh anak sakit
Bener banget sih, aku bener2 ngga berdaya kalo ngga ada bapaknyaa jadi pasti ada sehari laah suamiku ambil cuti kalo anak sakit :(( semoga semua sehat-sehat yaaa
Sepertinya semua ibu ya kalau anak udah sakit rasanya kayak dunia runtuh. Merasa bersalah terus karena kecolongan anak bisa sakit hu hu
Kadang saya suka ketawa sendiri. Jarang ambil cuti, tapi pas cuti pas anak sakit hikss. Tapi ya, memang sudah jalannya, gpp, dinikmati aja.
Dan ya, setuju banget. Semua itu hanya sementara, pasti anak akan sembuh. Optimis gitu kalau anak sakit.
Salut banget buat ibu bekerja, manajemen waktunya itu kadang bikin nggak habis pikir, kok bisa, ya. Keren deh pokoknya, semoga sehat selalu dan keluarganya, mbak.
Saya bisa merasakan. Apa pun profesi seorang ibu, baik yang bekerja di luar maupun di dalam rumah, jika anaknya sedang sakit maka akan sangat sedih.
Nggak kebayang gimana hectic nya seorang ibu bekerja ketika anak sakit. Dua-duanya adalah tanggungjawab yang harus dijalani.
kalau anak sakit tentu menjadi kecemasan tersendiri terlebih bagi ibu bekerja ya. pastinya harus langsung koordinasi dengan atasan dan rekan kerja, meminta pertolongan pasangan dan anggota keluarga lain. karena kebijakan bisa cuti atau setengah hari kerja kan gak semua bisa diperoleh oleh ibu bekerja dari perusahaan.
Huaaa, pas kerja kantoran dulu benar-benar nggak fokus saat harus kerja di kantor, tapi ninggalin anak yang sakit di rumah. Seandainya bisa membelah diri dan semua bisa dilakukan. Saat ini terjadi biasanya aku memang izin pulang lebih cepat atau bekerja dari rumah sih…
Kadangkala kalau anak sakit tuh pasti kan jadi mellow gitu kan yaa..
Terus yang dipikiran kalut begitu suka membatin “Ya Allaah, andaikan sakit ini bisa dipindahkan..”
Meskipun gak bisa, tapi semoga jadi penguat kita sebagai Ibu untuk bisa terus membersamai anak dan saling menguatkan. Senyumannya ituu.. bikin segala lelah, duka dan tangis menjadi pengobat sekaligus penyemangat.