Skip to content

Jurnal Syukur: 30 Hari Menulis untuk Pulih (1)

jurnal syukur

Menulis adalah salah satu cara untuk pulih. Self healing untuk bangkit, move up dan move on. Mulai hari ini akan ada beberapa blog post saya yang berisi jurnal syukur. Sebagai reminder untuk diri saya sendiri. Namun jika itu menginspirasi Anda, silakan diambil manfaatnya. Tulisan asli bisa dibaca di akun Facebook saya, search dengan hashtag #menulisuntukpulih #IIDN #ruangpulih .

1. Antologi Mental Illness: IIDN bersama Ruang Pulih

Ini adalah jurnal syukur edisi 14 Mei 2020:

Beberapa waktu yang lalu saya bilang ke mba Widyanti Yuliandari bahwa saya belum punya ide mau nulis apa untuk antologi Mental Illness, tapi saya pengin berkontribusi, so saya join grupnya aja dulu ya. Dengan harapan sambil belajar pasti akan muncul ide. Alhamdulillah diijinkan.

Bersyukur disini saya jadi dapat ilmu baru, didampingi oleh psikolog dan psikiater, serta tergabung dengan 20-an teman-teman yang selalu optimis dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Berangkat dari art therapy, satu per satu keruwetan hidup itu terurai. Btw saya masih punya pe-er mendetailkan gambar saya 

Terimakasih mba Widyanti Yuliandari (IIDN), mba Fitria Rahma (IIDN), mba Intan Maria Halim (RuangPulih.com), dan bu dokter Maria Rini Indriarti (psikiater), atas kesempatan yang diberikan serta bimbingannya.

2. Driver Go Mart dan Art Therapy bersama Ruang Pulih

Jurnal syukur edisi 15 Mei 2020 ini ada 2. Berikut ini jurnal syukur yang pertama tentang driver Go Mart:

Kemarin adalah pertama kalinya saya menggunakan fitur Go Mart dari GoJek. Ceritanya beli Microlax dan crayon/pensil warna. Ketika orderan sudah nyantol, saya dibuat tertegun oleh message dari the driver. Sayangnya saya lupa men-screenshot sehingga ga bisa nunjukin bukti otentik.

Begitu order masuk, bunyi message dari the driver tidak standar “Mohon ditunggu”, tetapi ia menulis “Terimakasih orderannya ya mba, baru hari ini bisa nyantol orderan setelah sejak Senin gak dapat”. Dan kemarin adalah hari Kamis, artinya 3 hari full tanpa ada pemasukan. 🙁

Kemudian saya jawab “Alhamdulillah”, dan si mas/pak driver itu menjawab lagi “Jazakillah”.

Saya ga tahu mau komentar apa lagi saat itu. Saya hanya bisa bersyukur karena kemarin itu telah menjadi jalan rejekinya meski tak seberapa banyak. Sayangnya setelah order finish, enggak ada fitur untuk ngasih tips. Beda dengan GoRide.

Semoga setelah itu rejeki mas/pak driver itu lancar, pun hari ini dan selanjutnya…

Dan berikut ini adalah jurnal syukur yang kedua tentang Art Therapy:

Sejak kemarin saya serasa dapat mainan baru. Menggambar. Mewarnai gambar tersebut. Menjadi sesuatu yang bermakna. (Sepertinya emang pas untuk orang introvert ya…?)

Selama ini cara saya meluapkan emosi adalah dengan menulis. Sehingga kadang tersirat dalam tulisan apa yang sedang saya rasakan.

Sejak kenal art therapy saya merasa lebih asyik meluapkan emosi dengan menggoreskan pensil dan crayon. Imajinasi saya bekerja. Out of the box. Mendobrak kebiasaan masa lalu yang biasa menggambar secara terpola. Padahal mestinya menggambar itu bebas. Bebas untuk mengekspresikan perasaan.

3. Weekend Santuy

Ini adalah jurnal syukur edisi 16 Mei 2020:

jurnal syukur menulis untuk pulih
Dimas (2Y8M) bermain lego.

Saya mensyukuri hari ini dengan menjalani hidup secara slow (santuy). Sebagai ibu bekerja setiap Senin-Jumat terkadang saya seperti robot, semua teratur dan terpola, menggunakan waktu 24 jam sebaik-baiknya.

Karenanya weekend adalah hari-hari indah yang saya nanti-nantikan. Bersyukur sekali Allah kasih saya bocah cilik ini setelah 15 tahun hanya punya 1 anak. Bocil inilah kini menjadi peredam segala kepenatan lahir dan batin.

Allah selalu kasih sesuatu tepat pada waktunya bahkan ketika saya tidak meminta 🙂 🙂

4. Terimakasih Gen W Academy

Ini adalah jurnal syukur edisi 17 Mei 2020:

jurnal syukur menulis untuk pulih

Lebih dari setengah tahun yang lalu saya pernah ikutan workshop ini. Saat itu ada pesan dari pemateri, salah satunya mba Etyastari Soeharto penulis buku Mosaic of Haramain, yang intinya bahwa menulislah jika sudah selesai dengan diri sendiri (move up dan move on).

Saat itu pada sesi praktek, saya pun membuat satu tulisan kisah pribadi. Hanya saja saat itu masalah saya belum selesai sehingga saat menulis saya sambil berderaian air mata. Tulisan tersebut baru selesai di bulan Maret kemarin kalo ga salah lalu saya ikutkan sebuah antologi Kisah Inspiratif. (Sekarang masih dalam proses layouting kalo ga salah).

Berikutnya dalam project antologi Mental Illness saya ketemu lagi dengan pesan bahwa masalah harus diselesaikan dulu baru deh menulis. Nah, di dalam project inilah saya semakin paham bagaimana step-step self healing untuk bangkit. Antara lain mulai dari art therapy yang dibarengi dengan konsisten menulis dan melatih rasa syukur. Harapannya tulisan yang dibukukan nanti bukan melulu berisi curhat tetapi memberikan solusi dan inspirasi.

Terimakasih Gen W Academy yang sudah membuka jalan saya untuk lebih jauh belajar tentang cara menulis kisah inspiratif berdasarkan pengalaman sendiri.

5. Panen Bayam

Ini adalah jurnal syukur edisi 18 Mei 2020:

jurnal syukur menulis untuk pulih
Panen bayam.

Bersyukur saya pagi ini dikaruniai kesehatan sehingga hari ini siap kembali dengan rutinitas, setelah weekend menikmati kebebasan.

Tambah bersyukur lagi pagi-pagi suami ngasih panenan bayam dari kebun mini samping teras rumah. Bisa buat makan malam nanti, syukur-syukur cukup untuk sahur juga.

Bahagiaku sederhana. Sesederhana memanen bayam. Tapi, sekecil dan sesederhana apapun wajib disyukuri. Setuju ya?

6. Menjadi Jalan Rejeki

Ini adalah jurnal syukur edisi 19 Mei 2020:

Jadi ceritanya tadi pagi kami butuh barang penting untuk Dimas. Rencananya sebelum saya pergi kerja belinya, dengan asumsi beberapa minimarket buka jam 8 pagi. Yang terlintas di pikiran kami sama yaitu minimarket yang di depan kolam renang Tirta Sari. Sampai disana, olala… masih tutup, demikian juga yang di seberang jalan.

Baiklah, kemudian diputuskan ke swalayan langganan waktu belum pindah rumah. Sampai disana, pintu pagar juga masih ditutup. Terdapat tulisan buka jam 10 pagi. Baiklah, mampir ATM-nya aja deh ambil uang cash. Di pikiran saya, saya sampaikan juga ke suami, entar belinya di toko SRC selatan masjid dekat rumah kita aja.

Setelah kelar urusan dengan ATM, harapan saya langsung meluncur pulang karena saya juga keburu pergi kerja. Tetapi ternyata suami membawa saya ke arah terminal, katanya mau beli snack di tempat langganan. Puasa tutup, bro! Alhasil mampir deh ke kios buah, beli pepaya.

Kelar dari situ, ke arah jalan pulang, tetapi ternyata masih belok lagi, kali ini ke arah perempatan Manukan. Ngapain coba? Beli pisang, sodara-sodara!

Trus saya ingatkan sekali lagi untuk lurus ke arah rumah. Alhamdulillah doi udah nggak bawa saya belok-belok lagi. Langsung menuju toko SRC dekat rumah. Dapat deh kebutuhan Dimas disana.

Sebelum masuk toko SRC, suami sempat bilang: “Kita memang diarahkan dulu untuk menjadi jalan rejekinya kios buah dan bakul pisang tadi.” Dalam hati saya berkata, iya juga ya, padahal toko yang dituju ini dekat rumah, kenapa pula tadi musti muter-muter dulu.

Cara Tuhan memberikan rejeki pada hambaNYA itu tidak pernah bisa kita prediksikan. Demikian pula cara Tuhan mengarahkan kita untuk membelanjakan uang, seringkali ada yang di luar rencana kita. Terimakasih, ya Allah, saya sering lupa menyadari apalagi bersyukur bahwa meskipun tak seberapa Engkau selalu menuntun kami untuk menjadi jalan rejeki bagi orang lain. Dan saya juga bersyukur tadi jam 8 pagi ga jadi belanja via Go Mart 

(Bersambung ke bagian 2)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *