Marie, seorang ibu bekerja full-time, baru saja pulang kerja. Begitu pulang, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sudah menanti, antara lain ia harus mengantar kedua putranya ke latihan band, sepak bola, dan les seni, juga memeriksa PR mereka, membawa mereka ke mal untuk membeli perlengkapan sekolah, dan menemani mereka sepanjang malam saat mereka sakit.
“Saya tidak ingin kehilangan waktu bersama,” katanya, “jadi meskipun saya sibuk, saya tetap harus mengurus anak.”
Marie mengakui bahwa pilihan itu harus dibayar dengan harga mahal. “Saya merasa sangat tegang selama tidur, dan hidung saya merah terus-menerus karena terserang flu,” katanya.
Stres
Marie termasuk di antara banyak wanita yang stres. Di Amerika Serikat, 78 persen dari semua ibu dengan anak usia 6 hingga 17 tahun bekerja untuk mendapatkan gaji atau penghasilan. Sebagian besar, termasuk ibu bekerja yang sudah menikah, juga bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, menurut sebuah studi Universitas Michigan tahun 2005.
Di Indonesia pun banyak ibu bekerja multi peran (berperan ganda) yaitu sekaligus menjadi ibu rumah tangga.
Memiliki tanggung jawab ganda pekerjaan dan rumah berarti lebih banyak stres, yang dapat memicu segala hal mulai dari insomnia dan menurunnya kekebalan tubuh hingga perubahan suasana hati dan penambahan berat badan. Stres yang berlebihan meningkatkan produksi hormon kortisol, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, depresi, dan kecemasan.
Membuat Pilihan
Banyak ibu bekerja yang mendelegasikan pengasuhan anak pada pasangan atau orang/pihak lain, tetapi tidak sedikit yang mengambil lebih banyak tanggung jawab pengasuhan anak daripada pasangan mereka. Mereka tetap melakukannya sendiri meskipun memiliki jam kerja yang sama dengan suami mereka.
Beberapa ibu bekerja merasa bersalah karena tidak ikut serta dalam mengasuh anak. Para ibu ini merasa bahwa mereka adalah pengasuh yang terampil. Bagaimanapun, para ibu bekerja harus memahami pentingnya menegosiasikan beban kerja untuk mengurangi beban stres mereka. Termasuk berbagi peran dan beban dengan suami.
Para ahli setuju bahwa kunci sebenarnya untuk kebahagiaan anak adalah keberadaan orang tua secara emosional. Semangat seorang ibu dan kesehatan emosional serta mentalnya adalah kekuatan bagi anaknya. Sangat penting bagi ibu bekerja untuk melakukan sesuatu guna melindungi kesejahteraan mereka.
Kiat-kiat Mengurangi Stres Ibu Bekerja
Sebaiknya sih negosiasikan dulu pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga pada saat menjelang memutuskan berumah tangga. Namun, tidak ada kata terlambat untuk mencoba kiat-kiat berikut ini guna mengurangi stres ibu bekerja:
1. Turunkan standar dan ekspektasi
Seorang ayah mungkin mendandani anak-anak dengan pakaian yang tidak serasi atau menyajikan pizza lebih sering dari yang Anda inginkan. Namun, selama mereka dirawat dan aman, lepaskan saja, dan bagi beban kerja dengan suami. Anak-anak yang ayahnya terlibat dalam kegiatan rutin pengasuhan cenderung menjadi siswa yang lebih baik dan sedikit yang mengalami masalah perilaku.
2. Kurangi komitmen anak-anak
Anak yang terburu-buru menciptakan ibu yang terburu-buru. Sebelum mendaftarkan anak untuk ikut kursus tertentu, pertimbangkan biaya untuk kursus tersebut, berkurangnya waktu makan keluarga, dan terganggunya liburan. Lebih baik dicoba untuk menetapkan batasan satu kegiatan per musim.
3. Jangan jadikan anak sebagai hiburan
Anda tidak perlu memberikan stimulasi terus-menerus kepada anak dengan menonton video setiap malam, sering jalan-jalan, atau bahkan liburan yang melelahkan. Hal terbaik yang dapat diberikan seorang ibu adalah lingkungan yang tenang dan fokus.
4. Ungkapkan tugas dengan jelas
Jangan berharap pasangan dapat membaca pikiran Anda. Alih-alih saran yang samar, “bantu menyiapkan makan malam,” nyatakan tugas-tugas tertentu dengan jelas: memasak makan malam tiga kali seminggu, membersihkan dan mencuci piring, dan seterusnya. Bisa dibantu dengan membuat daftar yang ditempel.
5. Delegasikan secara kreatif
Jika biasanya apa-apa dilakukan sendiri, coba deh ide-ide berikut ini:
- Menyewa mobil beserta sopirnya untuk jalan-jalan bersama keluarga.
- Menyewa jasa kebersihan untuk menangani tugas-tugas yang dirasa sulit, contohnya beberapa waktu lalu saya menyewa jasa GoClean, entah sekarang masih ada atau tidak.
- Mengembangkan pendekatan tim untuk tugas-tugas pekerjaan.
- Mengajarkan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas tertentu di rumah, misalnya menyedot debu.
6. Masukkan “me time” ke dalam jadwal
“Me first” bukanlah hal yang egois, itu adalah upaya untuk menjaga kesehatan. Tetapkan waktu yang bebas dari rasa bersalah dan tidak terganggu untuk melakukan sesuatu yang disukai, misalnya membaca buku, berkebun, melakukan yoga, berjalan-jalan, atau sekadar berendam di bak mandi.
7. Sederhanakan rutinitas
Menyajikan sepiring buah, sepotong keju, dan roti kering bisa lebih menenangkan (dan sama bergizinya) dengan menyiapkan makanan yang dibuat sendiri dan membutuhkan banyak tenaga.
8. Merasa “good enough”
Berusaha mengadakan pesta ulang tahun terbaik, membuat kue terbaik untuk dijual, atau memiliki rumah yang selalu asri. Itu semua hanya akan menambah tekanan yang tidak semestinya. Lebih baik ubah ekspektasi dan terima keterbatasan Anda.
9. Tetapkan prioritas
Jika membacakan cerita sebelum tidur dan waktu berpelukan ekstra penting, biarkan piring-piring di wastafel dan mesin menjawab panggilan.
10. Sederhana
Membeli lebih banyak barang berarti lebih banyak perawatan, lebih banyak pengeluaran, sering kali jadi lebih banyak utang, yang menjadi pemicu stres utama. Sebelum membeli gadget terbaru, tanyakan pada diri Anda: Apakah keluarga kita benar-benar membutuhkan gadget terbaru itu?
Barangkali masih ada kiat-kiat lagi untuk mengurangi stres ibu bekerja? Boleh lhoooo sharing di kolom komentar.
Memiliki nama lengkap Wiwin Pratiwanggini. Berprofesi sebagai ibu bekerja full-time, ibu rumah tangga (1 suami + 2 anak laki-laki), dan freelance blogger. Baginya blog adalah media menulis untuk bahagia (work-life balance). Blog ini juga terbuka untuk penawaran kerjasama. Pemilik blog bisa dihubungi melalui email atau WhatsApp. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini.