Skip to content

Idulfitri 2024 Kemana Saja?

trah wongsowiradi

Suasana lebaran masih terasa hangat. Tentu saja karena ini masih bulan Syawal. Mungkin ada yang bertanya: Idulfitri kemana saja? Sesungguhnya, Idulfitri 2024 ini menjadi hari raya yang istimewa khususnya untuk saya dan Dimas. Karena beberapa keinginan terpendam saya selama ini bisa terpenuhi, demikian juga Dimas. Apa sajakah itu? Simak terus yuk…

Idulfitri Kemana Saja?

Lebaran tahun ini kami masih belum open house. Maklumlah, kami masih tinggal di rumah yang ukurannya kecil. Ada sih teras di depan rumah, tetapi kami memang tidak menyediakan set meja kursi untuk tamu. Kami masih memilih berkunjung ke keluarga besar dan tetangga.

Sepulang dari salat Id, kami berempat berkumpul di teras depan rumah. Secara berurutan kami sungkem dan saling memaafkan. Dimulai dari saya sungkem kepada suami. Dilanjutkan si kakak (Satria) sungkem kepada ayah dan ibu. Terakhir si adik (Dimas) sungkem kepada ayah, ibu, dan kakak.

O iya, hari raya tahun ini pun kami tidak mengkhususkan diri untuk belanja makanan dan pakaian. Tidak ada baju baru untuk semuanya 😀 . Makanan yang ada pun alhamdulillah berasal dari hampers dan parsel yang saya terima dari tempat kerja, dari pengurus desa wisata, dari RT, juga dari beberapa kolega.

idulfitri kemana saja
Berlebaran rame-rame

Berkunjung ke Keluarga yang Dituakan

Tak lama setelah acara sungkeman, kami sekeluarga berangkat ke rumah orang tua saya. Alhamdulillah bapak dan ibu saya masih sehat wal afiat. Dengan demikian masih ada alasan dan tujuan untuk kami mudik. Meski enggak jauh sih, hanya kurang lebih 15 km jaraknya.

Keluarga mertua? Bapak dan ibu mertua sudah meninggal semua. Tinggal kakak ipar dan keluarganya yang masih ada, itu pun mereka tinggal nun jauh di Biak Papua dan di Bekasi. Dengan mereka, kami cukup bersilaturahmi melalui video call WhatsApp.

Setelah cukup berlebaran di rumah orang tua saya, kunjungan kami lanjutkan ke keluarga lain yang statusnya dituakan dalam keluarga besar kami. Selain itu kami juga berkunjung ke beberapa tetangga yang menurut bapak “wajib” untuk kami kunjungi.

Sayangnya hari pertama lebaran diwarnai dengan hujan deras, sehingga hari itu kami tidak bisa menuntaskan acara berkunjung. Keesokan harinya barulah kami berkunjung ke tetangga dekat di sekitar tempat tinggal kami.

Saya dan Anna (kakak sepupu)

Berkumpul dengan Keluarga Besar

Hari Sabtu atau lebaran hari ke-4 acaranya adalah pertemuan Trah Surosemitan. Ini adalah kesempatan saya bisa bertemu dengan keluarga besar tanpa harus datang ke rumah mereka satu per satu. Sebetulnya kurang afdal sih, namun atas nama kepraktisan ya sudahlah dijalani saja.

Sejujurnya di dalam pertemuan tersebut pun saya tidak berhasil mengenal satu per satu anggota keluarga besar keturunan mbah Surosemito. Entah mengapa duduknya pada mengelompok, termasuk juga saya sendiri sih… hahaha… Sehingga, menurut saya, pertemuan trah begini justru hanya menjadi semacam seremonial saja. Sekali lagi yang masih saling kenal dengan baik hanyalah yang tua-tua (angkatannya bapak saya).

Setelah pertemuan Trah Surosemitan selesai, kami lanjutkan dengan berkumpul di rumah bapak ibu saya. Nah, ini baru deh pertemuan Trah Wongsowiradi. Iya, kami semua, anak cucu cicitnya mbah Wongso.

trah wongsowiradi
Anak cucu cicit dari mbah Wongsowiradi

Di Idulftri 2024 ini, anak mbah Wongso tinggal 2 orang yang masih hidup, yaitu bapak saya (Lasono) dan kakaknya (Budhe Sutirah). Bapak yang menempati tanah kelahiran turun temurun di desa wisata Pentingsari, sedangkan Budhe Sutirah masih tinggal di Jakarta bersama anak-anak dan cucu-cucunya. Bersyukur tahun kemarin dan tahun ini beliau bisa pulang dan berkumpul di tanah kelahirannya.

Kumpul keluarga besar begini adalah merupakan kesempatan emas buat cucu cicit. Kenapa? Karena biasanya om tante pakdhe budhe simbah eyang pada bagi-bagi amplop atau te-ha-er. Dimas saja dalam waktu sebentar terkumpul te-ha-er ratusan ribu 😀

Depan: Bian, Kanaya, Sakha, Dimas. Belakang: Saga digendong Eyang Tri.

Berkunjung ke Keluarga Gambiran

Keinginan terpendam saya selama ini adalah sowan ke keluarga Gambiran (Pakem). Mereka adalah kakak-kakak sepupunya bapak saya dari garis ibunya. Mengapa saya sangat ingin? Dulu waktu masih SMA saya pernah tinggal lama bersama mereka. Sekarang mereka sudah beranjak sepuh, sementara saya tidak pernah berkunjung.

Bersyukur lebaran kali ini bisa berkunjung ke sana bersama-sama dengan Budhe Sutirah dan anak cucunya. Rasanya plong bisa bertemu Mbokdhe Mitro, Pakdhe Noto, dan Pakdhe Laiman. Hanya Pakdhe Noto yang sudah tak ingat siapa-siapa, sementara yang lainnya masih sehat wal afiat, dan tentu saja masih ingat saya banget.

Budhe, Ibu, Bapak, dan saya

Bermain Bersama dengan Saudara Sepupu

Beberapa dekade yang lalu saya akan sangat senang sekali jika kakak-kakak sepupu dari Jakarta pada pulang ke tanah leluhurnya. Kenapa? Karena saya jadi punya teman. Kakak sepupu saya ada yang seusia dengan saya. Adiknya pun hanya sekitar 2 tahun di bawah saya. Jadi, anggap saja kami masih satu generasi.

Karena bermain bersama merekalah saya jadi praktek berbicara dalam bahasa Indonesia dengan lancar. Kala itu. Sekian puluh tahun yang lalu lo, bagi saya itu adalah sebuah pencapaian. Kalau jaman sekarang sih itu sudah biasa.

Nah, apa yang saya alami dan rasakan puluhan tahun yang lalu, kini terulang pada Dimas. Dua kali lebaran, yaitu 2023 dan 2024, Dimas bisa bermain bersama dengan Bian. Bian adalah anaknya Anna, kakak sepupu saya dari Jakarta yang usianya sama dengan saya. Bian hanya lebih tua 1 tahun dari Dimas, tapi badannya gede Dimas 😀

Bian dan Dimas

Kalau tahun 2023 lalu Dimas hanya bisa bermain dengan Bian sehari saja, kali ini bisa lebih lama. Tepatnya dua malam dua hari. Mereka bermain bersama sejak Jumat malam hingga Minggu siang.

Jumat malam bersama-sama nongkrong di Kaliurang tepatnya di Warung Mbah Ganis. Berangkat memang sudah malam, di sana hingga dini hari. Sabtu pagi berkumpul di acara trah, siangnya ke Gambiran, dan sorenya ngumpul di rumah kakak sepupu di sebelah utaranya Gubug Lor Ndeso.

Hari Minggu pagi berlebaran dulu di rumah mbah buyutnya Dimas di Cancangan dan Sintokan. Baru deh menjelang zuhur, Dimas dan Bian berpisah. Karena Bian harus pulang ke Jakarta. Dimas juga harus pulang karena saya besoknya sudah masuk kerja.

Dalam hati saya berdoa semoga tahun depan kami masih diberi umur panjang sehingga masih bisa berlebaran bersama-sama lagi. Penginnnnn gitu, gantian saya membawa bapak dan ibu ke Jakarta, berlebaran dengan ponakan-ponakannya di sana. Semoga! Aamiin…

Selamat merayakan Idulfitri 2024, mohon maaf lahir dan batin 🙂