Skip to content

Jadi Stay Home Dad, Siapa Takut ?

stay home dadMungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya, sebagai seorang kepala keluarga, suami harus tinggal di rumah untuk menggantikan peranan Anda sebagai ibu. Menajga anak, melakukan pekerjaan rumah, dan menjalani karier sekaligus. Sementara umumnya, para suami pergi mencari nafkah di luar.

Tapi, sebenarnya menjadi seorang ayah “stay home” bukanlah pilihan yang buruk untuk dilakukan. Maksimalisasi waktu yang dimilikidan kualitas kenyamanan yang didapat, sudah barang tentu mempengaruhi hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Belum lagi kualitas hubungan ayah-anak yang didapat akan lebih baik dari sebelumnya.

Sayangnya, tidak semua orang menghargai pilihan ini. Pandangan negatif akan suami yang lebih banyak di rumah, seringkali membuat seorang ayah rumahan menjadi tidak percaya diri menjalani peran barunya. Pandangan ini juga kerap membuat para ayah pekerja  rumahan menjadi frustasi dan lebih sensitif.

Hal ini tidak perlu terjadi, asal dipersiapkan dengan matang. Caranya ? Ikuti trik berikut ini.

Inventaris Pekerjaan Rumahan

Bukan mustahil seseorang menghasilkan uang tanpa harus pergi dari rumah. Namun dibutuhkan keahlian khusus untuk menjalani sebuah karier ayah rumahan. Oleh karena itu, sebelum memutuskan menjadi ayah rumahan, ada baiknya persiapkan diri dengan menginventaris pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah.

Pekerjaan seperti pengelola e-bisnis, copywriter, hubungan masyarakat, ahli pembukuan, penulis, dan website designer adalah beberapa pilihan pekerjaan yang bisa dilakukan sembari menjadi ayah rumahan. Tentu saja, pekerjaan-pekerjaan tersebut butuh keahlian seperti menulis, menguasai teknologi informasi, dan sebagainya. Disamping itu, dibutuhkan juga modal untuk menjaga semua tetap berjalan lancar.

Peroleh keahlian khusus dengan menjalani pelatihan dan kursus juga persiapkan modal yang cukup sebelum memutuskan menjalani karier rumahan. Bila perlu, jalin relasi dengan komunitas yang akan memberikan keuntungan bagi karier rumahan Anda.

Belajar Dari Pasangan

Sebelum benar-benar final untuk menjalani peran sebagai ayah rumahan, ada baiknya pelajari dahulu hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas rumahan. Mulai dari cara berkomunikasi dengan anak, apa saja tugas-tugas rumah tangga yang harus dilakukan, berapa jam efektif yang dapat dimiliki, hingga bagaimana menggunakan peralatan rumah tangga. Hal ini penting untuk mempersiapkan mental menghadapi perubahan drastis dalam kehidupan sehari-hari.

Melakukan simulasi pada akhir minggu dengan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah maupun mengajak anak bercengkerama, dapat saja diupayakan untuk memulainya. Bila perlu, tanyakan pada pasangan apapun yang perlu diketahuui mengenai situasi rumah. Mintalah trik-trik yang biasa dilakukan pasangan untuk membuat situasi rumah terkendali.

Yakinkan Diri

Bagi pria, bekerja bukan hanya memiliki arti sebagai sarana untuk menghasilkan uang. Lebih dari itu, kebanyakan pria meletakkan nilai harga diri dan bukti eksistensinya pada sebuah pekerjaan.

Tak heran, ketika orang bertanya mengenai pekerjaannya, pria lebih suka menyebutkan perusahaan besar tempatnya bekerja saat ini. Lantas bagaimana jika harus bekerja di rumah saja? Kebanyakan orang tidak paham, bekerja di rumah bukan berarti lebih buruk daripada bekerja pada sebuah perusahaan.

Menanamkan dalam diri sendiri mengenai pentingnya pencapaian dan maksimalisasi hasil ketimbang terikat dengan brand perusahaan tertentu, sebaiknya dimiliki ayah sebelum memutuskan untuk bekerja di rumah. Bukan hanya para ayah rumahan, pasangan pun sebaiknya memiliki pandangan yang sepaham dengannya.

Hal ini sangat penting dimiliki pasangan, untuk menjaga keharmonisan hubungan suami-istri. Setidaknya ketika orang memandang sebelah mata pada ayah rumahan, pasangan adalah tempat mendapatkan dukungan moril yang akan membuat pria tetap nyaman dengan pilihannya.

Atau paling tidak, pasangan suami-istri tidak terjebak saling menuntuk ketika salah satu merasa kaget dengan peran-pearn yang belum dikuasainya.

Memang, akan banyak orang yang mengkritisi atau bahkan nyinyir berbicara soal bekerja di rumah bagi seorang pria.

Jangan menyerah dengan semua perlakuan itu! Memang, sekali waktu para pria yang memutuskan bekerja di rumah akan mengalami hari-hari yang buruk. Bahkan kadang merasa tidak dihargai. Namun, yang terpenting ketika hal buruk itu datang, ingatlah jika pilihan ini adalah pilihan rasional dan paling tepat untuk dilakukan demi diri sendiri dan keluarga.

Tak ada salahnya mencatat atau mengingat-ingat kembali alasan-alasan untuk menjadi ayah rumahan. Pada intinya, yang harus Anda beri kesan adalah keluarga dan diri sendiri, bukan orang lain.

sumber: NOVA 1154/XXIII | 5-11 April 2010

Footnote: Kenapa saya posting ini? Ya… karena saya berada dalam posisi ini, dimana justru suami yang selalu mendampingi anak saya setiap waktu setiap saat. That’s fine for us coz this is episode of our life 🙂

2 thoughts on “Jadi Stay Home Dad, Siapa Takut ?”

Leave a Reply to Wiwin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *